Senin, 24 September 2012

8. Pageran Kajoran ( mataram) Menurunkan


Desa Kajoran, tempat makam bupati pertama Klaten Letaknya hanya sekitar dua kilometer dari Kota Klaten. Desa ini mudah dijangkau. Hamparan tanaman padi yang menghijau menjadi pemandangan alam yang menjadi ciri khas Desa Kajoran, Kecamatan Klaten Selatan, Klaten ini.
ZIARAH MAKAM -- Sejumlah orang peziarah berdoa di dekat makam Pangeran Kajoran di Desa Kajoran, Klaten Selatan, Klaten. Pangeran Kajoran diyakini merupakan bupati pertama Klaten. 

Di desa itu terdapat sebuah makam tokoh penting dalam sejarah terbentuknya Kabupaten Klaten yaitu Pangeran Kajoran. Pangeran Kajoran merupakan nama lain dari Panembahan Rama yang diyakini sebagai pejabat pertama Bupati Klaten. Menurut cerita masyarakat yang ditulis oleh De Graaf dalam buku Sejarah Kajorandisebutkan, Pangeran Kajoran merupakan keturunan dari Panembahan Agung yang memiliki silsilah dari Sunan Bayat yang disegani oleh raja dan bangsawan di Keraton Demak, Pajang, dan Mataram Islam.
Pangeran Kajoran merupakan seorang muslim Kejawen yang terkenal memiliki kesaktian dalam ilmu kanuragan. “Aktivitas olah fisik dan batin beliau sangat menonjol. Beliau menjadi tempat bertanya dan dituakan di kalangan masyarakat. Masyarakat menjadikan beliau sebagai imam, karena itu masyarakat menyebutnya dengan Panembahan Rama,” kata pemerhati sejarah kebudayaan Klaten, Nur Tjahjono.
Menurut Tjahjono, Panembahan Rama memiliki peran penting dalam pergerakan menentang Amangkurat I yang menjadi pemicu munculnya konfliks dalam Dinasti Mataram. Kebijakan Amangkurat I dinilai tidak sejalan dengan cita-cita Sultan Agung yang menginginkan kehancuran kolonialisme atau penjajah dari tanah Jawa, serta membangun bangsa yang berkeadilan, berketuhanan dengan semangat kegotongroyongan.
Dikatakan Tjahjono, nilai-nilai perjuangan menentang kezaliman dan kolonialisme telah tertanam dari generasi terdahulu seperti Pangeran Kajoran. Namun begitu, diakuinya, nama Pangeran Kajoran jarang terukir dalam dokumen-dokumen sejarah. “Akan lebih baik jika Makam Pangeran Kajoran dimasukkan dalam paket wisata agar namanya tidak terlupakan di kalangan generasi muda,” harapnya.
Hingga kini, Makam Pangeran Kajoran masih kerap dikujungi peziarah. Mereka tak hanya datang dari Klaten, tetapi juga luar daerah. Setiap perayaan Hari Jadi Klaten, makam Kiai Kajoran juga menjadi rujukan ziarah rombongan para petinggi Kabupaten Klaten.
Menilik sejarahnya,konon Beliau adalah bagian dari Laskar Diponegoro yg karena kekalahan laskar P. Diponegoro,maka seluruh laskar melarikan diri. Ada yg ke timur,utara,barat. Menurut sang juru kunci,beliau menetap di desa Kajoran Kec.Karanggayam Kebumen sampai akhir hayatnya. Beliau dimakamkan di Utara balai desa Kajoran.

Yang masih menjadi misteri,karena di daerah lainpun ada makam Pangeran Kajoran,seperti di Klaten, dengan nama mirip. Apakah makam Pangeran Kajoran yang asli di Klaten atau di Kebumen,itu masih misteri.

Tetapi,dengan berziarah ke makam beliau,hanya memanjatkan do'a semoga amal beliau sebagai pejuang laskar diponegoro mendapat pahala disisi Allah SWT. Amiin.
Diposkan oleh 
Dalam sejarah keluarga Kesultanan Mataram terdapat tokoh lain yang juga bergelar Pangeran Puger. Salah satunya adalah putra Panembahan Senapati yang lahir dari selir Nyai Adisara, bernama  asli Raden Mas Kentol Kejuron. Tokoh ini hidup pada zaman sebelum Pakubuwana I.
Pangeran Puger yang ini pernah memberontak pada tahun 1602 - 1604 terhadap pemerintahan adiknya, yaitu Prabu Hanyokrowati (kakek buyut Pangeran Puger Pakubuwana I).

Sejarah Desa Gringgingsari
Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam yang telah mengajarkan ilmu kepada manusia dengan kalam. Yang telah memberikan taufiq, hidayah,dan inayah kepada manusia yang Dia kehendaki. Maka sudah sepantasnya kami mengucapkan rasa syukur kepada-Nya dengan ucapan alhamdulillahirrabbil’aalamiin.
Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Sayyidina, wahabibina, wamaulana, Muhammad Shalawallahu’alaihi Wassalam beserta keluarganya, sahabatnya, dan para pengikutnya, amin ya rabbal’alamiin.
‘Amma ba’du. Di sini kami akan menceritakan sejarah desa Gringgingsari secara ringkas. Desa Gringgingsari terletak di daerah pegunungan. Termasuk wilayah kecamatan Wonotunggal kabupaten Batang. Dahulunya masuk wilayah kabupaten Pekalongan. Desa Gringgingsari dapat terkenal, karena ada makam Auliya’ yaitu makamnya mbah Syarif Abdurrahman yang terkenal dengan nama mbah Pangeran Kajoran. Makamnya terletak di pemakaman umum desa Gringgingsari yang lokasinya ada di sebelah barat Masjid Al Karomah. Banyak para penziarah yang datang ke makam tersebut untuk berdo’a meminta kepada Allah agar hajatnya terkabul. Mbah Pangeran Kajoran menjadi tumpuan, sandaran warga desa Gringgingsari karena jasanya yang telah membawa pelita, untuk menerangi warga Gringgingsari dari kegelapan, menuju zaman pencerahan. Di sini kami tidak akan menceritakan silsilahnya, karena kurang begitu tahu. Yang akan kami ceritakan adalah perjuangannya di desa Gringgingsari.

Desa Gringgingsari
Berdasarkan riwayat, cerita-cerita dari para sesepuh yang kami terima, bahwa desa Gringgingsari dahulunya bernama Karangsirno. Yang menjadi sesepuhnya adalah mbah Wongsogati I. Agama yang dipeluknya agama Budha. Setelah mbah Wongsogati I meninggal, diganti oleh putranya mbah Bromogati. Setelah mbah Bromogati meninggal diganti oleh putranya yang bernama mbah Wongsogati II, cucu dari mbah Wongsogati I.
Pada waktu dipimpin oleh mbah Wongsogati II desa Karangsirno dilanda musibah, yaitu sejenis penyakit yang dinamakan penyakit to’un dengan gejala pagi sakit sorenya meninggal. Banyak warga desa yang meninggal akibat serangan penyakit tersebut. Sudah banyak cara yang dilakukan untuk meredam penyakit tersebut namun belum juga berhasil. Akhirnya selaku pemimpin yang merasa bertanggung kepada warganya, mbah Wongsogati II pergi ke luar desa dengan tujuan untuk mencari seseorang yang bisa menanggulangi wabah penyakit yang sedang melanda desanya. Dalam perjalanannya beliau melewati sebuah sungai yang bernama kalikupang. Di situ beliau berjumpa dengan dua orang yang sedang berdzikir di tepi sungai. Beliau menunggu kedua orang tersebut. Setelah mereka selesai berdzikir kemudian beliau menghampiri keduanya dan menyapanya. Dan akhirnya mereka bertiga saling memperkenalkan diri. Keduanya masing-masing bernama Pangeran Kajoran dan Pangeran Trunojoyo.
Kemudian mbah Wongsogati II menyampaikan isi hatinya, yaitu tentang musibah yang sedang melanda desanya. Dan beliau bertanya apakah mereka berdua bisa untuk mengatasi wabah penyakit tersebut. Pangeran Kajoran menyatakn sanggup untuk membantu menyembuhkan penyakit tersebut tapi dengan sebuah syarat, yaitu mereka bersedia untuk memeluk agama Islam dengan sukarela. Demi kesembuhan penyakit tersebut mbah Wongsogati II bersedia untuk mengajak warga desanya memeluk agama Islam asalkan desa Karangsirno terbebas dari wabah yang sedang melanda. Akhirnya mereka bertiga saling punya janji atau tanggungan. Maka tempat tersebut dinamakan “KEDUNG SINANGGUNG “
Selanjutnya mereka berangkat pergi menuju desa Karangsirno. Sampai di suatu tempat Pangeran Kajoran bertanya di manakah letak desa Karangsirno. Kemudian mbah Wongsogati II menunjukan suatu tempat yang terlihat jauh di arah selatan. Mereka memandang ( nyawang ) tempat yang ditunjukan oleh mbah Wongsogati II. Akhirnya tempat tersebut dinamakan “ KETAWANG “ yang berarti tempat untuk nyawang / memandang. Di tempat tersebut juga ada sebuah pohon gringging atau kayu jaran. Dari sinilah nantinya desa Karangsirno diganti namanya menjadi desa Gringgingsari. Sekarang tempat tersebut lebih dikenal dengan nama tikungan / enggokan Petung. Lokasinya kurang lebih 200 meter ke arah barat dari pertigaan kalikupang.
Setelah sampai di desa Karangsirno mbah Wongsogati II mengumpulkan warganya. Lalu memperkenalkan Pangeraan Kajoran dan Pangeran Trunojoyo kepada mereka. Warga diberi penjelasan bahwa Pangeran Kajoran sanggup untuk ngusadani desa Karangsirno bisa pulih kembali asalkan warganya bersedia untuk memeluk agama Islam secara sukarela dan nama Karangsirno diganti dengan Gringgingsari. Masyarakat sepakat. Akhirnya masyarakat dibai’at oleh mbah Pangeran Kajoran untuk masuk agama Islam. Masyarakat diajak untuk menyembah Allah, dan meninggalkan sesembahan yang lama yaitu agama Budha. Diajak berdo’a kepada Allah agar wabah penyakitnya sirna. Atas izin Allah akhirnya desa Karangsirno yang sudah berganti nama Gringgingsari terbebas dari wabah penyakit yang selama ini melanda dan sudah memakan banyak korban. Dan masyarakatnya juga sudah hidup dalam suasana yang baru yaitu kehidupan yang Islami berkat hidayah dari Allah dengan perantara Syekh Syarif Abdurrrahman atau lebih dikenal dengan nama Pangeran Kajoran.

Pancuran sendang Depok
Setelah masyarakat desa Gringgingsari memeluk agama Islam, wabah penyakit kini sudah hilang sama sekali. Masyarakat tentram dan hatinya lega. Aktifitas sehari-hari bisa berjalan kembali dengan lancar. Mereka juga mulai giat belajar mendalami ajaran Islam dibawah bimbingan Syekh Syarif Abdurrahman atau Pangeran Kajoran.
Pada suatu hari Pangeran Kajoran mengajak beberapa orang pergi ke hutan mencari bambu untuk dibuat rangken atau bahan atap pembuatan masjid desa Gringgingsari. Ketika sampai di hutan dan sudah tiba masuk waktu shalat beliau mencari air untuk berwudlu, namun tidak ada sumber air yang dijumpainya. Akhirnya beliau menancapkan tongkatnya ke tanah, dengan izin Allah keluarlah air dari bekas tongkat yang ditancapkan oleh beliau. Dari situlah bukti karomah yang dimiliki oleh Pangeran Kajoran selaku seorang Waliyullah. Kemudian dibuat pancuran dari bambu. supaya air tersebut lebih mudah digunakan untuk berwudlu. Kemudian mereka menjalankan shalat di hutan tersebut. Bahkan Pangeran juga sempat berniat untuk mendirikan masjid di kawasan tersebut namun urung. Akhirnya tersebut dinamakan garung dari kata langgar yang wurung atau tidak jadi. Setiap selasai shalat merekapun selalu istirahat sambil ndeprok / duduk-duduk untuk menghilangkan lelah. Maka dari istilah inilah tempat tersebut dinamakan Depok yang asalnya dari kata ndeprok. Sampai sekarang pancuran Depok masih menjadi tujuan utama para penziarah untuk mandi dan mengambil airnya. Atas izin Allah air tersebut dapat menyembuhkan beberapa penyakit. Dan yang lebih istimewa air tersebut bisa langsung diminum tanpa harus dimasak lebih dahulu. Rasanya begitu segar sekali apalagi kalau kita meminumnya langsung dari pancuran. Bahkan air di pancuran Depok mempunyai kandungan mineral yang cukup tinggi yang sangat berguna sekali untuk kesehatan tubuh bagi yang meminumnya. Lokasi pancuran Depok kurang lebih 2 km arah selatan desa Gringgingsari dengan jalan agak menanjak terutama di gunung Klengkong. Mulai tahun 2009 jalan ke arah sana sudah mulai dilebarkan dan bisa di lalui oleh kendaraan roda dua dan empat. Namun karena belum diaspal jadi kalau habis hujan tidak bisa dilalui.

Desa Sodong
Untuk selanjutnya mereka melanjutkan perjalanannya masuk hutan, keluar hutan, namun belum juga menemukan bambu yang dicari. Kemudian mereka membuat sebuah tempat untuk berteduh namanya sodong ( ompyong ). Dari sinilah kemudian nama desa Sodong lahir yang letaknya di sebelah selatan Gringgingsari. Kemudian mereka melanjutkan perjalanannya kembali untuk mencari bambu. Akhirnya mereka pun menemukan rumpun bambu yang dicari. Kemudian bambu tersebut ditebang dan dibawa ke tanah lapang untuk dipotong-potong. Rumpun bambu yang kemudian tumbuh lagi oleh masyarakat desa Sodong disengker artinya tidak boleh ditebang oleh siapapun kecuali untuk kepentingan umum. Tempat tersebut dinamakan dapuran larangan / rumpun terlarang.
Mereka bekerja berhari-hari. Bekas tempat istirahat mbah Pangeran Kajoran bekerja juga disengker oleh masyarakat desa Sodong, yang melarang siapapun untuk duduk di atasnya. Konon katanya barangsiapa yang berani duduk di tempat tersebut akan kena laknat atau bebendu. Tempat tersebut kemudian dipagari supaya tidak diceroboh oleh siapapun. Tapi tempat tersebut sekarang sudah tidak berbekas karena perkembangan zaman. Pada tahun 1973 tempat tersebut terkena proyek pembangunan Sekolah Dasar Inpres dan pelebaran jalan, dan akhirnya pagar tersebut dibongkar.

Berperang dengan Ki Ajar Pendek
Untuk membuat rangken membutuhkan tali / tambang untuk merangkai bambu-bambu tersebut. Karena tidak ada tambang, maka mbah Pangeran Kajoran menyuruh sebagian orang untuk pergi mencari rotan. Kebetulan disebelah selatan desa Sodong ada gunung kecil dan di tempat tersebut banyak tumbuh pohon rotan. Mereka pergi ke tempat tersebut dan mulai menebang rotan dan memotongnya. Tanpa mereka sadari bahwa hutan tersebut ada yang menguasainya. Dan akhirnya mereka tertangkap oleh anak buah penguasa hutan tersebut. Kemudian mereka dibawa ke desa Silurah dan di hadapkan kepada penguasa desa tersebut yaitu Ki Ajar Pendek. Mereka pun akhirnya ditahan oleh Ki Ajar Pendek. Karena sudah berhari-hari mereka tidak pulang akhirnya mbah Pangeran Kajoran merasa cemas. Kemudian beliau menyuruh seseorang untuk mencarinya. Setelah dicari akhirnya terdengar kabar bahwa mereka sedang ditahan di desa Silurah atas kesalahan telah mengambil rotan di hutan tanpa seizin dari Ki Ajar Pendek. Utusan itu melaporkan hal tersebut kepada Pangeran Kajoran.
Singkat cerita akhirnya Pangeran Kajoran minta ma’af kepada Ki Ajar Pendek atas kesalahan yang telah dilakukan oleh orang-orang suruhannya. Tapi Ki Ajar Pendek tidak mau menerima permintaan maaf dari Pangeran Kajoran dengan begitu saja. Dia bersedia menerima maaf asalkan Pangeran Kajoran bersedia untuk adu kekuatan dan mengalahkannya. Demi kebebasan orang-orangnya, akhirnya Pangeran Kajoran bersedia untuk menerima tantangan dari Ki Ajar Pendek. Akhirnya pertarungan jarak jauh tingkat tinggi pun dimulai. Ki Ajar Pendek ada di desa Silurah sedangkan Pangeran Kajoran berada di desa Sodong.
Ki Ajar Pendek tahu bahwa waliyullah itu orang suci. Maka iapun menggunakan kesaktiannya dengan membuat hujan cacing supaya mengotori Pangeran Kajoran. Namun Pangeran Kajoran dengan karomahnya menciptakan hujan bebek yang akhirnya memakan cacing-cacing tersebut. Ki Ajar Pendek menjadi geram karena merasa kalah, kemudian ia mengeluarkan ilmunya yang lain yang lebih dahsyat yaitu hujan api. Namun sekali lagi karomah Pangeran Kajoran yang berupa hujan air mampu memadamkan api tersebut. Ki Ajar Pendek pun semakin marah karena selalu kalah dengan Pangeran Kajoran. Akhirnya iapun mengeluarkan kesaktiannya yang lain yaitu berupa hujan batu. Pangeran Kajoranpun tidak mau kalah. Beliau kemudian menciptakan angin topan yang dahsyat. Dengan kekuatan angin topan yang dahsyat tersebut, batu-batu itupun berterbangan dan jatuh di suatu tempat yang jauh. Batu tersebut jatuh di sebuah tempat yang sekarang bernama desa Kuwasan kecamatan Talun Kabupaten Pekalongan. Rumah Ki Ajar Pendek dan seisinya juga ikut terbang terbawa angin hingga tinggal batur atau bekasnya saja. Bekas rumah Ki Ajar Pendek oleh orang-orang silurah dinamakan kebun batur dan sampai sekarang masih ada. Pakaiannya jatuh di desa Sengare, sedangkan ilir atau kipas dari bambu jatuh di desa sumilir. Kedua desa tersebut masuk kecamatan Talun kabupaten Pekalongan dan terletak di sebelah barat Gringgingsari. Sedangkan bokor atau tempat menyimpan beras jatuh di desa Donowangun Talun Pekalongan. Jambangan tempat untuk menaruh air yang terbuat dari batu besar jatuh di suatu tempat yang sekarang bernama dukuh Jambangan desa Batursari Talun Pekalongan.
Menurut cerita bahwa jambangan yang ada di dukuh Jambangan tidak pernah kering airnya. Walaupun musim kemarau airnya selalu ada tanpa diketahui darimana sumbernya. Pada zaman pemerintahan Belanda, karena batu itu ¾-nya terbenam ke dalam tanah akibat jatuh sewaktu terbawa angin sewaktu terjadi pertarungan antara Pangeran Kajoran dan Ki Ajar Pendek maka oleh pemerintah Belanda batu tersebut diangkat ke atas untuk memudahkan orang-orang mengambil airnya. Namun setelah batu jambangan tersebut diangkat justru malah jadi kering tidak keluar lagi airnya sampai sekarang.
Lalu bagaimanakah nasib Ki Ajar Pendek yang juga ikut terbang terbawa angin? beliau jatuh di pendopo kabupaten Batang. Pada waktu itu kebetulan Kanjeng Adipati Batang sedang duduk di pendopo kabupaten dan angop atau menguap. Kemudian dengan kesaktiannya Ki Ajar Pendek masuk ke mulut Kanjeng Adipati dan bersembunyi di dalam perutnya. Kemudian ia disuruh keluar dan akhirnya dijadikan tukang merawat kuda Kanjeng Adipati Batang.
Kemudian Pangeran Kajoran melarang warga Gringgingsari untuk besanan dengan warga desa Silurah selama tujuh turunan. Namun larangan tersebut hari ini sudah berakhir, terbukti sudah banyak warga Gringgingsari yang besanan dengan warga Silurah dan alhamdulillah tidak tejadi hal-hal yang buruk. Hutan rotan yang pernah menjadi sengketa atas izin Allah telah berubah menjadi hutan bambu kecil-kecil. Sedangkan gunung kecil tersebut dinamakam gunung Raga Kesuma. Siapa saja yang lewat di kaki gunung tersebut pasti kulitnya akan mengalami perubahan warna yaitu menjadi cerah kekuningan. Penulis sudah membuktikannya. Namun jika sudah melewati kaki gunung tersebut warna kulit akan berubah seperti semula. Wa allahu’alam.

Pembangunan masjid
Rintangan sudah berlalu. Rencana membuat rangken pun diteruskan. Bambu-bambu tersebut dibawa ke Gringgingsari untuk dibuat rangken. Talinya menggunakan penjalin atau rotan. Kemudian masjid didirikan. Atapnya menggunakan ijuk. Tiangnya dari kayu, dindingnya terbuat dari anyaman bambu, dan mustokonya terbuat dari pengaron atau paso tempat air yang terbuat dari tanah liat. Lantainya masih menggunakan tanah, jika mau shalat digelari tikar. Setelah masjid selesai dibangun ternyata belum ada sumber air untuk berwudlu. Kemudian Pangeran Kajoran pergi ke arah selatan desa Gringgingsari. Sampai di suatu tempat yang bernama Klatak atau juga Genting beliau meletakan ujung tongkatnya di tepi sungai dan kemudian menariknya dari tepi sungai tersebut sambil berjalan pulang ke Gringgingsari. Dengan karomah yang dimilikinya tanah yang dilalui Pangeran Kajoran jadi terbelah oleh ujung tongkatnya yang sedang ditarik dan membentuk aliran sungai sampai ke sebelah barat masjid. Akhirnya masyarakat Gringgingsari mendapat manfaat yang banyak. Sungai tersebut tidak hanya digunakan untuk berwudlu, namun juga untuk keperluan mandi, minum, memasak, dan juga untuk mengairi sawah. Oleh masyarakat Gringgingsari sungai tersebut dinamakan kali jamban. Untuk menjaga kesucian air tersebut, dari hulu sungai jamban yaitu dari tempat pertama kali Pangeran Kajoran menarik tongkatnya sampai areal masjid, siapapun dilarang untuk buang air besar, perempuan yang sedang haid dan nifas juga dilarang mandi di sungai tersebut. Siapa yang melanggar larangan tersebut baik disengaja atau tidak, akan terkena laknat atau bendu. Sudah banyak buktinya yang terkena laknat. Juga dilarang untuk kencing di areal masjid dan kawasan pemakaman.
Masjid peninggalan Pangeran Kajoran sudah direhab beberapa kali. Rehab terakhir tahun 2004 dan sampai sekarang belum selesai 100%. Jadi sudah tidak asli lagi. Yang masih asli hanya mustoko pengaron yang ada di samping mustoko yang baru.

Peninggalan Pangeran kajoran
Peninggalan – peninggalan Pangeran Kajoran dan tempat sejarah yang masih ada sampai sekarang yaitu 
a.   Rumpun bambu atau dapuran larangan di desa Sodong
b  . Pancuran Depok yang selalu dikunjungi penziarah untuk mengambil airnya dan mandi. Dilarang mandi sambil telanjang.
.     Masjid Al Karomah. Pemberian nama Al Karomah oleh remaja masjid pada tahun 1987.
d.    Pakaian lengkap. Namun karena sudah berusia ratusan tahun maka pakaiannya  sudah rusak, kecuali kuluk / ketu / kopiah. Jubahnya tersimpan di desa Kajoran  Magelang.
e.   Tasbih
f.   dari pengaron atau paso.

Bersambung 9. Pageran Pringgoloyo (mataram)

19 komentar:

  1. KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.الالله صلى الله عليه وسلموعليكوتهله صلى الل


    KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.الالله صلى الله عليه وسلموعليكوتهله صلى الل


    KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.الالله صلى الله عليه وسلموعليكوتهله صلى الل

    BalasHapus
  2. siapa nama putri pangeran kajoran yang di peristri oleh pangeran trunojoyo. tlg kasih penjelasan dong

    BalasHapus
  3. mohon silsilah nasabnya di cari tahu, karena itu sangat penting bagi saya khususnya, dan sebagai tambahan ilmu bagi pembaca umumnya

    BalasHapus
  4. SILSILAH ASLI PANGERAN KAJORAN / PANEMBAHAN RAMA KAJORAN Makam di Klaten.
    1. Nabi Muhammad SAW .
    2. Sayyidah Fathimah Az-Zahra .
    3. Al-Imam Sayyidina Hussain
    4. Sayyidina Ali Zainal Abidin
    5. Sayyidina Muhammad Al Baqir
    6. Sayyidina Ja'far As-Sodiq .
    7. Sayyid Al-Imam Ali Uradhi .
    8. Sayyid Muhammad An-Naqib .
    9. Sayyid Isa Naqib Ar-Rumi
    10. Ahmad al-Muhajir .
    11. Sayyid Al-Imam Ubaidillah .
    12. Sayyid Alawi Awwal .
    13. Sayyid Muhammad Sohibus Saumi'ah .
    14. Sayyid Alawi Ats-Tsani .
    15. Sayyid Ali Kholi? Qosim .
    16. Muhammad Sohib Mirbath .
    17. Sayyid Alawi Ammil Faqih .
    18. Al Imam Abdul Malik Azmatkhan
    19. Sayyid Abdullah Azmatkhan .
    20. Sayyid Ahmad Shah Jalal .
    21. Sayyid Syaikh Jumadil Qubro al-Husaini or Syekh Jamaluddin Akbar al-Husaini .
    22. Syeikh Maulana Malik Ibrahim Asmara Qandi
    23. Sayyid Ampel Denta Surabaya
    24. Sayyid Kalkum Wotgaleh / Pangeran Tumapel / Pangeran Lamongan bergelar pula Panembahan Agung Adipati Ponorogo Kaping 2
    25. Pangeran Maulana Mas Ing Kajoran / Panembahan Agung Kajoran
    26. Pangeran Agus Kajoran/ Raden Surasa / Pangeran Bagus Srimpet Adipati Lasem bergelar Adipati Tejakusuma I + Putri Ki Ageng Pemanahan
    27. Pangeran Raden Ing Kajoran + RA Wongsocipto putri Panembahan Senopati

    28. Pangeran Kajoran / Panembahan Rama Kajoran Pimpinan Pemberontakan terhadap Mataram 1676 / 1679

    Berputra putri :
    1. Raden Ayu Suronadi menikah dengan Pangeran Harya Wiramenggala

    2. Raden Ayu Turnajaya menikah dengan Pangeran Turnajaya

    3. Raden Wirakusumo ( memimpin pemberontakan setelah ayahnya )

    4. Raden Penganteen alias Bree Penganten Adipati Malang

    5. Raden Kartanagara gugur bersama p kajoran th 1679

    6. Raden Wangsadika gugur bersama p kajoran 1679.

    7. Pangeran Somajaya

    8. Raden Ayu Suralaya

    9. Panembahan Joko Sumyang

    10. Raden Sastrojoyo / Adipati Cokrojoyo I

    11. RA Tumengung Mataram istri Purbaya III ( yg bergabung dgn kelompok Cina di lasem dan terkenal dengan nama geger pecinan dipimpin Sunan Kuning / Raden Mas Garendi )

    12. Dan beberapa wanita lagi.

    ?#?sedang? saudara saudara kandung Pangeran Kajoran / Panembahan Rama Kajoran antara lain :

    . Raden Ayu Panembahan Raden menikah dengan Panembahan Raden bin Pangeran Mas Adipati Wijoyo Ing Pajang atw lebih terkenal dgn nama Mbah Sambu.

    . Raden Ayu Panembahan Purbaya menikah dengan Panembahan Purbaya II

    . Pangeran Arya Panular / Pangeran Arya Anom ( Mertua Amangkurat I )

    . Raden Bapang

    . Pangeran Secaki

    . Pangeran Bima

    Dst...

    BalasHapus
  5. Aslmkm. Syukur alhamdulillah, shawat dan salam terhunjuk kehadlirat Rasulullah SAW. segenap shahabat, kerabat beliau, para habib dan alim, serta syuhada yg ikhlas memperjuangkan syari'at. Tentang peninggalan beliau Penembahan Romo, terdapat peninggalan yg blm termuat dalam tulisan di atas, yaitu Al Qur'an mushaf tulisan tangan.Menurut beberapa sumber ada yg menyebutkan beliau sempat menyusunnya! Wallahu'alam bishawab.

    BalasHapus
  6. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  7. Assalamualaikum... Nuwun sewu nawi putranipun Raden Ayu Trunojoyo meniko sinten kémawon njih

    BalasHapus
  8. saya punya catatan dari kakek saya keturunan panembahan kajoran yaitu PANEMBAHAN KAJORAN PEPUTRA SINUWUN SEDA TEGAL ARUM PEPUTRA ARYA MENGGALA 1 PEPUTRA ARYA MENGGALA 2 PEPUTRA MUHAMMAD JA'FAR SODIQ mbah saya kohon pencerahannya tentang silsilah keturunan beliau panembahan kajoran klaten

    BalasHapus
  9. Cerita ini menarik,tetapi harus dicerna lebih mendalam supaya tidak salah tafsir. Namanya cerita tutur,bisa kurang bisa lebih. Tergantung ingatan leluhur dulu. Saya mengkritisi kaitan panembahan rama dengan pangeran diponegoro. Karena hal itu berbeda era lebih dari 100 tahun. Panembahan rama ada di zaman mataram,sedang pangeran diponegoro ada di zaman Hamengkubuwono III.jika kita bandingkan zaman sekarang tahun 2018 dan zaman kemerdekaan tahun 1945 yg belum ada 100 tahun,tetapi kita sendiri tidak tahu persis apa yg terjadi yg "baru" 70 tahun lalu meskipun sudah ada kamera,koran,dsb, ,lantas bagaimana keabsahan dgn cerita 400 tahun lalu? Memang rangkuman cerita diatas tidak bisa kita benar salahkan,tetapi tentu sudah terjadi beberapa pergeseran makna atau cerita. Hal ini,supaya tidak menjadi kesimpulan menyesatkan untuk generasi muda nanti.

    BalasHapus
  10. Panembahan rama kajoran menurut silsilah putra / putri nya selain yg disebutkan raden kartanagara (gugur thn 1679 ), juga ada raden kartayudha dan raden kartadesha,..nah saya dr keturunan raden kartadhesa ini yg saya lihat dr lembar silsilah yg saya pegang..mohon pencerahannya lebih lanjut dari penulis...trim's

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya juga dari keturunan Pangeran Kajoran melalui buyut saya, Sarwani/Sarkam, Purbalingga. Mohon dihubungi saya di email : wonosobo.wonosobo76@gmail.com

      Hapus
  11. Saya juga masih kelurga tapi gak tahu silsilah,dulu hanya dikasih tahu sama Mbah nama Mbah SUKMO IJOYO .(saya masih punya bukti tinggalan pusaka)

    BalasHapus
  12. Mau nanya.....keturunan mbah agung kajoran kebumen hingga kni siapa saja.....tlong ksih tau yah...soalnya ini pnting bnget.....pleaseee....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Silsilah nasab beliau:



      Raden Ali Rohmatillah Soenan Ampel
      bin
      Hamzah/Kambyah/Pang. Toemapel/Pang. Lamongan
      bin
      Zainal Abidin Soenan Koening
      bin
      Abdoel Djabbar, Semarang
      bin
      Abdoer Rohman, Demak
      bin
      Widjaja Koesoemo
      bin
      Onto Koesoemo
      bin
      Djojo Moeljo
      bin
      Sentiko Wonodjojo
      bin
      Astro Djojo
      bin
      Wongsotjipto
      bin
      Singo Joedo
      bin
      Darmo Joedo
      bin
      Onggo Joedo
      bin
      Onggo Soeto
      bin
      Sentiko

      Hapus
  13. Sy juga sedang menelusuri eyang kadjoran...yg di gringgingsari juga ada makam beliau tp lebih pasnya mungkin petilasan. Letaknya di wonotunggal batang. Sedang makam eyang kadjoran putri ad di wonosari Gunungkidul di samping makam ki Ageng Giring...barangkali ada yg berkenan memberikan info ..sy ucapkan matur nuwun. Makam yg pasti ada di wedi klaten...sy bingung karena dlm makam itu ada 3 nisan. Pangeran Romo , Pangeran Riyo Menggolo dan Pangeran Bima...manakah nama asli dr eyang Kadjoran .karena kadjoran adlh nama desa / dusun.

    BalasHapus
  14. Bertanya siapa pangeran Arya menggala atau Rio menggolo atau Gusranda yg makamnya di klaten sebelah eyang kejoran dan eyang pengeran Bimo

    BalasHapus
  15. Apakah Beliau menikah dengan anak eyang kejoran bernama RA.Suronadi ?
    Tahun berapa lahir dan meninggalnya

    BalasHapus