tag:blogger.com,1999:blog-27450276819201857242024-03-20T22:03:31.619-07:00NAPAK TILAS JEJAK LELUHURSuwargi Dalem R. Mas Bagus Harun / Ki Ageng Bashoriyah Sewulan Madiun
(Blogger Keluarga)Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10018071273892975412noreply@blogger.comBlogger27125tag:blogger.com,1999:blog-2745027681920185724.post-24240533689753730942012-09-27T03:18:00.000-07:002013-07-24T05:13:40.214-07:00Penelusuran Silsilah Keluarga<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiXf5bPEQ2-msR4NhaJLnFvGdIzwbGokfZslpEguEBYFoV8cN4-LNPcr2XgmhAKtIAsW1Pne1Wp4x2YYZ1stQxbzY1c9rqANP9Q2N1yXNEaldS6LZv-m5k2vZTPksD2tGWL9DlzPPmQSg/s1600/bismillah.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="43" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiXf5bPEQ2-msR4NhaJLnFvGdIzwbGokfZslpEguEBYFoV8cN4-LNPcr2XgmhAKtIAsW1Pne1Wp4x2YYZ1stQxbzY1c9rqANP9Q2N1yXNEaldS6LZv-m5k2vZTPksD2tGWL9DlzPPmQSg/s200/bismillah.jpg" width="200" /></a></div>
<br />
<br />
<br />
<br />
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in 27.0pt; text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8QPUPQlgyqK227h6m5oTPzhr0yF4H5uLnnWopywszdGBwaVTPK1wR2OX4mh4qFD_OY4fJyuoM1pCJ5d54KNg8CGh6loxmZryyya_he_98aEskyEODYr7X_83bPvAOG77l3-wyk8_1Hg/s1600/285076_271513609634512_526017711_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8QPUPQlgyqK227h6m5oTPzhr0yF4H5uLnnWopywszdGBwaVTPK1wR2OX4mh4qFD_OY4fJyuoM1pCJ5d54KNg8CGh6loxmZryyya_he_98aEskyEODYr7X_83bPvAOG77l3-wyk8_1Hg/s200/285076_271513609634512_526017711_n.jpg" width="200" /></a><b><span style="color: #339966; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 16.0pt; mso-bidi-font-family: Arial;">P</span></b><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">ada</span><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Arial;"> suatu hari, disaat raja Rum berzdikir ( Raja
ALGABAH/ CATBAH ) mendapat wisik atau perintah “ yang dunia akan aman sentausa
jika raja Al – Gabah mengisi sebuah pulau yang kosong dan tak berpenghuni di
sebelah timur laut. Kerajaan Rum bernama kerajaan Brushah atau sekarang Turki
wilayah asia. Setelah itu dipanggillah maha patih Rum yang bernama AMIRUL
SYAMSU untuk mencari pulau tersebut.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in 27.0pt; text-align: justify;">
<!--[if gte vml 1]><v:shapetype
id="_x0000_t75" coordsize="21600,21600" o:spt="75" o:preferrelative="t"
path="m@4@5l@4@11@9@11@9@5xe" filled="f" stroked="f">
<v:stroke joinstyle="miter"/>
<v:formulas>
<v:f eqn="if lineDrawn pixelLineWidth 0"/>
<v:f eqn="sum @0 1 0"/>
<v:f eqn="sum 0 0 @1"/>
<v:f eqn="prod @2 1 2"/>
<v:f eqn="prod @3 21600 pixelWidth"/>
<v:f eqn="prod @3 21600 pixelHeight"/>
<v:f eqn="sum @0 0 1"/>
<v:f eqn="prod @6 1 2"/>
<v:f eqn="prod @7 21600 pixelWidth"/>
<v:f eqn="sum @8 21600 0"/>
<v:f eqn="prod @7 21600 pixelHeight"/>
<v:f eqn="sum @10 21600 0"/>
</v:formulas>
<v:path o:extrusionok="f" gradientshapeok="t" o:connecttype="rect"/>
<o:lock v:ext="edit" aspectratio="t"/>
</v:shapetype><v:shape id="_x0000_s1026" type="#_x0000_t75" style='position:absolute;
left:0;text-align:left;margin-left:-76.6pt;margin-top:84.9pt;width:351pt;
height:342.3pt;z-index:-1'>
<v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\HEAVEN~1\LOCALS~1\Temp\msohtml1\01\clip_image001.jpg"
o:title="254260_173563169370183_5754043_n" blacklevel="17039f"/>
</v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><span style="height: 456px; left: 0px; margin-left: -102px; margin-top: 113px; mso-ignore: vglayout; position: absolute; width: 468px; z-index: -1;"><img height="456" src="file:///C:/DOCUME~1/HEAVEN~1/LOCALS~1/Temp/msohtml1/01/clip_image002.jpg" v:shapes="_x0000_s1026" width="468" /></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Arial;"><br />
Semua saudagar telah di kumpulkan tapi belum ketemu juga akhirnya menemukan
seorang saudagar yang bernama Kyiai Imam Musya yang tau tempat tersebut, kata
kyiai musa memang ada sebuah pulau yang letaknya di timur laut yang tidak
berpenghuni dan sangat angker sekali serta siapapun yang menginjakkan kakinya
disitu akan “Dijemput Maut”. Adapun sebelah timur tersebut terdapat lautan luas
yang tidak ada pulaunya sama sekali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in 27.0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Arial;"><br />
<b>KEDATANGAN BANGSA RUM YANG I <o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in 27.0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Arial;"><br />
Akhirnya dipersiapkanlah 20.000 keluarga untuk di kirim ke pulau angker
tersebut, dan pada waktu itu tahun rum 437 bulan ANNISA, atau 5.306 terhitung
tahun rembulan serta 5.154 dihitung tahun matahari setelah nabi ADAM.
Keberangkatan ke pulau angker tersebut di kawal oleh Patih Amirul Syamsu dan
Jaka Aji Saka, disinilah mulai di hitung sebagai tahun 1 Caka.<br />
<br />
Aji Saka atau Jaka Sengkolo adalah seorang raja India yang bernama Prabu Isaka,
putranya Bethara Hanggajali, ibunya dari Negara Najran Sarkil, sedangkan
Hangajali anaknya Empu Ramadi, setelah kalah perang berlari ke wilayah Rum.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in 27.0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Arial;"><br />
Setelah mengantar patih Amirul Syamsu Kembali ke Rum, dan pada bulan Palguna,
Tahun Kalayuti yang di Beri “ Candra Sengkala Geni Tiba atau tahun 003 Caka “
diserang oleh kelompok Gaib yang berupa Wabah ganas sehingga 20.000 keluarga
tinggal 10.000, tidak lama kemudian diserang lagi dengan kobaran api yang
menyerang dari empat penjuru kemudian melarikan diri ke padang TEGAL PARAMA
berhasil lolos hanya 200 keluarga yang akhirnya tinggal 20 keluarga itupun
sangat ketakutan dan meninggalkan pulau jawa dengan naik perahu seadanya. (
Catatan : Jawa masih sambung dengan Sumatra, madura, bali dan Lombok). Pada
ahirnya sampai di Negara Rum tahun 004 ditandai dengan Condro Sengkolo “Toyo
Muluk ing Gegono”.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in 27.0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Arial;"><br />
Kesedihan sultan atas peristiwa tersebut akhirnya memerintahkan patih untuk
memanggil Pandito, Ulama` dan Jamhur ke istana, kemudian pada Bulan Manggasri,
tahun Rahuci atau pada tahun ke 5 Caka ( Toto Sonyo Tanpo Barakan ) di pimpin
oleh Raja Pendeta Usman Aji ( Raja Pendeta Bani Israel ) dan rombongan
mengelilingi pulau jawa untuk memulai penumbalan. Menginjak tahun ke 6 Caka (
Hangas Pecahing Awang awing ) Raja Pendeta bertemu muridnya (Ajisaka) pada
waktu itu juga, Raja pendeta menambahi ilmu kepada Ajisaka. Selanjutnya
pemasangan tumbal dibagi menjadi 5 bagian, Utara, Timur, selatan dan utara di
tengah tengah di pasang di gunung TIDAR ( sekarang wilayah Kedu). Kelima ulama`
dan pendeta tersebut masing menempati lokasi tumbal yang telah di pasang dan
pada hari ke 8 terdengar gemuruh dari segala arah bersahut sahutan tidak ada
henti hentinya siang dan malam, gempa pun tidak terelakan gunung gunung berapi
pun mulai meledak, pohon tumbang kemana mana, tanah longsor, airpun meluap
kemana mana dekarenakan reaksi dari lima tumbal dari ulama` dan pendeta
tersebut.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in 27.0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Arial;"><br />
Jin, Setan, siluman dan para lelembut penghuni pulau jawa berlarian mecari hidup,
tidak kuat melawan tumbal yang telah dipasang oleh Usman Aji, kemudian mereka
berlari dan mengungsi ke gua gua, ke jurang jurang, dank e laut selatan. Reaksi
tersebut kurang lebih memakan waktu 21 hari, setelah lewat yang tadinya suasana
gelap gulita menjadi terang benderang, ahirnya rombongan kembali ke Rum
terhitung bulan Jita tahun Triya Dawari ( 444) atau tahun 7 Caka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in 27.0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Arial;"> .<br />
<b>KEDATANGAN BANGSA RUM YANG II <o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in 27.0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Arial;"><br />
Raja memanggil patih dan Aji saka untuk menyiapkan orang orang yang akan di
kirim lagi ke pulau jawa, yang pada waktu itu Ajisaka di ikuti oleh adik
adiknya yaitu : Empu Bratandang, Empu Broruni dan Empu Braradya.
Disiapkankannya bangsa Hindustan dengan seijin raja “Hyang Jagat Nata” dan di
beri orang buangan Keling sebanyak 15.000 keluarga, dari pulau Kanthi (P.Selon)
sebelah selatan Hindustan 2000 Keluarga, dan singgah di siyem mendapat 3000
orang. Semua genap 20.000 orang lengkap beserta hewan piarannya dan merekapun
melakukan perjalanan lewat pulau
Kencana (Kalimantan) pada bulan Asuji, tahun tisimuka ( 0008 Caka ) <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in 27.0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Arial;"><br />
Setelah . ( Menurut sumber lain mengatakan bahwa kemudian ada susulan dari rum
yang di pimpin oleh Said Jamhur Muharram yang membawa penduduk Rum sebanyak
20.000 orang)<br />
Setelah beristirahat 1o bulan di pulau kencana rombongan tersebut berangkat ke
pulau Jawa. Dibagi menjadi 2 bagian. Yang 20 perahu menuju pulau bawean dan
yang 20 perahu ke Pulau Paminihan ( P. Madura) Namun di temapt tersebut banyak
yang diserang penyakit dan dimakan binatang buas, sehingga waktu di hitung yang
di Bawean tinggal 8.997 keluarga (Janda dan duda lebih dari 105 serta
ketambahan anak-anak) Sedangkan di pulau paminihan tinggal 2.716 (janda dan
duda lebih dari 87) kemudian oleh Ajisaka dijadikan satu menjadi 11.172
keluarga.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in 27.0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Arial;"><br />
Ajisaka kemudian mengambil orang lagi dari pulau kencana sebanyak 6.505
keluarga, dan dari makasar 2.325 keluarga jadi semuanya menjadi 20.003
keluarga, waktu itu P. Bawean ditebangi hutannya pada Caka tahun 9.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in 27.0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Arial;"><br />
Kemudian Aji Saka mebagi menjadi 4 rombongan lagi yang masing masing di pimpin
oleh adik adiknya, Sebagian ke P. Paminihan ( Madura ), untuk membuka hutan
disana. Perjalanan di lanjutkan ke Gunung Rajabasa ( Lampung ) disitu
kebanyakan orang orang dari pulau Kencana, Sebagian ke gung Kendeng ( Rembang )
dan sebagian lagi langsung ke selatan di nusa Barong ( Mataram) di tempat itu
kebanyakan adalah orang orang dari makasar.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in 27.0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Arial;"><br />
Setelah selesai tugas Patih AMIRUL SYAMSU kembali ke Rum untuk melaporkan
tugasnya, Rajapun bergembiran namun juga bersedih karena Aji Saka tidak kembali
ke Rum melainkan menetap di pulau jawa, kejadian itu di catat terjadi pada
bulan Srawana, tahun Suharja sedangkan tahun Caka 10. dari sumber lain juga di
tulis bahwa 20.000 orang rum yang di pimpimpin oleh Said Jamhur Muharam
dikembalikan ke RUM sebab diaanggap meropotkan dikarenakan jumlah yang terlalu
banyak disamping itu juga bentuk tubuh orang Rum dan Orang keeling sangat
berlainan sekali. Disinilah peradaban jawa di mulai.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center; text-indent: 3.25in;">
</div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center; text-indent: 3.25in;">
<b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"> <a href="https://www.facebook.com/seloaji.songgobuwono?ref=tn_tnmn">Selo Ajie Songgo Buwono</a></span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span lang="SV" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: SV;">A. KERAJAAN SALAKANAGARA<o:p></o:p></span></b></div>
<div style="margin-left: .25in; text-align: justify;">
<b><span lang="SV" style="color: #339966; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: SV;">M</span></b><span lang="SV" style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: SV;">asa pemerintahan
kerajaan ini dari tahun 200 SM (menurut catatan sejarah dari India yang
menyebutnya sebagai Java Dwipa) sampai tahun 362 M. Tokoh awal dari kerajaan
ini bernama Aki Tirem. Kerajaan ini berkedudukan di Teluk Lada Pandeglang namun
ada juga yang menyatakan kerajaan ini berkedudukan di sebelah Barat Kota Bogor
di kaki gunung Salak, konon nama gunung Salak diambil dari kata Salaka.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .25in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">1. Dewawarman
I 130-168 M Prabu Darmalokapala Aji Raksa Gapura Sagara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .25in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">2. Dewawarman
II 168-195 M Prabu Digwijayakasa Dewawarmanputra<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .25in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">3. Dewawarman
III195-238 M Prabu Singasagara Bimayasawirya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .25in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">4. Dewawarman
IV 238-252 M Menantu Dewawarman II<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .25in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">5. Dewawarman
V 252-276 M Menantu Dewawarman IV<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .25in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">6. Mahisa
Suramardini Warmandewi 276-289 M isteri Dewawarman V<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .25in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">7. Dewawarman
VI 289-308 M Sang Mokteng Samudera<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .25in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">8. Dewawarman
VII 308-340 M Prabu Bima Digwijaya Satyaganapati<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .25in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">9. Sphatikarnawa
Warmandewi 340-348 M<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .25in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">10. Dewawarman
VIII348-362 M Prabu Darmawirya Dewawarman<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .25in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">11. Dewawarman
IX Mulai 362 M telah menjadi kerajaan bawahan Tarumanagara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .25in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"><br />
<b>B. KERAJAAN TARUMANAGARA<o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .5in; text-align: justify; text-indent: .25in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">1. <a href="http://map-bms.wikipedia.org/w/index.php?title=Rajadirajaguru_Jaya_Singawarman&action=edit&redlink=1" title="Rajadirajaguru Jaya Singawarman (kaca ora ana)"><span style="color: #e06666;">Rajadirajaguru
Jaya Singawarman</span></a><span style="color: red;"> </span>taun 358 - 382 M<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .5in; text-align: justify; text-indent: .25in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">2. <a href="http://map-bms.wikipedia.org/w/index.php?title=Dhamayawarman&action=edit&redlink=1" title="Dhamayawarman (kaca ora ana)"><span style="color: #e06666;">Dhamayawarman</span></a> taun
382 - 395 M<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .5in; text-align: justify; text-indent: .25in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">3. <a href="http://map-bms.wikipedia.org/w/index.php?title=Sri_Purnawarman&action=edit&redlink=1" title="Sri Purnawarman (kaca ora ana)"><span style="color: #e06666;">Sri Purnawarman</span></a> taun
395 - 434 M<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .5in; text-align: justify; text-indent: .25in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">4. <a href="http://map-bms.wikipedia.org/w/index.php?title=Wisnuwarman&action=edit&redlink=1" title="Wisnuwarman (kaca ora ana)"><span style="color: #ea9999;">Wisnuwarman</span></a> taun
434 - 455 M<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .5in; text-align: justify; text-indent: .25in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">5. <a href="http://map-bms.wikipedia.org/w/index.php?title=Indrawarman&action=edit&redlink=1" title="Indrawarman (kaca ora ana)"><span style="color: #e06666;">Indrawarman</span></a><span style="color: red;"> </span>taun
455 - 515 M<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .5in; text-align: justify; text-indent: .25in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">6. <a href="http://map-bms.wikipedia.org/w/index.php?title=Candrawarman&action=edit&redlink=1" title="Candrawarman (kaca ora ana)"><span style="color: #e06666;">Candrawarman</span></a> taun
515 - 535 M<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .5in; text-align: justify; text-indent: .25in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">7. <a href="http://map-bms.wikipedia.org/w/index.php?title=Suryawarman&action=edit&redlink=1" title="Suryawarman (kaca ora ana)"><span style="color: #e06666;">Suryawarman</span></a> taun
535 - 561 M<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; tab-stops: .5in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">Tahun 526 menantu
Suryawarman yang bernama Manikmaya mendirikan kerajaan baru di wilayah Timur
(dekat Nagreg Garut) yang kemudian cicit dari Manikmaya yang bernama
Wretikandayun mendirikan kerajaan baru tahun 612 yang kemudian dikenal dengan
nama kerajaan Galuh.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .5in; text-align: justify; text-indent: .25in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .5in; text-align: justify; text-indent: .25in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">8. <a href="http://map-bms.wikipedia.org/w/index.php?title=Kertawarman&action=edit&redlink=1" title="Kertawarman (kaca ora ana)"><span style="color: #e06666;">Kertawarman</span></a> taun
561 - 628 M<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .5in; text-align: justify; text-indent: .25in;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">9. <a href="http://map-bms.wikipedia.org/w/index.php?title=Sudhawarman&action=edit&redlink=1" title="Sudhawarman (kaca ora ana)"><span style="color: #e06666;">Sudhawarman</span></a> taun
628 - 639 M<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .5in; text-align: justify; text-indent: .25in;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">10.<span style="color: #e06666;"> <a href="http://map-bms.wikipedia.org/w/index.php?title=Hariwangsawarman&action=edit&redlink=1" title="Hariwangsawarman (kaca ora ana)"><span style="color: #e06666;">Hariwangsawarman</span></a></span> taun
639 - 640 M<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .5in; text-align: justify; text-indent: .25in;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">11. <a href="http://map-bms.wikipedia.org/w/index.php?title=Nagajayawarman&action=edit&redlink=1" title="Nagajayawarman (kaca ora ana)"><span style="color: #e06666;">Nagajayawarman</span></a> taun
640 - 666 M<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .5in; text-align: justify; text-indent: .25in;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">12. <a href="http://map-bms.wikipedia.org/w/index.php?title=Sang_Linggawarman&action=edit&redlink=1" title="Sang Linggawarman (kaca ora ana)"><span style="color: #e06666;">Sang
Linggawarman</span></a> taun 666 </span><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">- 669 M<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: .5in; text-align: justify; text-indent: .25in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 45.0pt; text-indent: -9.0pt;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">1.Anak yang bernama MANASIH menikah
dengan TARUSBAWA yang kemudian melanjutkankerajaan Tarumanagara
dengan nama kerajaan Sunda. Karena Tarusbawa merubah nama kerajaan
Tarumanagara menjadi SUNDA, PAKUAN, GALUH, KAWALI, SAUNGALAH<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 45.0pt; text-indent: -9.0pt;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">2.Anak Linggawarman yang
bernama SOBAKANCANA menikah dengan DAPUTAHYANG SRIJAYANASA yang
kemudian mendirikan kerajaan SRIWIJAYA<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .25in; text-indent: -.25in;">
<b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">C. KERAJAAN
SUNDA/GALUH/SAUNGGALAH/PAKUAN<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .25in;">
<b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"><span style="background-color: white; color: #ea9999;">CIKAL
BAKAL BERDIRINYA KERAJAAN MAJAPAHIT</span><span style="color: red;"><o:p></o:p></span></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">01. Tarusbawa (670 – 723)<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">02. </span></b><span style="color: red; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">Sanjaya/Harisdarma/Rakeyan Jamri (723 –732</span><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">)<b> <o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">ibu dari Sanjaya adalah putri
<b>SANAHA</b> dari Kalingga sedangkan
ayahnya adalah <b>BRATASENAWA</b> (raja ke
3 kerajaan Galuh) Sanjaya adalah cicit dari Wretikandayun (kerajaan Galuh)
Sanjaya kemudian menikah dengan anak perempuan Tarusbawa yang bernama
Tejakancana.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">03. <span style="color: red;">Rakeyan Panabaran/Tamperan
Barmawijaya (732 - 739)</span> <o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">adalah anak Sanjaya dari
istrinya Tejakancana. Sanjaya sendiri sebagai penerus ke 2 kerajaan Sunda
kemudian memilih berkedudukan di <b>KALINGGA</b>
yang kemudian mendirikan kerajaan <b>MATARAM</b>
Kuno dan <b>WANGSA SANJAYA</b>(mulai <b>732</b>)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .25in; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">04. Rakeyan Banga (739 – 766)<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">05. Rakeyan Medang Prabu Hulukujang (766 – 783)<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">06. Prabu Gilingwesi (783 –
795)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">07. Pucukbumi Darmeswara
(795 – 819)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">08. Prabu Gajah Kulon
Rakeyan Wuwus (819 – 891)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">09. Prabu Darmaraksa (891 –
895)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">10. Windusakti Prabu
Dewageng (895 – 913)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">11. Rakeyan Kemuning Gading
Prabu Pucukwesi (913 – 916)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">12. Rakeyan Jayagiri Prabu
Wanayasa (916 – 942)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">13. Prabu Resi Atmayadarma
Hariwangsa (942 – 954)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">14. Limbur Kancana (954 –
964)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">15. Prabu Munding Ganawirya
(964 – 973)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">16. Prabu Jayagiri Rakeyan
Wulung Gadung (973 – 989)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">17. Prabu Brajawisesa (989
– 1012)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">18. Prabu Dewa Sanghyang
(1012 – 1019)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">19. Prabu Sanghyang Ageng
(1019 – 1030)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">20. <span style="color: red;">Prabu Detya Maharaja Sri Jayabupati
(1030 – 1042) <o:p></o:p></span></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">Ayah Sri Jayabupati
(Sanghyang Ageng) menikah dengan putri dari Sriwijaya (ibu dari Sri Jayabupati)
sedangkan Sri Jayabupati sendiri menikah dengan putri <b>Dharmawangsa</b> <b>(Adik Dewi
Laksmi istri dari Airlangga)</b><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">21. Raja Sunda XXI<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">22. Raja Sunda XXII<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">23. Raja Sunda XXIII<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">24. Raja Sunda XXIV<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">25. Prabu Guru Dharmasiksa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-indent: -.25in;">
<b><span style="color: red; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">26</span></b><span style="color: red; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">. </span><b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">Rakeyan
Jayadarma</span></b><span style="color: red; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">, bersitri </span><b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">Dyah Singamurti</span></b><span style="color: red; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"> mempunya anak
bernama </span><b><span style="color: green; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">NARARYA SANGGRAMA WIJAYA </span></b><span style="color: red; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">atau disebut </span><b><span style="color: green; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">RADEN WIJAYA</span></b><span style="color: red; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"> Raja
Kerajaan Majapahit pertama.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in;">
<b><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">KEN
AROK</span></b><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;"> dan <b>KEN DEDES</b><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">I <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Mahesa Wongateleng,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">I<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Mahesa Campaka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">I<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">
Lembu Tal<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">I<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in;">
<b><span style="color: green; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">DIYAH
SINGAMURTI<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in;">
<b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">Diperistri RAKEYAN
JAYADHARMA (galuh generasi <span style="color: red;">26</span> )<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-indent: .5in;">
<b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">I<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .25in; mso-list: l11 level1 lfo8; tab-stops: .25in .75in; text-align: justify; text-indent: .25in;">
<b><u><span style="color: #e06666; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Raden_Wijaya" title="Raden Wijaya">RADEN</a>
WIJAYA</span></u></b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">,
bergelar Kertarajasa Jayawardhana <span style="color: #e06666;">(<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1293" title="1293">1293</a> - <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1309" title="1309">1309</a>)
</span><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .25in; mso-list: l11 level1 lfo8; tab-stops: .25in .75in; text-align: justify; text-indent: .25in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">D. KERAAJAAN PAJAJARAN <o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: .25in;">
<b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">(Lanjutan
generasi ke 26 kerajaan Galuh – RAKEYAN JAYADHARMA)<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: .25in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">27. <b><span style="color: blue;">PRABU RAGASUCI</span></b> (1297 – 1303) <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">28. Prabu Citraganda (1303
– 1311)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">29. Prabu Lingga Dewata
(1311 – 1333)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">30. Prabu Ajigunawisesa
(1333 – 1340) menantu Prabu Lingga Dewata<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">31. Prabu Maharaja Lingga
Buana (1340 – 1357)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">32. Prabu Mangkubumi
Suradipati/Prabu Bunisora (1357 – 1371) adik Lingga Buana<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">33. Prabu Raja
Wastu/Niskala Wastu Kancana (1371 – 1475) berahirnya kerajaan GALUH<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; tab-stops: .5in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">Setelah Prabu Raja Wastu
meninggal dunia </span><b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Arial;">Kerajaan
Terpecah Menjadi 2</span></b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 45.0pt; mso-list: l3 level1 lfo10; tab-stops: 45.0pt 63.0pt list 1.25in; text-align: justify; text-indent: -9.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">-<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">Permaisuri
keduanya adalah Mayangsari putri sulung Prabu Mangkubumi Suradipati/Bunisora
memiliki anak yang bernama NINGRAT KENCANA setelah MENJADI <b><u>RAJA GALUH</u></b> bergelar <b>PRABU
DEWANISKALA Kerajaan<o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 45.0pt; tab-stops: 45.0pt 63.0pt; text-align: justify; text-indent: -9.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 45.0pt; mso-list: l3 level1 lfo10; tab-stops: 45.0pt 63.0pt list 1.25in; text-align: justify; text-indent: -9.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: "Arial Narrow"; mso-fareast-font-family: "Arial Narrow";">-<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">Anak dari Prabu Lingga
Buana (31). Istri pertamanya bernama Larasarkati dari Lampung memiliki anak
bernama Sang Haliwungan setelah MENJADI <b><u>RAJA
SUNDA</u></b> bergelar <b>PRABU
SUSUKTUNGGAL</b><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 45.0pt; tab-stops: 45.0pt; text-align: justify; text-indent: -9.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">Putra Prabu Dewaniskala
bernama Jayadewata, mula-mula menikah dengan Ambetkasih putri dari Ki Gedeng
Sindangkasih kemudian menikah lagi dengan Subanglarang (putri Ki Gedeng Tapa
yang menjadi raja Singapura) setelah itu ia menikah lagi dengan Kentringmanik
Mayang Sunda, putri Prabu Susuktunggal.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">Pada tahun <b>1482 Prabu DEWA NISKALA menyerahkan
kekuasaan kerajaan Galuh kepada puteranya</b> <b>(JAYA DEWATA),</b> <span style="color: red;">demikian pula</span> dengan <b>PRABU SUSUKTUNGGAL</b>, ia menyerahkan
tahta kerajaan kepada menantunya <b>(JAYA
DEWATA),</b> maka jadilah Jayadewata sebagai penguasa kerajaan <span style="color: red;">Galuh dan Sunda</span> dengan gelar Sri Baduga Maharaja atau
yang lebih dikenal dengan nama <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">PRABU SILIWANGI <span style="color: red;">(Kerajaan
Pajajaran,1482 – 1521)</span><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .75in; text-indent: -.25in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">01<b>. Sri Baduga Maharaja PRABU
SILIWANGI (1482 – 1521)</b><br />
Pada masa inilah kerajaan Pajajaran mengalami kemajuan serta kemakmuran.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .75in; text-indent: -.25in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">02. Surawisesa (1521 – 1535)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .75in; text-indent: -.25in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">03. Ratu Dewata (1535 – 1543)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .75in; text-indent: -.25in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">04. Ratu Sakti (1543 – 1551)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">05. Raga
Mulya (1551 – 1579)<br />
<!--[if !supportLineBreakNewLine]--><br />
<!--[endif]--><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l4 level1 lfo9; tab-stops: .25in list .5in; text-indent: -.5in;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">E.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">RADEN WIJAYA (
PENDIRI KERAJAAN MAJAPAHIT )<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: .25in;">
<b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">(Lanjutan
generasi ke 26 kerajaan Galuh – RAKEYAN JAYADHARMA >< DYAH SINGHAMURTI)<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .25in; mso-list: l11 level1 lfo8; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: "Arial Narrow"; mso-fareast-font-family: "Arial Narrow";">14.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><b><u><span style="color: #e06666; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Raden_Wijaya" title="Raden Wijaya">RADEN</a>
WIJAYA</span></u></b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">,
bergelar Kertarajasa Jayawardhana (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1293" title="1293">1293</a> - <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1309" title="1309">1309</a>)
<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .25in; mso-list: l11 level1 lfo8; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: "Arial Narrow"; mso-fareast-font-family: "Arial Narrow";">15.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">Kalagamet, bergelar <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jayanagara" title="Jayanagara"><span style="color: #e06666;">Sri Jayanagara</span></a>
(<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1309" title="1309">1309</a> - <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1328" title="1328">1328</a>) <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .25in; mso-list: l11 level1 lfo8; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: "Arial Narrow"; mso-fareast-font-family: "Arial Narrow";">16.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">Sri Gitarja, bergelar <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tribhuwana_Wijayatunggadewi" title="Tribhuwana Wijayatunggadewi"><span style="color: #e06666;">Tribhuwana Wijayatunggadewi</span></a> (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1328" title="1328">1328</a> - <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1350" title="1350">1350</a>) <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .25in; mso-list: l11 level1 lfo8; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: "Arial Narrow"; mso-fareast-font-family: "Arial Narrow";">17.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hayam_Wuruk" title="Hayam Wuruk"><span style="color: #e06666;">Hayam Wuruk</span></a>,
bergelar Sri Rajasanagara (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1350" title="1350">1350</a> - <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1389" title="1389">1389</a>)
<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .25in; mso-list: l11 level1 lfo8; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: "Arial Narrow"; mso-fareast-font-family: "Arial Narrow";">18.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Wikramawardhana" title="Wikramawardhana"><span style="color: #e06666;">Wikramawardhana</span></a>
(<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1389" title="1389">1389</a> - <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1429" title="1429">1429</a>) <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .25in; mso-list: l11 level1 lfo8; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: "Arial Narrow"; mso-fareast-font-family: "Arial Narrow";">19.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suhita" title="Suhita"><span style="color: #e06666;">Suhita</span></a> (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1429" title="1429">1429</a> - <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1447" title="1447">1447</a>) <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .25in; mso-list: l11 level1 lfo8; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: "Arial Narrow"; mso-fareast-font-family: "Arial Narrow";">20.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kertawijaya" title="Kertawijaya"><span style="color: #e06666;">Kertawijaya</span></a>,
bergelar Brawijaya I (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1447" title="1447">1447</a>
- <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1451" title="1451">1451</a>) <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .25in; mso-list: l11 level1 lfo8; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: "Arial Narrow"; mso-fareast-font-family: "Arial Narrow";">21.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Rajasawardhana" title="Rajasawardhana"><span style="color: #e06666;">Rajasawardhana</span></a>,
bergelar Brawijaya II (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1451" title="1451">1451</a>
- <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1453" title="1453">1453</a>) <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .25in; mso-list: l11 level1 lfo8; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: "Arial Narrow"; mso-fareast-font-family: "Arial Narrow";">22.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">Purwawisesa atau <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Girishawardhana" title="Girishawardhana"><span style="color: #e06666;">Girishawardhana</span></a>,
bergelar Brawijaya III (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1456" title="1456">1456</a>
- <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1466" title="1466">1466</a>) <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .25in; mso-list: l11 level1 lfo8; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: "Arial Narrow"; mso-fareast-font-family: "Arial Narrow";">23.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">Pandanalas, atau <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suraprabhawa" title="Suraprabhawa"><span style="color: #e06666;">Suraprabhawa</span></a>,
bergelar Brawijaya IV (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1466" title="1466">1466</a>
- <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1468" title="1468">1468</a>) <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .25in; mso-list: l11 level1 lfo8; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: "Arial Narrow"; mso-fareast-font-family: "Arial Narrow";">24.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">Kertabumi, bergelar <a href="http://bagusharun.blogspot.com/2012/09/jejak-brawijaya-v-sunan-lawu.html"><span style="color: #e06666;">Brawijaya V</span></a>,
SUNAN LAWU, (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1468" title="1468">1468</a> - <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1478" title="1478">1478</a>) <o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .75in; mso-list: l11 level2 lfo8; tab-stops: list .75in; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: Arial; font-size: 12pt;">1.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal;"> </span></span></b><!--[endif]--><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">Beristri Dewi Anarawati.
Permaisuri beliau ini beragama Islam. Dia adalah adik ipar Syeh Ibrahim
As-Samarqandi yang terkenal di Jawa dengan nama Syeh Ibrahim Smorokondi atau </span><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">bibi dari <b>Sunan Ampel atau
Raden Ali Rahmad</b> atau <b>Bong Swie Hoo
Menurunkan </b></span><b><span style="color: red; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Arial;">RADEN PATAH</span></b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .75in; mso-list: l11 level2 lfo8; tab-stops: list .75in; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: Arial; font-size: 12pt;">2.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal;"> </span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">Beristri Dewi Wandan Sari / Putri Wiring Kuning mempunyai keturunan
bernama <span style="color: red;">LEMBU PETENG/ BONDAN KEJAWEN</span></span></b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .25in; mso-list: l11 level1 lfo8; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: "Arial Narrow"; mso-fareast-font-family: "Arial Narrow";">25.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Girindrawardhana" title="Girindrawardhana">Girindrawardhana</a>,
bergelar Brawijaya VI (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1478" title="1478">1478</a>
- <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1498" title="1498">1498</a>) <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .25in; mso-list: l11 level1 lfo8; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: "Arial Narrow"; mso-fareast-font-family: "Arial Narrow";">26.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">Hudhara, bergelar <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Brawijaya_VII&action=edit&redlink=1" title="Brawijaya VII (belum dibuat)">Brawijaya VII</a> (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1498" title="1498">1498</a>-<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1518" title="1518">1518</a>)<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Majapahit#cite_note-22#cite_note-22" title="">[23]</a> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .25in; tab-stops: .25in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">F. GENERASI ANAK CUCU/ KETURUNAN<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: .25in;">
<b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">BONDAN
KEJAWEN/ LEMBU PETENG dan DEWI RETNO NAWANGSIH<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: .25in;">
<b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">( Nawang Sih,
anak dari KI Ageng Tarub dan Dewi Nawang
Wulan)<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<ol start="1" style="margin-top: 0in;" type="1">
<li class="MsoNormal"><b><span style="color: #e06666; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"><a href="http://bagusharun.blogspot.com/2012/09/jejak-brawijaya-v-sunan-lawu.html">Prabu BRAWIJAYA V</a></span></b><b><span style="color: #cc3300; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"> </span></b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">Beristri</span><b><span style="color: #cc3300; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"> </span></b><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">PUTRI WIRING KUNING/ DEWI WANDAN SARI</span></b><b><span style="color: #cc3300; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"> </span></b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">berputra 1 orang laki</span><span style="color: #cc3300; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"> </span><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">laki Lembu Peteng,
oleh romonya di titipkan untuk di asuh oleh <b>Kiyai AGENG TARUB </b>yang
akhir nya di ambil menantunya.<b><o:p></o:p></b></span></li>
<li class="MsoNormal"><b><span style="color: #e06666; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"><a href="http://bagusharun.blogspot.com/2012/09/d-asal-usul-bondan-kejawen-atau-lembu.html">LEMBU PETENG</a></span></b><b><span style="color: #cc3300; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"> </span></b><b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">/</span></b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">Bondan kejawen
/Kiageng Tarub II Beristri</span><b><span style="color: #cc3300; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"> </span></b><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">DEWI NAWANG SIH</span></b><b><span style="color: #cc3300; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"> </span></b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">( Putri ke 3 Perkawinan Joko Tarub dan
Nawang Wulan </span><span style="color: windowtext; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">yaitu saudari dari Nawang sasi dan Nawang Arum, ) mempunyai anak </span><b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"><o:p></o:p></span></b></li>
</ol>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l6 level1 lfo12; tab-stops: list .5in left .75in 63.0pt; text-indent: 0in;">
<b>2.1 Ki Ageng Wonosobo </b><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Berputra Pangeran Made Pandan atau </span><br />
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"> PANDAN ARANG yang akan </span><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">menurunkan Kiyai Imam Syuhada' atau </span><br />
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;"> Rng Singodipo Soedirman Mojodadi, Selorejo Mojowarno </span><br />
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"> Jombang Jawa Timur</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l6 level1 lfo12; tab-stops: list .5in left .75in 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: "Arial Narrow"; mso-fareast-font-family: "Arial Narrow";">2.2.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: "Arial Narrow"; mso-fareast-font-family: "Arial Narrow";"><span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal;"> </span></span></b><b><span style="color: #3d85c6; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"><a href="http://bagusharun.blogspot.com/2012/09/2-ki-ageng-getas-pendowo_24.html">Ki Ageng Getas Pandowo (Ki Abdulloh)</a></span></b><br />
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">2.3. </span><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;"><b>Nyai Siti Rochmah Roro Kasihan</b> Puteri (dinikahkan dengan Ki Ageng Ngerang </span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;"> putra </span><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Syeh Maulana Malik </span><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Ibrahim ) hingga terkenal dengan nama </span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;"><b> Nyai Ageng Ngerang</b> </span><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">dan mempunyai 2 orang anak Yang</span><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;"> Pertama Putri </span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;"> kemudian no 2 putra</span></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<ol start="3" style="margin-top: 0in;" type="1">
<li class="MsoNormal"><b><span style="color: #e06666; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"><a href="http://bagusharun.blogspot.com/2012/09/2-ki-ageng-getas-pendowo_24.html">KI AGENG GETASPENDOWO</a></span></b><b style="background-color: white; color: #cc3300;"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"> </span></b><span style="background-color: white; color: black; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">( Kiyai Abdullah / Ki Ageng Tarub
III )<b> </b>Mempunyai 6 orang
Anak 1 laki laki bernama
Abdurrohman Susilo</span><b style="color: #cc3300;"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"><o:p></o:p></span></b></li>
</ol>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l12 level1 lfo11; tab-stops: list .5in left .75in; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><i><span style="font-family: 'Arial Narrow';">3.1.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-style: normal;"> </span></span></i><!--[endif]--><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">Ki Ageng Selo<i>,
<o:p></o:p></i></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l12 level1 lfo11; tab-stops: list .5in left .75in; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><i><span style="font-family: 'Arial Narrow';">3.2.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-style: normal;"> </span></span></i><!--[endif]--><i><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Nyai Ageng Pakis, <o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l12 level1 lfo11; tab-stops: list .5in left .75in; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><i><span style="font-family: 'Arial Narrow';">3.3.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-style: normal;"> </span></span></i><!--[endif]--><i><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Nyai Ageng Purno, <o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l12 level1 lfo11; tab-stops: list .5in left .75in; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><i><span style="font-family: 'Arial Narrow';">3.4.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-style: normal;"> </span></span></i><!--[endif]--><i><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Nyai Ageng Wanglu, <o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l12 level1 lfo11; tab-stops: list .5in left .75in; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><i><span style="font-family: 'Arial Narrow';">3.5.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-style: normal;"> </span></span></i><!--[endif]--><i><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Nyai Ageng Bokong, <o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l12 level1 lfo11; tab-stops: list .5in left .75in; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">3.6.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><i><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Nyai Ageng Adibaya.</span></i><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; tab-stops: .75in;">
<br /></div>
<ol start="4" style="margin-top: 0in;" type="1">
<li class="MsoNormal"><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"><a href="http://bagusharun.blogspot.com/2012/09/3-ki-ageng-selo-muhammad-abdurrohman_24.html">KI AGENG SELO</a> </span></b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">( Kiyai Abdurrohman
Susilo ) niikah dengan<b> </b></span><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">NYAI BICAK</span></b><b><span style="color: teal; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"> </span></b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">Mempunyai 7 orang anak 1 laki laki
bernama Ki Ageng Anis/ Enes<b><o:p></o:p></b></span></li>
</ol>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l8 level1 lfo13; tab-stops: list .25in left .75in 63.0pt; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: "Arial Narrow"; mso-fareast-font-family: "Arial Narrow";">4.1.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">Nyai Ageng Lurung Tengah, <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l8 level1 lfo13; tab-stops: list .25in left .75in 63.0pt; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: "Arial Narrow"; mso-fareast-font-family: "Arial Narrow";">4.2.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">Nyai Ageng Saba </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l8 level1 lfo13; tab-stops: list .25in left .75in 63.0pt; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: "Arial Narrow"; mso-fareast-font-family: "Arial Narrow";">4.3.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">Nyai Ageng Basri, <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l8 level1 lfo13; tab-stops: list .25in left .75in 63.0pt; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: "Arial Narrow"; mso-fareast-font-family: "Arial Narrow";">4.4.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">Nyai Ageng Jati, <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l8 level1 lfo13; tab-stops: list .25in left .75in 63.0pt; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: "Arial Narrow"; mso-fareast-font-family: "Arial Narrow";">4.5.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">Nyai Ageng Patanen, <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l8 level1 lfo13; tab-stops: list .25in left .75in 63.0pt; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: "Arial Narrow"; mso-fareast-font-family: "Arial Narrow";">4.6.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">Nyai Ageng Pakis Dadu, dan
bungsunya putra laki - laki bernama <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l8 level1 lfo13; tab-stops: list .25in left .75in 63.0pt; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: "Arial Narrow"; mso-fareast-font-family: "Arial Narrow";">4.7.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal;"> </span></span></b><!--[endif]--><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">Kyai Ageng Enis. <o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; tab-stops: .75in 63.0pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<ol start="5" style="margin-top: 0in;" type="1">
<li class="MsoNormal" style="color: #cc3300; mso-list: l5 level1 lfo3; tab-stops: list .5in;"><span style="color: black; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Kiyai</span><b><span style="color: teal; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"> </span></b><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"><a href="http://bagusharun.blogspot.com/2012/09/4-ki-ageng-henis.html">AGENG ANES</a> atau ki Ageng LAWEYAN</span></b><b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"><o:p></o:p></span></b></li>
<li class="MsoNormal" style="color: #cc3300; mso-list: l5 level1 lfo3; tab-stops: list .5in;"><span style="color: black; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Kiyai</span><b><span style="color: teal; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"> </span></b><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"><a href="http://bagusharun.blogspot.com/2012/09/5-ki-ageng-pemanahan_24.html">AGENG PEMANAHAN</a></span></b><b style="color: black;"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"> </span></b><span style="color: black; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"><b>( Sopati Ing Ngalogo </b>)</span><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"> menikah
dengan <b>NYAI SABINAH</b> <b> putri sulung KI AGENG SOBO</b></span><b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"> </span></b><span style="color: black; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">Berputra</span><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"><o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="color: teal; mso-list: l5 level1 lfo3; tab-stops: list .5in;"><span style="color: black; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">Kiyai</span><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"> </span><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"><a href="http://bagusharun.blogspot.com/2012/09/6-raden-bagus-danang-soetowidjoyo_5884.html">AGENG SUTOWIJOYO</a></span></b><b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"> (Raden Mas Ngabehi Loring Pasar - Mataram)<o:p></o:p></span></b></li>
<li class="MsoNormal" style="color: teal; mso-list: l5 level1 lfo3; tab-stops: list .5in;"><span style="color: black; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">Raden<b> </b></span><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"><a href="http://bagusharun.blogspot.com/2012/09/7-raden-mas-jolang-panembahan_24.html">MAS JOLANG</a></span></b><b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"> (mataram)<o:p></o:p></span></b></li>
<li class="MsoNormal" style="color: #cc3300; mso-list: l5 level1 lfo3; tab-stops: list .5in;"><span style="color: black; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">Pageran</span><b><span style="color: teal; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"> </span></b><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"><a href="http://bagusharun.blogspot.com/2012/09/8-pageran-kajoran-mataram_24.html">KAJORAN</a></span></b><b><span style="color: teal; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"> ( mataram</span></b><span style="color: windowtext; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">)</span><b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"><o:p></o:p></span></b></li>
<li class="MsoNormal" style="color: #cc3300; mso-list: l5 level1 lfo3; tab-stops: list .5in;"><span style="color: black; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">Pangeran</span><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"> </span><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"><a href="http://bagusharun.blogspot.com/2012/09/9-pageran-pringgoloyo-mataram_24.html">ARYO PRINGGOLOYO</a> </span></b><span style="color: black; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">Berputra</span><b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"><o:p></o:p></span></b></li>
<li class="MsoNormal" style="color: #cc3300; mso-list: l5 level1 lfo3; tab-stops: list .5in;"><span style="color: black; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">Raden</span><b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"> </span></b><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"><a href="http://bagusharun.blogspot.com/2012/09/10-raden-aryo-padureso-kiyai-ngabehi_24.html">BAHUREKSO</a></span></b><b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"> </span></b><b style="color: blue;"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">(kiyahi Bahurekso-Babad Tanah Kendal - Bupati Kendal)
Berputra</span></b><b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"><o:p></o:p></span></b></li>
<li class="MsoNormal" style="color: #cc3300; mso-list: l5 level1 lfo3; tab-stops: list .5in;"><span style="color: black; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">Pangeran</span><b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"> </span></b><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">DERPO SENTONO</span></b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"> </span><span style="color: black; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">Berputra</span><b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"><o:p></o:p></span></b></li>
<li class="MsoNormal"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">Kiyai</span><b><span style="color: #cc3300; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"> </span></b><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">ABDUL IMAM/ R. MAS ABDUL IMAM</span></b><b><span style="color: #cc3300; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"> </span></b><b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">(bupati Sumoroto
ponorogo)</span></b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">Sumare
di pengkot sumoroto ponorogo <b>Berputra<o:p></o:p></b></span></li>
<li class="MsoNormal"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">Kiyai<b> </b></span><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">NOLOJOYO / DUGEL KESAMBI / Ki AGENG PRONGKOT</span></b><b><span style="color: #cc3300; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"> </span></b><b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">(bupati
Sumoroto ponorogo)</span></b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">Sumare di pengkot sumoroto ponorogo<b> Ber putra<o:p></o:p></b></span></li>
<li class="MsoNormal"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">Kiyai</span><b><span style="color: #cc3300; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">
</span></b><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"><a href="http://bagusharun.blogspot.com/2012/09/14-raden-mas-bagus-harus-ki-ageng_5176.html">AGENG BAGUS HARUN</a></span></b><b><span style="color: #cc3300; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"> / </span></b><b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">KI AGENG BASHORIYAH </span></b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">Sewulan Madiun, Berputra 9 Orang yaitu :<o:p></o:p></span></li>
</ol>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l10 level1 lfo4; tab-stops: list .5in left 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">15.1.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"><a href="http://arsippadepokankraton1000.blogspot.com/2012/10/nyai-santri.html"><span style="color: #e06666;">Nyai Muhammad santri</span></a><span style="color: blue;"><o:p></o:p></span></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l10 level1 lfo4; tab-stops: list .5in left 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">15.2.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Nyai Mahali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l10 level1 lfo4; tab-stops: list .5in left 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">15.3.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;"><a href="http://padepokankraton1000.wordpress.com/?attachment_id=84"><span style="color: #e06666;">Nyai mansurTawangsari Ponorogo</span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l10 level1 lfo4; tab-stops: list .5in left 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">15.4.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Kiyai Raden Mas
Tafsiruddin Onggowijoyo Magetan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l10 level1 lfo4; tab-stops: list .5in left 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">15.5.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Kiyai Raden Mas
Ahmad Ngali Penghulu Kertosono<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l10 level1 lfo4; tab-stops: list .5in left 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">15.6.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Kiyai Raden Mas
Muhammad Suriyyah Selosari dagangan Madiun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l10 level1 lfo4; tab-stops: list .5in left 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">15.7.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Kiiyai Mahalli
Perdikan winong tulung agung<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l10 level1 lfo4; tab-stops: list .5in left 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">15.8.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Kiyai Raden Mas
Wongsoriyah di pulosari Sumororoto Ponorogo<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l10 level1 lfo4; tab-stops: list .5in left 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">15.9.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Kiyai Raden Mas
Umar sidik Babatan Kanten Ponorogo<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 63.0pt; text-indent: -.25in;">
<br /></div>
<ol start="16" style="margin-top: 0in;" type="1">
<li class="MsoNormal"><b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">Nyai </span></b><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">SANTRI</span></b><b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"> di peristri <span style="color: blue;"><a href="http://arsippadepokankraton1000.blogspot.com/2012/10/1-nyai-santri.html">Kyai SANTRI</a></span> mempunyai 5 orang anak<u><o:p></o:p></u></span></b></li>
</ol>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: -.25in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l9 level1 lfo6; tab-stops: list .5in left 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">16.1.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Kiyai Raden Mas
Maklum Sewulan madiun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l9 level1 lfo6; tab-stops: list .5in left 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">16.2.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Kiyai Raden Mas
Hasan bashori sewulan madiun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l9 level1 lfo6; tab-stops: list .5in left 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">16.3.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">Kiyai </span></b><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Raden Mas </span><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">Tafsiruddin II di Sewulan madiun <o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l9 level1 lfo6; tab-stops: list .5in left 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">16.4.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Raden Mas Sosro
dirjo sumare ing sewulan madiun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l9 level1 lfo6; tab-stops: list .5in left 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">16.5.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Nyai <b><a href="http://jawatimuran.wordpress.com/2013/06/11/masjid-al-arfiyah-atau-masjid-mojoduwur-kabupaten-nganjuk/">Affiyah</a></b> sumare ing Mijoduwur nganjuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: -.25in;">
<br /></div>
<ol start="17" style="margin-top: 0in;" type="1">
<li class="MsoNormal"><b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">Kiyai </span></b><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">TAFSIRUDDIN II</span></b><b><span style="color: teal; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"> </span></b><b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">Sewulan</span></b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"> madiun ( Mempunyai 16
Orang anak )<b><o:p></o:p></b></span></li>
</ol>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 63.0pt; tab-stops: 63.0pt; text-indent: -27.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 63.0pt; mso-list: l2 level1 lfo5; tab-stops: 63.0pt; text-indent: -27.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><b>17.1.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal;">
</span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;"><a href="http://arsippadepokankraton1000.blogspot.com/2012/10/kyai-maklum-buntoro-putra-nyai-santri.html"><span style="color: #e06666;">Kyiai Raden MasBuntoro</span></a> -- <a href="http://arsippadepokankraton1000.blogspot.com/2012/10/nyai-ilyas.html"><span style="color: #e06666;">Kiyai ILYAS</span></a> sampai ke Kiyai Abdurrahman Wahid <o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 1.0in; mso-list: l2 level1 lfo5; tab-stops: list 63.0pt; text-indent: -.5in;">
<!--[if !supportLists]-->17.2.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Kiyai Raden Mas
jekso<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 1.0in; mso-list: l2 level1 lfo5; tab-stops: list 63.0pt; text-indent: -.5in;">
<!--[if !supportLists]-->17.3.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Kiya Raden Mas i
mukibar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 1.0in; mso-list: l2 level1 lfo5; tab-stops: list 63.0pt; text-indent: -.5in;">
<!--[if !supportLists]-->17.4.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Nyai belandung
pagotan uteran<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 1.0in; mso-list: l2 level1 lfo5; tab-stops: list 63.0pt; text-indent: -.5in;">
<!--[if !supportLists]-->17.5.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Nyai
Muntoha Gambiran<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 1.0in; mso-list: l2 level1 lfo5; tab-stops: list 63.0pt; text-indent: -.5in;">
<!--[if !supportLists]-->17.6.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Nyai ngabdul
Latif Pagotan ngelames<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 1.0in; mso-list: l2 level1 lfo5; tab-stops: list 63.0pt; text-indent: -.5in;">
<!--[if !supportLists]-->17.7.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Nyai Ngali Zen
Ponongko, pucang rejo Juwan Madiun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 1.0in; mso-list: l2 level1 lfo5; tab-stops: list 63.0pt; text-indent: -.5in;">
<!--[if !supportLists]-->17.8.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Kiyai Raden Mas
Imam Rejo Pohnongko Paron Ngawi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 1.0in; mso-list: l2 level1 lfo5; tab-stops: list 63.0pt; text-indent: -.5in;">
<!--[if !supportLists]-->17.9.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Kiyai Raden Mas
Irodirjo Pucang anom delopo<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 1.0in; mso-list: l2 level1 lfo5; tab-stops: list 63.0pt; text-indent: -.5in;">
<!--[if !supportLists]-->17.10.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Kiyai Raden Mas
Aruman<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 1.0in; mso-list: l2 level1 lfo5; tab-stops: list 63.0pt; text-indent: -.5in;">
<!--[if !supportLists]--><b>17.11.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal;"> </span></b><!--[endif]--><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">Nyai Umuk Penarip Sooko Mojokerto<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 1.0in; mso-list: l2 level1 lfo5; tab-stops: list 63.0pt; text-indent: -.5in;">
<!--[if !supportLists]-->17.12.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Nyai Idris
Bendungan Nganjuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 1.0in; mso-list: l2 level1 lfo5; tab-stops: list 63.0pt; text-indent: -.5in;">
<!--[if !supportLists]-->17.13.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Kiyai R Raden
Mas Rejo Muhammad Sewulan Madiun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 1.0in; mso-list: l2 level1 lfo5; tab-stops: list 63.0pt; text-indent: -.5in;">
<!--[if !supportLists]-->17.14.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Kiyai Raden Mas
Khasan Rejo Sewulan Madiun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 1.0in; mso-list: l2 level1 lfo5; tab-stops: list 63.0pt; text-indent: -.5in;">
<!--[if !supportLists]-->17.15.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Kiyai Raden Mas
Sastri Irono Sewulan Madiun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 1.0in; mso-list: l2 level1 lfo5; tab-stops: list 63.0pt; text-indent: -.5in;">
<!--[if !supportLists]-->17.16.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Kiyai Raden Mas
Chasan Warjoyo Ngagel, selembur, delopo<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: -.25in;">
<br /></div>
<ol start="18" style="margin-top: 0in;" type="1">
<li class="MsoNormal" style="color: teal; mso-list: l5 level1 lfo3; tab-stops: list .5in;"><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">NYAI UMUK</span></b><b><span style="color: black; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"> Penarip Sooko Mojokerto</span></b><b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"> </span></b><b><span style="color: black; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">Berputra 1</span></b><span style="color: black; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"> Orang bernama</span><span style="color: red; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"> </span><b><u><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"><o:p></o:p></span></u></b></li>
</ol>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l5 level2 lfo3; tab-stops: list .5in left 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">18.1.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">Kiyai Rofi`I</span></b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"> Yang menetap di Kuncen Mojokerto<b><u><o:p></o:p></u></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: -.25in;">
<br /></div>
<ol start="19" style="margin-top: 0in;" type="1">
<li class="MsoNormal"><b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">Kiyai </span></b><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">ROFI`I Kuncen Mojokerto</span></b><b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"> </span></b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">Beliau berputra 6
Orang<b><o:p></o:p></b></span></li>
</ol>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l0 level1 lfo7; tab-stops: list .5in left 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">19.1.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Nyai ruqoiyyah,
sinoman Mijokerto<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l0 level1 lfo7; tab-stops: list .5in left 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">19.2.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">Nyai Syafurah
Ponpes Penarip Mojokerto<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l0 level1 lfo7; tab-stops: list .5in left 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">19.3.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Nyai Chalimah
Pekukuhan Mojosari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l0 level1 lfo7; tab-stops: list .5in left 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">19.4.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Abdul Alim
Sinoman Mojokerto<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l0 level1 lfo7; tab-stops: list .5in left 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">19.5.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Abdul Mu`in
Sinoman Mojokerto<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l0 level1 lfo7; tab-stops: list .5in left 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">19.6.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Umi Kulsum
Penarip Mojokerto<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<ol start="20" style="margin-top: 0in;" type="1">
<li class="MsoNormal"><b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">Nyai </span></b><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">SYAFURAH</span></b><b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"> Di peristri Kiyai </span></b><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">ILYAS</span></b><b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"> </span></b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">( Ponpes Penarip Mojokerto )<o:p></o:p></span></li>
</ol>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l1 level1 lfo1; tab-stops: list .5in left 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">20.1.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Nursalim
Mojokerto<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l1 level1 lfo1; tab-stops: list .5in left 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">20.2.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Nyai Maisyaroh
Penarip Mojokerto<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l1 level1 lfo1; tab-stops: list .5in left 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">20.3.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Ahmad Penarip
Mojokerto<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l1 level1 lfo1; tab-stops: list .5in left 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">20.4.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Mohammad Thoyib
Penarip Mojokerto<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l1 level1 lfo1; tab-stops: list .5in left 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">20.5.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Muhammad Shidiq
Penarip Mojokerto<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l1 level1 lfo1; tab-stops: list .5in left 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">20.6.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Nyai </span></b><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">JUWARIYAH </span></b><b><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;"> <o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l1 level1 lfo1; tab-stops: list .5in left 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">20.7.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Kiyai Isma`il<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; tab-stops: 63.0pt;">
<br /></div>
<ol start="21" style="margin-top: 0in;" type="1">
<li class="MsoNormal"><b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">Nyai </span></b><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">JUWARIYAH</span></b><b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"> Diperistri </span></b><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">K. H. GHOZALI</span></b><b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"> </span></b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">( Ponpes Mojodadi, Selorejo Mojowarno Jombang
mempunyai 10 orang anak)<o:p></o:p></span></li>
</ol>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l7 level1 lfo2; tab-stops: list .5in left 1.0in; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">21.1.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">H. Masduqi, Kandangan
Pare Kediri<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 63.0pt; mso-list: l7 level1 lfo2; tab-stops: 1.0in; text-indent: -27.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">21.2.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Nyai Siti
Chiriyah Mojodadi di nikahi Kiyahi Jauhari Indramayu Jawabarat<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l7 level1 lfo2; tab-stops: list .5in left 1.0in; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">21.3.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Nyai Sholkhah
Mojodadi Mojowarno Jombang<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l7 level1 lfo2; tab-stops: list .5in left 1.0in; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">21.4.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Dawam ( Alm)<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l7 level1 lfo2; tab-stops: list .5in left 1.0in; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">21.5.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">K. Ahmad
Dimyati Alm Sroyo Dlanggu Mojokerto<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l7 level1 lfo2; tab-stops: list .5in left 1.0in; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">21.6.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Nyai Saudah,
Mlaras Sumobito Jombang<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l7 level1 lfo2; tab-stops: list .5in left 1.0in; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">21.7.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">K. Ahmad
Baidlowi SEmobiti Melaras Jombang<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l7 level1 lfo2; tab-stops: list .5in left 1.0in; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">21.8.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Nyai Rochimah
ALM<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l7 level1 lfo2; tab-stops: list .5in left 1.0in; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">21.9.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Sonhaji Sememi
tandes Surabaya<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l7 level1 lfo2; tab-stops: list .5in left 1.0in; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">21.10.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">K. Ahmad
Syaifuddin menikahi Nyai Alwiyah Mojodadi
Mojowarno Jombang<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 1.0in; text-indent: -.25in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 1.0in; text-indent: -.25in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 63.0pt; text-indent: -.25in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 63.0pt; text-indent: -.25in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 63.0pt; text-indent: -.25in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 63.0pt; text-indent: -.25in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 63.0pt; text-indent: -.25in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 63.0pt; text-indent: -.25in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 63.0pt; text-indent: -.25in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 63.0pt; text-indent: -.25in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 63.0pt; text-indent: -.25in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 63.0pt; text-indent: -.25in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 63.0pt; text-indent: -.25in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 63.0pt; text-indent: -.25in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 63.0pt; text-indent: -.25in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 63.0pt; text-indent: -.25in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 63.0pt; text-indent: -.25in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 63.0pt; text-indent: -.25in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 63.0pt; text-indent: -.25in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10018071273892975412noreply@blogger.com61tag:blogger.com,1999:blog-2745027681920185724.post-86288210051514567492012-09-26T20:25:00.001-07:002015-11-28T20:43:11.465-08:00Nyai JUWARIYAH Diperistri K. H. GHOZALI<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l8 level1 lfo6; tab-stops: list .25in; text-indent: -.5in;">
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: list .25in left .5in; text-indent: -.25in;">
<br />
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<b><span style="font-family: "arial narrow";">Nyai JUWARIYAH Diperistri K. H. GHOZALI<span class="apple-converted-space"> <o:p></o:p></span></span></b></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<b><span style="font-family: "arial narrow";">( PP Mojodadi,
Selorejo Mojowarno Jombang mempunyai 10 orang anak)<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l6 level1 lfo1; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list .25in; text-indent: -.5in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">1.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">H. Masduqi, Kandangan Pare
Kediri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l6 level1 lfo1; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list .25in; text-indent: -.5in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">2.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Nyai
Siti Chiriyah<span class="apple-converted-space"> </span></span><span style="font-family: "arial narrow";">Mojodadi Mojowarno Jombang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l6 level1 lfo1; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list .25in; text-indent: -.5in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">3.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Nyai Sholkhah Mojodadi Mojowarno
Jombang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l6 level1 lfo1; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list .25in; text-indent: -.5in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">4.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Dawam ( Alm)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l6 level1 lfo1; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list .25in; text-indent: -.5in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">5.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">K. Ahmad Dimyati Alm Sroyo
Dlanggu Mojokerto<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l6 level1 lfo1; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list .25in; text-indent: -.5in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">6.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Nyai Saudah, Mlaras Sumobito
Jombang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l6 level1 lfo1; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list .25in; text-indent: -.5in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">7.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">K. Ahmad Baidlowi SEmobiti
Melaras Jombang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l6 level1 lfo1; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list .25in; text-indent: -.5in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">8.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Nyai Rochimah ALM<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l6 level1 lfo1; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list .25in; text-indent: -.5in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">9.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Sonhaji Sememi tandes Surabaya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l6 level1 lfo1; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list .25in; text-indent: -.5in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">10.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">K.Syaifuddin Mojodadi Mojowarno
Jombang<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<b><span style="font-family: "arial narrow";">RINCIAN NAMA
NAMA KETURUNAN<o:p></o:p></span></b></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.5in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l31 level1 lfo11; tab-stops: 27.0pt list 1.5in; text-indent: -1.5in;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: "arial narrow";">1.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-weight: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: "arial narrow";">H. MASDUQI, Kandangan Pare Kediri</span></b><b><span style="font-family: "arial narrow";"><o:p></o:p></span></b></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.5in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l31 level2 lfo11; tab-stops: .75in list 1.5in; text-indent: -81.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: "arial narrow";">1.1.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-weight: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: "arial narrow";">SYAMSUL HUDA<o:p></o:p></span></b></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.5in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l31 level2 lfo11; tab-stops: .75in list 1.5in; text-indent: -81.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: "arial narrow";">1.2.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-weight: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: "arial narrow";">Hajjah QOMARIYAH </span></b><span style="font-family: "arial narrow";">Dinikahi<b>
H. M. SA’ID (Alm)<o:p></o:p></b></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l15 level1 lfo2; tab-stops: 27.0pt 63.0pt 81.0pt list 1.25in; text-indent: -.5in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">1.2.1.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Titin
Mariani di Nikah Sujarwo</span><span style="font-family: "arial narrow";"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l30 level1 lfo22; tab-stops: 27.0pt 63.0pt 81.0pt list 1.25in left 117.0pt; text-indent: -9.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">1.2.1.1.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Muhammad
Febi Kurniawan</span><span style="font-family: "arial narrow";"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l15 level1 lfo2; tab-stops: 27.0pt 63.0pt 81.0pt list 1.25in; text-indent: -.5in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">1.2.2.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Erna
Susanti Dinikah Joko Sudarman</span><span style="font-family: "arial narrow";"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l3 level1 lfo21; tab-stops: 27.0pt 63.0pt 81.0pt list 1.25in left 117.0pt; text-indent: -9.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">1.2.2.1.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Erika Kartika Fitriani Sari<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l3 level1 lfo21; tab-stops: 27.0pt 63.0pt 81.0pt list 1.25in left 117.0pt; text-indent: -9.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">1.2.2.2.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Muhammad Ricko Nugroho<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l15 level1 lfo2; tab-stops: 27.0pt 63.0pt 81.0pt list 1.25in; text-indent: -.5in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">1.2.3.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="color: #ff3399; font-family: "arial narrow"; mso-bidi-font-weight: bold;"><a href="http://www.facebook.com/eni.ismusasi"><span style="color: #ff3399;">Eni
Ismusasi</span></a><span class="apple-converted-space"> </span></span><span style="font-family: "arial narrow";">dinikah
Anang Wahid Muhammadiyyah<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.5in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l24 level1 lfo7; tab-stops: 27.0pt 63.0pt 1.0in 81.0pt list 117.0pt; text-indent: -27.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">2.2..1.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Ghani Anugrah Muhammad Anais<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.5in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l24 level1 lfo7; tab-stops: 27.0pt 63.0pt 1.0in 81.0pt list 117.0pt; text-indent: -27.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">2.2..2.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Engka Charisma Muhammad Anais<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l15 level1 lfo2; tab-stops: 27.0pt 63.0pt 81.0pt list 1.25in; text-indent: -.5in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">1.2.4.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="color: #ff3399; font-family: "arial narrow"; mso-bidi-font-weight: bold;"><a href="http://www.facebook.com/nuning.kustiana.1"><span style="color: #ff3399;">Nuning
Kustiyana</span></a></span><span class="apple-converted-space"><span style="font-family: "arial narrow";"> </span></span><span style="font-family: "arial narrow";">Dinikahi
Puji Darmowiyono<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 117.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l31 level3 lfo11; tab-stops: 27.0pt 63.0pt 81.0pt list 117.0pt; text-indent: -.5in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">1.2.4.1.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Naufal
Orlanta Reginald wiyana<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l15 level1 lfo2; tab-stops: 27.0pt 63.0pt 81.0pt list 1.25in; text-indent: -.5in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">1.2.5.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Lis
Saudah dinikahi Irawan<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l15 level3 lfo2; tab-stops: 27.0pt list 1.25in left 117.0pt; text-indent: -9.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">1.2.5.1.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Mening
Sukma Anjali<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l15 level3 lfo2; tab-stops: 27.0pt list 1.25in left 117.0pt; text-indent: -9.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">1.2.5.2.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Elang
Sukma</span><span style="font-family: "arial narrow";"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l15 level1 lfo2; tab-stops: 27.0pt 63.0pt 81.0pt list 1.25in; text-indent: -.5in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">1.2.6.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="color: #ff3399; font-family: "arial narrow"; mso-bidi-font-weight: bold;"><a href="http://www.facebook.com/ifa.hanifa3?ref=ts"><span style="color: #ff3399;">Ifa
Hanifah</span></a></span><span class="apple-converted-space"><span style="font-family: "arial narrow";"> </span></span><span style="font-family: "arial narrow";">di
Nikahi Kukuh Bekti Setiawan<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l7 level1 lfo19; tab-stops: .75in list 1.25in left 117.0pt; text-indent: -9.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">1.2.6.1.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Emir
Feroz Aidin<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 81.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; tab-stops: .75in 1.75in;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.5in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l31 level2 lfo11; tab-stops: .75in list 1.5in; text-indent: -81.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: "arial narrow";">1.3.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-weight: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: "arial narrow";">MUSLIMAH<o:p></o:p></span></b></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.5in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l31 level2 lfo11; tab-stops: .75in list 1.5in; text-indent: -81.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: "arial narrow";">1.4.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-weight: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: "arial narrow";">H. FATHONI<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5in; mso-list: l27 level1 lfo17; tab-stops: 81.0pt 1.25in list 1.5in; text-indent: -.75in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">1.4.1.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="color: magenta; font-family: "arial narrow";">Mohammad Faizin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5in; mso-list: l27 level1 lfo17; tab-stops: 81.0pt 1.25in list 1.5in; text-indent: -.75in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">1.4.2.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="color: #ff3399; font-family: "arial narrow";"><a href="http://www.facebook.com/ida.zuroida.39"><span style="color: #ff3399;">Ida
Zuroida</span></a></span><span style="font-family: "arial narrow";"> di nikahi
Andik Herdananjaya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5in; mso-list: l27 level1 lfo17; tab-stops: 81.0pt 1.25in list 1.5in; text-indent: -.75in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">1.4.3.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="color: #ff3399; font-family: "arial narrow";"><a href="http://www.facebook.com/fatati.nuriana"><span style="color: #ff3399;">Fatati
Nuriana</span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5in; mso-list: l27 level1 lfo17; tab-stops: 81.0pt 1.25in list 1.5in; text-indent: -.75in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">1.4.4.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="color: #ff3399; font-family: "arial narrow";"><a href="http://www.facebook.com/syifaur.rohmanadiwijaya"><span style="color: #ff3399;">Syifaur
Rohman Adiwijaya</span></a></span><span style="font-family: "arial narrow";"> Menikah dengan <a href="http://www.facebook.com/andik.herdananjaya.9"></a> Naning Chasanah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .75in; tab-stops: 81.0pt 1.25in;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.5in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l31 level2 lfo11; tab-stops: .75in list 1.5in; text-indent: -81.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: "arial narrow";">1.5.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-weight: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: "arial narrow";">MUNIR<o:p></o:p></span></b></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.5in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l31 level2 lfo11; tab-stops: .75in list 1.5in; text-indent: -81.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: "arial narrow";">1.6.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-weight: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: "arial narrow";">ABDUL MUNIF<o:p></o:p></span></b></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.5in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l31 level2 lfo11; tab-stops: .75in list 1.5in; text-indent: -81.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: "arial narrow";">1.7.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-weight: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: "arial narrow";">AHMAD MASRUR<o:p></o:p></span></b></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 27.0pt; mso-list: l31 level1 lfo11; tab-stops: list 27.0pt; text-indent: -27.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: "arial narrow";">2.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-weight: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: "arial narrow";">Nyai SITI CHOIRIYA<span class="apple-converted-space"> </span></span></b><span style="font-family: "arial narrow";">Mojodadi Mojowarno Jombang<span style="color: #333333;"><br />
</span>a. <span class="apple-converted-space">
</span>Dinikahi<b> </b>Kiyai<b> JAUHARI</b> bin <b>ASY’ARI </b>Indramayu Jawabarat<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.5in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l29 level1 lfo3; tab-stops: .75in list 1.5in; text-indent: -81.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: "arial narrow";">2.1.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-weight: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: "arial narrow";">MAHMUD ALI/ MA’RUF </span></b><span style="font-family: "arial narrow";">beristri <o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-indent: .75in;">
<b><span style="font-family: "arial narrow";">a. Rohmah Indramayu<o:p></o:p></span></b></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l19 level1 lfo4; tab-stops: list 1.25in; text-indent: -.5in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">2.1.1.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><b><span style="font-family: "arial narrow";">Umi Laila </span></b><span style="font-family: "arial narrow";">di peristri<b> Markum <o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5in; mso-list: l19 level2 lfo4; tab-stops: list 1.5in left 117.0pt 1.75in 153.0pt; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">2.1.1.1.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="color: #ff3399; font-family: "arial narrow";"><a href="http://www.facebook.com/lusi.arianti.5"><span style="color: #ff3399;">Nur
Azizah</span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5in; mso-list: l19 level2 lfo4; tab-stops: list 1.5in left 117.0pt 1.75in 153.0pt; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">2.1.1.2.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Muhammad Fahilah (alm)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5in; mso-list: l19 level2 lfo4; tab-stops: list 1.5in left 117.0pt 1.75in 153.0pt; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">2.1.1.3.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="color: #ff3399; font-family: "arial narrow";"><a href="http://www.facebook.com/indah.purnama.92167"><span style="color: #ff3399;">Nur
Sa'adah</span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5in; mso-list: l19 level2 lfo4; tab-stops: list 1.5in left 117.0pt 1.75in 153.0pt; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">2.1.1.4.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="color: #ff3399; font-family: "arial narrow";"><a href="http://www.facebook.com/wongmlarat.mboh"><span style="color: #ff3399;">Nur
Sa’idah</span></a></span><span style="color: red; font-family: "arial narrow";"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5in; mso-list: l19 level2 lfo4; tab-stops: list 1.5in left 117.0pt 1.75in 153.0pt; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">2.1.1.5.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Sadiyatunniswah (alm)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5in; mso-list: l19 level2 lfo4; tab-stops: list 1.5in left 117.0pt 1.75in 153.0pt; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">2.1.1.6.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="color: #ff3399; font-family: "arial narrow";"><a href="http://www.facebook.com/abub.nakangkara.usar.citty"><span style="color: #ff3399;">Mahbub Sa’id</span></a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5in; mso-list: l19 level2 lfo4; tab-stops: list 1.5in left 117.0pt 1.75in 153.0pt; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">2.1.1.7.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Samiyah (alm)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5in; mso-list: l19 level2 lfo4; tab-stops: list 1.5in left 117.0pt 1.75in 153.0pt; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">2.1.1.8.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Nur Chofifah<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; tab-stops: 117.0pt; text-indent: -27.0pt;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.5in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l19 level1 lfo4; tab-stops: .75in 1.25in list 117.0pt; text-indent: -.75in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">2.1.2.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><b><span style="font-family: "arial narrow";">Imtichanah </span></b><span style="font-family: "arial narrow";">di peristri<b> Abdul Muchid<o:p></o:p></b></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 135.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l21 level1 lfo5; tab-stops: .75in 1.25in list 1.75in left 153.0pt; text-indent: -45.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">2.1.2.1.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="color: #ff3399; font-family: "arial narrow";"><a href="http://www.facebook.com/mahfud.mutim"><span style="color: #ff3399;">Mutim
Faidah</span></a><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 135.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l21 level1 lfo5; tab-stops: .75in 1.25in list 1.75in left 153.0pt; text-indent: -45.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">2.1.2.2.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Ulfatul Kulub<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 135.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l21 level1 lfo5; tab-stops: .75in 1.25in list 1.75in left 153.0pt; text-indent: -45.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">2.1.2.3.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Nur Hasan<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 135.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l21 level1 lfo5; tab-stops: .75in 1.25in list 1.75in left 153.0pt; text-indent: -45.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">2.1.2.4.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Inam Nawawi<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 135.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l21 level1 lfo5; tab-stops: .75in 1.25in list 1.75in left 153.0pt; text-indent: -45.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">2.1.2.5.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="color: #ff3399; font-family: "arial narrow";"><a href="http://www.facebook.com/JanuariGladiez"><span style="color: #ff3399;">Yayah
Choiriyah</span></a><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 135.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l21 level1 lfo5; tab-stops: .75in 1.25in list 1.75in left 153.0pt; text-indent: -45.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">2.1.2.6.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Muhammad Arif<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 135.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l21 level1 lfo5; tab-stops: .75in 1.25in list 1.75in left 153.0pt; text-indent: -45.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">2.1.2.7.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Abdul Mu’is<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; tab-stops: .75in 1.25in 153.0pt; text-indent: -.75in;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-indent: .75in;">
<b><span style="font-family: "arial narrow";">b. Bu umi Bojonegoro<o:p></o:p></span></b></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.5in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l23 level1 lfo6; tab-stops: .75in list 1.25in; text-indent: -.75in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">2.1.1.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span style="color: #ff3399; font-family: "arial narrow";"><a href="http://www.facebook.com/chumaidi1"><span style="color: #ff3399;">Muhammad Chumaidi</span></a><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.5in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l23 level1 lfo6; tab-stops: .75in list 1.25in; text-indent: -.75in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">2.1.2.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Zainal Abidin<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.5in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l23 level1 lfo6; tab-stops: .75in list 1.25in; text-indent: -.75in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">2.1.3.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">U’ul<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.5in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l23 level1 lfo6; tab-stops: .75in list 1.25in; text-indent: -.75in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">2.1.4.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Abib<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.5in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l23 level1 lfo6; tab-stops: .75in list 1.25in; text-indent: -.75in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">2.1.5.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span style="color: #ff3399; font-family: "arial narrow";"><a href="http://www.facebook.com/mayor.jack.90"><span style="color: #ff3399;">In'am</span></a><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; tab-stops: list 1.25in;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.5in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l29 level1 lfo3; tab-stops: .75in 81.0pt list 1.5in; text-indent: -81.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: "arial narrow";">2.2.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-weight: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: "arial narrow";">MUHAMMAD ILYAS<o:p></o:p></span></b></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.5in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l24 level1 lfo7; tab-stops: .75in list 1.25in; text-indent: -.75in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">2.2..3.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Nisa’ul<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l24 level1 lfo7; tab-stops: .75in list 1.25in; text-indent: -.5in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">2.2..4.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Hibah<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l24 level1 lfo7; tab-stops: .75in list 1.25in; text-indent: -.5in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">2.2..5.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Muhammad Lutfi Adib<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l24 level1 lfo7; tab-stops: .75in list 1.25in; text-indent: -.5in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">2.2..6.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span style="color: #ff3399; font-family: "arial narrow";"><a href="http://www.facebook.com/akhmad.zaini.9809"><span style="color: #ff3399;">Muhammad Zaini</span></a><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; tab-stops: 81.0pt;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.5in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l29 level1 lfo3; tab-stops: 27.0pt .75in list 1.5in; text-indent: -81.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: "arial narrow";">2.3.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-weight: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: "arial narrow";">HALIMAH </span></b><span style="font-family: "arial narrow";">di peristri<b> YASKUR<o:p></o:p></b></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.25in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l11 level1 lfo8; tab-stops: list 1.25in; text-indent: -.5in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">2.3.1.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><b><span style="font-family: "arial narrow";">AH. Fauzi </span></b><span style="font-family: "arial narrow";"> </span><span style="color: #ff3399; font-family: "arial narrow"; mso-bidi-font-weight: bold;"><a href="http://www.facebook.com/seloaji.songgobuwono"><span style="color: #ff3399;">Selo
Ajie SonggoBuwono</span></a></span><b><span style="font-family: "arial narrow";"> </span></b><span style="font-family: "arial narrow";">Beristri<span class="apple-converted-space"><b> </b></span><b>Ristidinaini<span class="apple-converted-space"> </span></b>Bin
Muhammad Amir Palembang mempunyai 3 orang putra dan 1 orang putrid<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.5in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l8 level1 lfo9; tab-stops: 1.25in list 1.5in left 1.75in; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">2.3.1.1.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="color: #ff3399; font-family: "arial narrow";"><a href="http://www.facebook.com/msutanfannani.ninjasagaindonesia"><span style="color: #ff3399;">Muhammad Agung Sutan Fannani</span></a><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.5in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l8 level1 lfo9; tab-stops: 1.25in list 1.5in left 1.75in; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">2.3.1.2.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="color: #ff3399; font-family: "arial narrow";"><a href="http://www.facebook.com/muhammadagung.harun"><span style="color: #ff3399;">Muhammad
Agung Bagus Harun</span></a><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.5in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l8 level1 lfo9; tab-stops: 1.25in list 1.5in left 1.75in; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">2.3.1.3.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="color: #ff3399; font-family: "arial narrow";"><a href="http://www.facebook.com/putrifauziah.rizqi?ref=ts"><span style="color: #ff3399;">Putri Fauziah Romatarrizqi</span></a><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.5in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l8 level1 lfo9; tab-stops: 1.25in list 1.5in left 1.75in; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">2.3.1.4.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="color: #ff3399; font-family: "arial narrow";"><a href="http://www.facebook.com/suyan.muhammad"><span style="color: #ff3399;">Muhammad
Sutan Agung SuryoNegoro</span></a></span><span style="font-family: "arial narrow";"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; tab-stops: 81.0pt 1.75in;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.5in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l29 level1 lfo3; tab-stops: .75in 81.0pt list 1.5in; text-indent: -81.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: "arial narrow";">2.4.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-weight: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: "arial narrow";">SYAMSUDDIN </span></b><span style="font-family: "arial narrow";">bersistri<b> MUSLIMAH </b>( Gongseng
Megaluh Jombang )<b><o:p></o:p></b></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l29 level2 lfo3; tab-stops: list 1.0in left 1.25in 117.0pt; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">2.4.1.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Ummu Faizah di peristri Supa’at<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.75in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l5 level1 lfo23; tab-stops: 117.0pt list 1.75in; text-indent: -.5in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">2.4.1.1.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">--- Silvi Zaqiyatul Fu,adah <o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l29 level2 lfo3; tab-stops: list 1.0in left 1.25in 117.0pt; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">2.4.2.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;"> </span><span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;"> Moh. Na</span></span><span style="font-family: "arial narrow";">shiruddin ; <o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l29 level2 lfo3; tab-stops: list 1.0in left 1.25in 117.0pt; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">2.4.3.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Zahrussalis Assya’id<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-indent: .5in;">
<b><span style="font-family: "arial narrow";">b.</span></b><span class="apple-converted-space"><span style="font-family: "arial narrow";">
</span></span><span style="font-family: "arial narrow";">dinikahi Kiyai<b> USMAN SUWOYO </b>Purwokerto
Jawa Tengan<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l29 level3 lfo3; tab-stops: .75in list 81.0pt; text-indent: -45.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: "arial narrow";">2.5.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-weight: normal;"> </span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: "arial narrow";">NURONIYAH</span></b><span style="font-family: "arial narrow";"> binti Usman Suwoyo dinikahi <b>IMAM SUYOSO</b> Ponorogo<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 99.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l17 level1 lfo10; tab-stops: 63.0pt 81.0pt list 99.0pt; text-indent: -45.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">2.5.1.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Aniq Mushochifah di peristri</span><span class="apple-converted-space"><span style="color: #ff3399; font-family: "arial narrow";"> </span></span><span style="color: #ff3399; font-family: "arial narrow";"><a href="http://www.facebook.com/uchan.ay?ref=ts"><span style="color: #ff3399;">Masruhan</span></a></span><span class="apple-converted-space"><span style="font-family: "arial narrow";"> </span></span><span style="font-family: "arial narrow";">Jombang<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.5in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l12 level1 lfo18; tab-stops: 63.0pt list 117.0pt left 135.0pt; text-indent: -27.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">2.5.1.1.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Ahmad Zaidan Musyahid<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.5in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l12 level1 lfo18; tab-stops: 63.0pt list 117.0pt left 135.0pt; text-indent: -27.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">2.5.1.2.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Hisyam Ahmad<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 99.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l17 level1 lfo10; tab-stops: 63.0pt list 81.0pt; text-indent: -45.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">2.5.2.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Umi Falistina di peristri nursholeh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5in; mso-list: l12 level2 lfo18; tab-stops: list 117.0pt left 135.0pt; text-indent: -27.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">2.5.2.1.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Muhammad
Shofin Muntthohar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5in; mso-list: l12 level2 lfo18; tab-stops: list 117.0pt left 135.0pt; text-indent: -27.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">2.5.2.2.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Aisyatul
hanifah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 1.5in; mso-list: l12 level2 lfo18; tab-stops: list 117.0pt left 135.0pt; text-indent: -27.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">2.5.2.3.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Royan
Ni’am</span><span style="color: #333333; font-family: "arial narrow"; mso-bidi-font-family: Arial;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 99.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l17 level1 lfo10; tab-stops: 63.0pt 81.0pt list 99.0pt; text-indent: -45.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">2.5.3.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span style="color: #ff3399; font-family: "arial narrow";"><a href="http://www.facebook.com/Ny.kRiZna"><span style="color: #ff3399;">Ghina Mafatich</span></a></span><span class="apple-converted-space"><span style="font-family: "arial narrow";"> </span></span><span style="font-family: "arial narrow";">di peristri Heri <o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.5in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l2 level1 lfo20; tab-stops: 63.0pt list 117.0pt left 135.0pt; text-indent: -27.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">2.5.3.1.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Dhita Husna A’ini<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 99.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l17 level1 lfo10; tab-stops: 81.0pt list 99.0pt; text-indent: -45.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">2.5.4.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Ahmad Mutafiq<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-indent: -1.5in;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l17 level2 lfo10; tab-stops: .5in list 1.0in; text-indent: -1.0in;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: "arial narrow"; font-size: 14pt;">3.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-weight: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: "arial narrow";">Nyai Sholkhah Mojodadi Mojowarno Jombang Dinikahi</span></b><span style="font-family: "arial narrow";"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .75in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l14 level1 lfo24; tab-stops: list .75in; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">a.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><b><span style="font-family: "arial narrow";">Ahmadun<o:p></o:p></span></b></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .75in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l14 level1 lfo24; tab-stops: list .75in; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">b.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><b><span style="font-family: "arial narrow";">H. Kholil</span></b><b><span style="font-family: "arial narrow";"><o:p></o:p></span></b></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l22 level1 lfo25; tab-stops: list 1.0in; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">3.1.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Masrifah dinikahi Bakri</span><span style="font-family: "arial narrow";"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l25 level1 lfo26; tab-stops: list 99.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">3.1.1.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Wiwik Adiyusa’diyah<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l25 level2 lfo26; tab-stops: list 135.0pt; text-indent: 27.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">3.1.1.1.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Devi<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l25 level2 lfo26; tab-stops: list 135.0pt; text-indent: 27.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">3.1.1.2.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Kholili<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l25 level1 lfo26; tab-stops: list 99.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">3.1.2.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Umarul
Faruq (alm)</span><span style="font-family: "arial narrow";"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .75in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l14 level1 lfo24; tab-stops: list .75in; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">c.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><b><span style="font-family: "arial narrow";">Mashudi</span></b><b><span style="font-family: "arial narrow";"><o:p></o:p></span></b></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l10 level1 lfo27; tab-stops: list 1.0in; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">3.2.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Sa’diyah dinikahi juari</span><span style="font-family: "arial narrow";"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l1 level1 lfo28; tab-stops: list 1.0in left 99.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">3.2.1.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Krisdiantoro<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l1 level1 lfo28; tab-stops: list 1.0in left 99.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">3.2.2.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Aniq Qurniawati<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l1 level1 lfo28; tab-stops: list 1.0in left 99.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">3.2.3.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Anang Amrullah<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l1 level1 lfo28; tab-stops: list 1.0in left 99.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">3.2.4.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Anis<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l1 level1 lfo28; tab-stops: list 1.0in left 99.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">3.2.5.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Ana</span><span style="font-family: "arial narrow";"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .75in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l14 level1 lfo24; tab-stops: list .75in; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">d.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><b><span style="font-family: "arial narrow";">Sofwan</span></b><b><span style="font-family: "arial narrow";"><o:p></o:p></span></b></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .5in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l13 level1 lfo29; tab-stops: list .5in; text-indent: .25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">3.3.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Chudori
menikah dg Nurhayati (bengkulu)<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l13 level2 lfo29; tab-stops: list 1.0in left 99.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">3.3.1.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Muhammad Alwi<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l13 level2 lfo29; tab-stops: list 1.0in left 99.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">3.3.2.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Muhammad Afif<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .5in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l13 level1 lfo29; tab-stops: list .5in; text-indent: .25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">3.4.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Siti Mu’minah di nikah Nurjama’ah</span><span style="font-family: "arial narrow";"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .5in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l16 level1 lfo30; tab-stops: list .5in left 99.0pt; text-indent: .5in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">3.4.1.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Muhammad
bahrul Ulum<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .5in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l16 level1 lfo30; tab-stops: list .5in left 99.0pt; text-indent: .5in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">3.4.2.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Luklu’ul
jadidul Mu’tamar<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .5in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l16 level1 lfo30; tab-stops: list .5in left 99.0pt; text-indent: .5in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">3.4.3.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Novi Maulana Shofa</span><span style="font-family: "arial narrow";"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; tab-stops: .5in;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l17 level2 lfo10; tab-stops: .5in list 1.0in; text-indent: -1.0in;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: "arial narrow"; font-size: 14pt;">4.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-weight: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span style="color: yellow; font-family: "arial narrow";">Dawam ( Alm)</span></b><span style="color: yellow; font-family: "arial narrow";"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l17 level2 lfo10; tab-stops: .5in list 1.0in; text-indent: -1.0in;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: "arial narrow"; font-size: 14pt;">5.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-weight: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: "arial narrow";">K. Ahmad Dimyati Alm Sroyo Dlanggu Mojokerto</span></b><span style="font-family: "arial narrow";"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l17 level2 lfo10; tab-stops: .5in list 1.0in; text-indent: -1.0in;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: "arial narrow"; font-size: 14pt;">6.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-weight: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: "arial narrow";">Nyai Saudah, Mlaras Sumobito Jombang</span></b><span style="font-family: "arial narrow";"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l17 level2 lfo10; tab-stops: .5in list 1.0in; text-indent: -1.0in;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: "arial narrow"; font-size: 14pt;">7.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-weight: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: "arial narrow";">K. Ahmad Baidlowi SEmobiti Melaras Jombang</span></b><span style="font-family: "arial narrow";"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .5in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l20 level1 lfo32; tab-stops: list .75in; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">7.1.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Firdaus
Menikah dengan …<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: .5in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l20 level1 lfo32; tab-stops: list .75in; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">7.2.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Ninis
dinikahi….</span><span style="font-family: "arial narrow";"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l17 level2 lfo10; tab-stops: .5in list 1.0in; text-indent: -1.0in;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: "arial narrow"; font-size: 14pt;">8.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-weight: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span style="color: yellow; font-family: "arial narrow";">Nyai Rochimah ALM</span></b><span style="color: yellow; font-family: "arial narrow";"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l17 level2 lfo10; tab-stops: .5in list 1.0in; text-indent: -1.0in;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: "arial narrow"; font-size: 14pt;">9.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-weight: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: "arial narrow";">Sonhaji menikah Masrifah , Sememi tandes Surabaya</span></b><span style="font-family: "arial narrow";"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l4 level1 lfo31; tab-stops: .5in .75in list 1.0in; text-indent: -.5in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">9.1.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Muhammad
Masrur<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l4 level1 lfo31; tab-stops: .5in .75in list 1.0in; text-indent: -.5in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">9.2.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Wiiwik</span><span style="font-family: "arial narrow";"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; tab-stops: .5in;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l17 level2 lfo10; tab-stops: .5in list 1.0in; text-indent: -1.0in;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: "arial narrow"; font-size: 14pt;">10.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-weight: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: "arial narrow";">K. SYAIFUDDIN menikah dg Nyai ALWIYAH Mojodadi Mojowarno Jombang<o:p></o:p></span></b></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "arial narrow";">K. Syaifuddin Memperistri
Nyai Alwiyah Mojodadi Mojowarno Jombang<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "arial narrow";">(mempunyai 9 orang anak) :<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-indent: 27.0pt;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.5in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l26 level1 lfo12; tab-stops: 63.0pt list 1.5in; text-indent: -1.0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">10.1.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Lailur Qomar (Alm)<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.5in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l26 level1 lfo12; tab-stops: 63.0pt list 1.5in; text-indent: -1.0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">10.2.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Fahrurrozi<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.5in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l26 level1 lfo12; tab-stops: 63.0pt list 1.5in; text-indent: -1.0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">10.3.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">M.Tamim Memperistri Suerni (mempunyai 2 orang anak)<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.5in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l28 level1 lfo13; tab-stops: list 99.0pt; text-indent: -45.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">10.3.1.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Rendiyansyah Pratama Putra<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.5in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l28 level1 lfo13; tab-stops: list 99.0pt; text-indent: -45.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">10.3.2.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Elvira Zielda Maulidia Putri<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 63.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-indent: -1.0in;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.5in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l26 level1 lfo12; tab-stops: 63.0pt list 1.5in; text-indent: -1.0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">10.4.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Muhammad Tibyani<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.5in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l26 level1 lfo12; tab-stops: 63.0pt list 1.5in; text-indent: -1.0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">10.5.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Luluk Kistintiniyah Diperistri Abdul Qohar (Mempunyai 2 anak)<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.5in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l0 level1 lfo14; tab-stops: list 99.0pt; text-indent: -45.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">10.5.1.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">M. Eka Sinatria Nugraha Putra<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.5in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l0 level1 lfo14; tab-stops: list 99.0pt; text-indent: -45.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">10.5.2.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">M. Dava Maulana Putra<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 63.0pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-indent: -1.0in;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.5in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l26 level1 lfo12; tab-stops: 63.0pt list 1.5in; text-indent: -1.0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">10.6.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Nurul Mas’udah diperistri Arif (mempunyai 1 orang anak)<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.5in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l18 level1 lfo15; tab-stops: 63.0pt list 99.0pt; text-indent: -45.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">10.6.1.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Alisa Yanuba Qot’run Nada<br />
<!--[if !supportLineBreakNewLine]--><br />
<!--[endif]--><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.5in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l26 level1 lfo12; tab-stops: 63.0pt list 1.5in; text-indent: -1.0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">10.7.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Nasihuddin Memperistri Widya ningsih (mempunyai 1 orang anak)<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.5in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l9 level1 lfo16; tab-stops: list 99.0pt; text-indent: -45.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">10.7.1.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Aditya Alfaridzi Putra<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.5in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l26 level1 lfo12; tab-stops: 63.0pt list 1.5in; text-indent: -1.0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">10.8.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "arial narrow";">Titik Mariyatul Qibtiyah<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 1.5in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-list: l26 level1 lfo12; tab-stops: 63.0pt list 1.5in; text-indent: -1.0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "arial narrow";">10.9.<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt;">
</span></span><!--[endif]--><span style="color: #ff3399; font-family: "arial narrow";"><a href="http://www.facebook.com/hanska.alkhawarismi"><span style="color: #ff3399;">Moh. Hasanuddin</span></a><o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
</div>
<br />
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<br />
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<br /></div>
</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10018071273892975412noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2745027681920185724.post-47032183545786990852012-09-24T07:23:00.001-07:002012-09-24T07:23:36.395-07:00Jejak Brawijaya V / Sunan Lawu<br />
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjK1ufjXCwX44iz4MZ4tFdGtb2LNeHbPswAiFXaRevmjjd9K-L528WQGIDpDoX25k1PAN8bSeiQIlnAiSeyEhWwfvoeIiNkdD0ZFAXruh7azpjgA9hmC7XBwxWmH0IdbSveXerDvQov7Q/s1600/Cover+cetakan+2.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjK1ufjXCwX44iz4MZ4tFdGtb2LNeHbPswAiFXaRevmjjd9K-L528WQGIDpDoX25k1PAN8bSeiQIlnAiSeyEhWwfvoeIiNkdD0ZFAXruh7azpjgA9hmC7XBwxWmH0IdbSveXerDvQov7Q/s400/Cover+cetakan+2.jpg" width="340" /></a><span style="font-family: Arial;"><b><span style="font-size: x-large;">P</span></b>ada umumnya, perang antara Majapahit dan
Demak dalam naskah-naskah babad dan serat hanya dikisahkan terjadi sekali,
yaitu tahun 1478 Perang ini terkenal sebagai Perang Sudarma Wisuta, artinya
perang antara ayah melawan anak, yaitu Brawijaya melawan Raden Patah<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Naskah babad dan serat tidak mengisahkan
lagi adanya perang antara Majapahit dan Demak sesudah tahun 1478 Padahal
menurut catatan Portugis dan kronik Cina kuil Sam Po Kong, perang antara Demak
melawan Majapahit terjadi lebih dari satu kali<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Dikisahkan, pada tahun 1517 Pa-bu-ta-la
bekerja sama dengan bangsa asing di Moa-lok-sa sehingga mengundang kemarahan
Jin Bun. Yang dimaksud dengan bangsa asing ini adalah orang-orang Portugis di
Malaka Jin Bun pun menyerang Majapahit Pa-bu-ta-la kalah namun tetap diampuni
mengingat istrinya adalah adik Jin Bun<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Perang ini juga terdapat dalam catatan
Portugis Pasukan Majapahit dipimpin seorang bupati muslim dari Tuban bernama
Pate Vira. Selain itu Majapahit juga menyerang Giri Kedaton, salah satu sekutu
Demak di Gresik Namun, serangan ini gagal di mana panglimanya akhirnya masuk
Islam dengan gelar Kyai Mutalim Jagalpati<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Dalam hal ini juga di jelaskan oleh
beberapa tokoh spiritual pada masa itu dalam serat Darmo gandul seperti di
bawah ini:<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Serat Darmagandul sudah diterbitkan
beberapa kali setidaknya hingga empat kali naik cetak di atas kertas Cetakan
ke-empat dilakukan pada tahun 1955 Dari beberapa sejarah dan karya sastra
tersebut mengalami beberapa tambahan dan sedikit pengurangan. Sementara
itu, Darmagandul cetakan pertama (mungkin dalam bentuk tulisan di atas daun
lontar) sangat sulit dilacak keberadaannya Berikut ini saya sertakan cetakan ke
3 Tanpa ada tendensi apapun saya menayangkan Darmagandul sekedar menambah dan
melestarikan karya sastra kuno, demi menghargai para leluhur perintis bangsa.
Selain itu saya berusaha semaksimal mungkin untuk mencintai dan menggali
produk-produk lokal yang sarat muatan nilai kearifan Saya pun menyadari sering
terjadi pemutarbalikan sejarah masa lampau terutama apa yang terjadi pada masa
abad 15 s/d 19. Dengan harapan penayangan ini dapat menambah khasanah ilmu yang
berfungsi menjadi bandul penyeimbang sumber sejarah lainnya yang dianggap
kontraversi dengan kejadian masa lalu Dalam konteks ini saya berusaha tidak mengambil
sikap pro kontra, sebaliknya berangkat dari sikap ilmiah, dan etika akademisi
Yang terpenting saya mencoba merambah hakekat ilmu yang "katanya"<span class="apple-converted-space"> </span><b>bebas nilai</b>, walaupun saya
sangat pesimis dengan pendapat tersebut. Namun dengan sangat menyesal
tayangan masih dalam bahasa Jawa sehingga belum bisa dipahami khalayak umum
Sementara ini saya masih menyelesaikan alih bahasa yang dibantu sahabat-sahabat
yang peduli dengan pelestarian kesusastraan kuno<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">BEBUKA<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Sinarkara sarjunireng galih,<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">myat carita dipangiketira,<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">kihai Kalamwadine,<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">ing nguni anggeguru,<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">puruhita mring Raden Budi,<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">mangesthi amiluta,<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">duta rehing guru,<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">sru sêtya nglampahi dhawah,<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">panggusthine tan mamang ing lair batin,<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">pinindha lir Jawata.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Satuduhe Raden Budi ening,<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">pan ingembun pinusthi ing cipta,<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">sumungkem lair batine,<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">tan etung lebur luluh,<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">pangesthine ing awal akhir,<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">tinarimeng Bathara,<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">sasedyanya kabul,<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">agung nugraheng Hyang Suksma,<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">sinung ilham ing alam sahir myang kabir,<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">dumadya auliya.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Angawruhi sasmiteng Hyang Widdhi,<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">pan biyasa mituhu susetya,<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">mring dhawuh weling gurune,<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">kedah medharken kawruh,<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">karya suka pireneng jalmi,<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">mring sagung ahli sastra,<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">tuladhaning kawruh,<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">kyai Kalamwadi ngarang,<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">sinung aran srat Darmagandhul jinilid,<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">sinung tembang macapat.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Pan katemben amaos kinteki,<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">tembang raras rum seya prasaja,<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">trewaca wijang raose,<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">mring tyas gung kumacelu,<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">yun darbeya miwah nimpeni,<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">pinirit tinuladha, lelepiyanipun,<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">sawusnya winaos tamat,<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">linaksanan tinedhak tinurun sungging,<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">kinarya nglipur manah.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Pan sinambi-sambi jagi panti,<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">saselanira ngupaya tedha,<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">kinarya cagak lenggahe,<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">nggennya dama cinubluk,<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">mung kinarya ngarem-aremi,<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">tarimanireng badan,<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">anganggur ngethekur,<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">ngebun - bun pasihaning Hyang,<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">suprandene tan kaliren wayah siwi,<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">sagotra minulyarja.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Wus pinupus sumendhe ing takdir,<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">pan sumarah kumambang karseng Hyang,<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">ing lokhilmakful tulise,<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">panitranira nuju,<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">ping trilikur ri Tumpak manis,<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Ruwah Je warsanira,<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Sancaya kang windu,<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">masa Nem ringkêlnya Aryang,<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">wuku Wukir sangkalanira ing warsi:<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">wuk guna ngesthi Nata<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">[taun Jawa 1830].<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">DARMAGANDHUL<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<b><i><span style="font-family: Arial;">Ing sawijining dina Darmagandhul matur
marang Kalamwadi mangkene</span></i></b><span class="apple-converted-space"><span style="font-family: Arial;"> </span></span><span style="font-family: Arial;">"Mau-maune kêpriye dene wong Jawa
kok banjur padha ninggal agama Buddha salin agama Islam?"<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<b><i><span style="font-family: Arial;">Wangsulane Ki Kalamwadi</span></i></b><span style="font-family: Arial;">: "Aku dhewe iya ora pati ngrêti,
nanging aku tau dikandhani guruku, ing mangka guruku kuwi iya kêna dipracaya,
nyaritakake purwane wong Jawa padha ninggal agama Buddha banjur salin agama
Rasul".<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<b><i><span style="font-family: Arial;">Ature Darmagandhul</span></i></b><span style="font-family: Arial;">: "Banjur kapriye dongengane?"<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<b><i><span style="font-family: Arial;">Ki Kalamwadi banjur ngandika maneh</span></i></b><span style="font-family: Arial;">: "Bab iki satêmêne iya prêlu
dikandhakake, supaya wong kang ora ngrêti mula-bukane karêben ngrêti".<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Ing jaman kuna nagara Majapahit iku
jênênge nagara Majalêngka, dene ênggone jênêng Majapahit iku, mung kanggo
pasêmon, nanging kang durung ngrêti dêdongengane iya Majapahit iku jênêng
sakawit<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Ing nagara Majalêngka kang jumênêng Nata wêkasan
jêjuluk Prabu Brawijaya<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Ing wêktu iku, Sang Prabu lagi kalimput
panggalihe, Sang Prabu krama oleh Putri Cêmpa, (2) ing mangka Putri Cêmpa mau
agamane Islam, sajrone lagi sih-sinihan, Sang Rêtna tansah matur marang Sang
Nata, bab luruhe agama Islam, sabên marak, ora ana maneh kang diaturake, kajaba
mung mulyakake agama Islam, nganti njalari katariking panggalihe Sang Prabu
marang agama Islam mau.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Ora antara suwe kaprênah pulunane Putri
Cêmpa kang aran Sayid Rakhmat tinjo mênyang Majalêngka, sarta nyuwun idi marang
Sang Nata, kaparênga anggêlarake sarengate agama Rasu Sang Prabu iya marêngake
apa kang dadi panyuwune Sayid rakhmat mau. Sayid Rakhmat banjur kalakon
dhêdhukuh ana Ngampeldênta ing (3) anggêlarake agama Rasul Ing kono banjur akeh
para ngulama saka sabrang kang padha têka, para ngulama lan para maulana iku
padhamarêk sang Prabu ing Majalêngka, sarta padha nyuwun dhêdhukuh ing pasisir.
Panyuwunan mangkono mau uga diparêngake dening Sang Nata Suwe-suwe pangidhêp
mangkono mau saya ngrêbda, wong Jawa banjur akeh bangêt kang padha agama Islam.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Sayid Kramat dadi gurune wong-wong kang
wis ngrasuk agama Islam kabeh, dene panggonane ana ing Benang (4) bawah Tuban.
Sayid Kramat iku maulana saka ing 'Arab têdhake Kanjêng Nabi Rasulu'llah, mula
bisa dadi gurune wong Islam. Akeh wong Jawa kang padha kelu maguru marang Sayid
Kramat. Wong Jawa ing pasisir lor sapangulon sapangetan padha ninggal agamane
Buddha, banjur ngrasuk agama Rasul Ing Balambangan sapangulon nganti tumêka ing
Bantên, wonge uga padha kelu rêmbuge Sayid Kramat<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Mangka agama Buddha iku ana ing tanah
Jawa wis kêlakon urip nganti sewu taun,<span class="apple-converted-space"> </span><b>dene
wong-wonge padha manêmbah marang Budi Hawa. Budi iku Dzate Hyang Widdhi, Hawa
iku karêping hati, manusa ora bisa apa-apa, bisane mung sadarma nglakoni, budi
kang ngobahake.</b><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: Arial;">Sang Prabu Brawijaya kagungan putra
kakung kang patutan saka Putri Bangsa Cina, miyose putra mau ana ing Palembang,
diparingi têtêngêr Raden Patah</span></b><span style="font-family: Arial;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Barêng Raden Patah wis diwasa, sowan
ingkang rama, nganti sadhereke seje rama tunggal ibu, arane Raden Kusen.
Satêkane Majalêngka Sang Prabu kewran panggalihe ênggone arêp maringi sêsêbutan
marang putrane, awit yen miturut lêluri saka ingkang rama, Jawa Buddha agamane,
yen nglêluri lêluhur kuna, putraning Nata kang pambabare ana ing gunung,
sêsêbutane Bambang. Yen miturut ibu, sêsêbutane: Kaotiang, dene yen wong 'Arab
sêsêbutane Sayid utawa Sarib. Sang Prabu banjur nimbali patih sarta para
nayaka, padha dipundhuti têtimbangan ênggone arêp maringi sêsêbutan ingkang
putra mau Saka ature Patih, yen miturut lêluhur kuna putrane Sang Prabu mau
disêbut Bambang, nanging sarehne ibune bangsa Cina, prayoga disêbut Babah, têgêse
pambabare ana nagara liya. Ature Patih kang mangkono mau, para nayaka uga padha
mupakat, mula Sang Nata iya banjur dhawuh marang padha wadya, yen putra Nata
kang miyos ana ing Palembang iku diparingi sêsêbutan lan asma Babah Patah.
Katêlah nganti tumêka saprene, yen blastêran Cina lan Jawa sêsêbutane Babah.
Ing nalika samana, Babah Patah wêdi yen ora nglakoni dhawuhe ingkang rama,
mulane katone iya sênêng, sênênge mau amung kanggo samudana bae, mungguh
satêmêne ora sênêng bangêt ênggone diparingi sêsêbutan Babah iku.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Ing nalika iku Babah Patah banjur
jinunjung dadi Bupati ing Dêmak, madanani para bupati urut pasisir Dêmak
sapangulon, sarta Babah Patah dipalakramakake oleh ing Ngampelgadhing, kabênêr
wayahe kiyai Agêng Ngampel. Barêng wis sawatara masa, banjur boyong marang
Dêmak, ana ing desa Bintara, sarta sarehne Babah Patah nalika ana ing Palembang
agamane wis Islam, anane ing Dêmak didhawuhi nglêstarekake agamane, dene Raden
Kusen ing nalika iku jinunjung dadi<span class="apple-converted-space"> </span><b>Adipati
ana ing Têrung</b><span class="apple-converted-space"> </span>(5),
pinaringan nama sarta sêsêbutan Raden Arya Pêcattandha.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Suwening suwe sarak Rasul saya ngrêbda,
para ngulama padha nyuwun pangkat sarta padha duwe sêsêbutan Sunan, Sunan iku
têgêse budi, uwite kawruh kaelingan kang bêcik lan kang ala, yen wohe budi
ngrêti marang kaelingan bêcik, iku wajib sinuwunan kawruhe ngelmu lair batin.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Ing wêktu iku para ngulama budine
bêcik-bêcik, durung padha duwe karêp kang cidra, isih padha cêgah dhahar sarta
cêgah sare sang Prabu Brawijaya kagungan panggalih, para ngulama sarake Buddha,
kok nganggo sêsêbutan Sunan, lakune isih padha cêgah mangan, cêgah turu. Yen
sarak rasul, sirik cêgah mangan turu, mung nuruti rasaning lesan lan awak. Yen
cêgah mangan rusak, Prabu Brawijaya uga banjur paring idi Suwe-suwe agama Rasul
saya sumêbar. Ing wêktu iku ana nalar
kang aneh, ora kêna dikawruhi sarana netra karna sarta lesan, wêtune saka
engêtan, jroning utêk iku yen diwarahi budi nyambut gawe, kang maca lan kang
krungu nganggêp têmên lan ora, iya kudu ditimbang ing sabênêre, saiki isih ana
wujuding patilasane, isih kêna dinyatakake, mula saka pangiraku iya nyata.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg764h5PQ0gcgq6yzLglqMRk2vyLJKZ22WeY6-WxLcbrNnwIBm7TYcYJce-jXNUCv5Ak8RidaFs0NAvRVeGABjZ2KVui9C3v2-adJvuT-ZiTibOExL76Jp2U2zxyAwgACFUWiOhMRSSSQ/s1600/sunan_bonang.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg764h5PQ0gcgq6yzLglqMRk2vyLJKZ22WeY6-WxLcbrNnwIBm7TYcYJce-jXNUCv5Ak8RidaFs0NAvRVeGABjZ2KVui9C3v2-adJvuT-ZiTibOExL76Jp2U2zxyAwgACFUWiOhMRSSSQ/s400/sunan_bonang.jpg" width="318" /></a><span style="font-family: Arial;">Dhek nalika samana<span class="apple-converted-space"> </span><b>Sunan Benang</b><span class="apple-converted-space"> </span>sumêdya tindak marang Kadhiri, kang
ndherekake mung sakabat loro Satêkane lor Kadhiri, iya iku ing tanah<span class="apple-converted-space"> </span><b>Kêrtasana</b>,<span class="apple-converted-space"> </span>kêpalangan banyu, kali Brantas pinuju
banjir Sunan Benang sarta sakabate loro padha nyabrang, satêkane wetan kali
banjur niti-niti agamane wong kono apa wis Islam, apa isih agama Budi.<span class="apple-converted-space"> </span><b>Ature Ki Bandar wong ing kono<span class="apple-converted-space"> </span>agamane Kalang, sarak Buddha mung
sawatara</b>, dene kang agama Rasul lagi bribik-bribik, wong ing kono akeh
padha<span class="apple-converted-space"> </span><b>agama Kalang,</b><span class="apple-converted-space"> </span>mulyakake Bandung Bandawasa. Bandung
dianggêp Nabine, yen pinuji dina Riyadi, wong-wong padha bêbarêngan mangan
enak, padha sênêng-sênêng ana ing omah. Sunan Benang ngandika: "Yen ngono
wong kene kabeh padha<span class="apple-converted-space"> </span><b>agama
Gêdhah</b>,<span class="apple-converted-space"> </span><b>Gêdhah iku ora
irêng ora putih, tanah kene patut diarani Kutha Gêdhah".</b><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<b><i><span style="font-family: Arial;">Ki Bandar matur:</span></i></b><span class="apple-converted-space"><span style="font-family: Arial;"> </span></span><span style="font-family: Arial;">"Dhawuh pangandika panjênêngan, kula
ingkang nêkseni".<span class="apple-converted-space"> </span><b>Tanah
saloring kutha kadhiri banjur jênêng Kutha Gêdhah</b>, nganti têkane saiki isih
karan Kutha Gêdhah, nanging kang mangkono mau arang kang padha ngrêti
mula-bukane.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<b><i><span style="font-family: Arial;">Sunan Benang ngandika marang sakabate</span></i></b><span style="font-family: Arial;">: "Kowe goleka banyu imbon mênyang
padesan, kali iki isih banjir, banyune isih buthêk, yen diombe nglarani wêtêng,
lan maneh iki wancine luhur, aku arêp wudhu, arêp salat".<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Sakabate siji banjur lunga mênyang
padesan arêp golek banyu, têkan ing desa<span class="apple-converted-space"> </span><b>Pathuk<span class="apple-converted-space"> </span></b>ana omah katone suwung ora ana
wonge lanang, kang ana mung bocah prawan siji, wajah lagi arêp mêpêg birahi,
ing wêktu iku lagi nênun. Sakabat têka sarta alon calathune: "mBok
Nganten, kula nêdha toya imbon bêning rêsik". mBok Prawan kaget krungu
swarane wong lanang, barêng noleh wêruh lanang sajak kaya santri, MBok Prawan
salah cipta, pangrasane wong lanang arêp njêjawat, mêjanani marang dheweke,
mula ênggone mangsuli nganggo têmbung saru:<span class="apple-converted-space"> </span><b>"ndika
mêntas liwat kali têka ngangge ngarani njaluk banyu imbon, ngriki botên entên
carane wong ngimbu banyu, kajaba uyuh kula niki imbon bêning, yen sampeyan
ajêng ngombe".</b><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Santri krungu têtêmbungan mangkono banjur
lunga tanpa pamit lakune dirikatake sarta garundêlan turut dalan, satêkane
ngarsane Sunan Benang banjur ngaturake lêlakone nalika golek banyu Sunan Benang
mirêng ature sakabate, bangêt dukane, nganti kawêtu pangandikane nyupatani, ing
panggonan kono disabdakake larang banyu, prawane aja laki yen durung tuwa,
sarta jakane aja rabi yen durung dadi jaka tuwa, barêng kêna dayaning
pangandika mau, ing sanalika kali Brantas iline dadi cilik, iline banyu kang
gêdhe nyimpang nrabas desa alas sawah lan patêgalan, akeh desa kang padha
rusak, awit katrajang ilining banyu kali kang ngalih iline, kali kang maune
iline gêdhe sanalika dadi asat. Nganti tumêka saprene tanah Gêdhah iku larang
banyu, jaka lan prawane iya nganti kasep ênggone omah-omah. Sunan Benang têrus
tindak mênyang Kadhiri.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Ing wêktu iki<span class="apple-converted-space"> </span><b>ana dhêmit jênênge Nyai Plêncing,
iya iku dhêmit ing sumur Tanjungtani,</b><span class="apple-converted-space"> </span>tansah
digubêl anak putune, padha wadul yen ana wong arane Sunan Benang, gawene
nyikara marang para lêlêmbut, ngêndêl-êndêlake kaprawirane, kali kang saka
Kadhiri disotake banjur asat sanalika, iline banjur salin dalan kang dudu
mêsthine, mula akeh desa, alas, sawah sarta patêgalan, kang padha rusak, iya
iku saka panggawene Sunan Benang, kang uga ngêsotake wong ing kono, lanang
wadon ngantiya kasep ênggone omah-omah, sarta kono disotake larang banyu sarta
diêlih jênênge tanah aran Kutha Gêdhah, Sunan Benang dhêmêne salah gawe. Anak
putune Nyai Plêncing padha ngajak supaya Nyai Plêncing gêlêma nêluh sarta ngrêridhu
Sunan Benang, bisaa tumêka ing pati, dadi ora tansah ganggu gawe Nyai Plêncing
krungu wadule anak putune mangkono mau, enggal mangkat mêthukake lakune Sunan
Benang, nanging dhêmit-dhêmit mau ora bisa nyêdhaki Sunan Benang, amarga rasane
awake padha panas bangêt kaya diobong. Dhêmit-dhêmit mau banjur padha mlayu
marang Kadhiri, satêkane ing Kadhiri, matur marang ratune, ngaturake kahanane
kabeh<span class="apple-converted-space"> </span><b>Retune manggon ing
Selabale</b>. (6)<span class="apple-converted-space"> </span><b>Jênênge Buta
Locaya</b>, dene Selabale iku dununge ana sukune gunung Wilis.<span class="apple-converted-space"> </span><b>Buta Locaya iku patihe Sri Jayabaya</b>,
maune jênênge<span class="apple-converted-space"> </span><b>kiyai Daha</b>,
duwe adhi jênênge<span class="apple-converted-space"> </span><b>kiyai Daka</b>.
Kiyai daha iki cikal-bakal ing Kadhiri, barêng Sri Jayabaya rawuh, jênênge
kiyai Daha dipundhut kanggo jênênge nagara, dheweke diparingi Buta Locaya,
sarta banjur didadekake patihe Sang Prabu Jayabaya.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: Arial;">Buta iku têgêse: butêng utawa bodho, Lo
têgêse kowe, caya têgêse: kêna dipracaya</span></b><u><span style="font-family: Arial;">,</span></u><span class="apple-converted-space"><span style="font-family: Arial;"> </span></span><span style="font-family: Arial;">kiyai Buta Locaya iku bodho, nanging
têmên mantêp sêtya ing Gusti, mulane didadekake patih. Wiwite ana sêbutan
kiyai, iya iku kiyai daha lan kiyai Daka, kiyai têgêse: ngayahi anak putune
sarta wong-wong ing kanan keringe.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Jêngkare Sri Narendra anjujug ing omahe
kiyai Daka, ana ing kono Sang Prabu sawadya-balane disugata, mula sang Prabu
asih bangêt marang kiyai Daka, jênênge kiyai Daka dipundhut kanggo jênêng desa,<span class="apple-converted-space"> </span><b>dene kiyai Daka banjur diparingi
jênêng kiyai Tunggulwulung</b>, sarta dadi senapatining pêrang.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Samuksane Sang Prabu Jayabaya lan putrane
putri kang aran Ni Mas Ratu Pagêdhongan, Buta Locaya lan kiyai Tunggulwulung
uga padha muksa;<span class="apple-converted-space"><b> </b></span><b>Ni Mas
Ratu Pagêdhongan dadi ratuning dhêmit nusa Jawa, kuthane ana sagara kidul sarta
jêjuluk Ni Mas Ratu Anginangin</b>.<span class="apple-converted-space"> </span>Sakabehe
lêlêmbut kang ana ing lautan dharatan sarta kanan keringe tanah Jawa, kabeh
padha sumiwi marang Ni Mas Ratu Anginangin<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: Arial;">Buta Locaya panggonane ana ing Selabale,</span></b><span class="apple-converted-space"><span style="font-family: Arial;"> </span></span><span style="font-family: Arial;">dene kiyai Tunggulwulung ana ing<span class="apple-converted-space"> </span><b>gunung Kêlut,</b><span class="apple-converted-space"> </span><b>rumêksa kawah sarta lahar</b>, yen
lahar mêtu supaya ora gawe rusaking desa sarta liya-liyane.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Ing wêktu iku kiyai Buta Locaya lagi
lênggah ana ing kursi kêncana kang dilemeki kasur babut isi sari, sarta
kinêbutan êlaring mêrak, diadhêp patihe aran Megamêndhung, lan putrane kakung
loro uga padha ngadhêp, kang tuwa arane Panji Sêktidiguna, kang anom aran panji
Sarilaut.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Buta Locaya lagi ngandikan karo kang
padha ngadhêp, kaget kasaru têkane Nyai Plêncing, ngrungkêbi pangkone, matur
bab rusake tanah lor Kadhiri, sarta ngaturake yen kang gawe rusak iku, wong
saka Tuban kang sumêdya lêlana mênyang Kadhiri, arane Sunan Benang. Nyai
Plêncing ngaturake sus<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;"><br /></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Bersambung ke bagian 2 Jejak Brawijaya V / Sunan Lawu</span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10018071273892975412noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2745027681920185724.post-21224412025128747372012-09-24T07:02:00.001-07:002012-09-24T07:02:56.687-07:00Bagian 2 Jejak Brawijaya V / Sunan Lawu<br />
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Buta
Locaya krungu wadule Nyai Plêncing mangkono mau bangêt dukane, sarirane nganti
kaya gêni, sanalika banjur nimbali putra-wayahe sarta para jin pêri parajangan,
didhawuhi nglawan Sunan Benang. Para lêlêmbut mau padha sikêp gêgaman pêrang,
sarta lakune barêng karo angin, ora antara suwe lêlêmbut wis têkan ing
saêloring<span class="apple-converted-space"> </span><b>desa Kukum</b>, ing
kono Buta Locaya banjur maujud manusa aran kiyai Sumbre, dene para lêlêmbut
kang pirang-pirang ewu mau padha ora ngaton, kiyai Sumbre banjur ngadêg ana ing
têngah dalan sangisoring wit sambi, ngadhang lakune Sunan Benang kang saka
êlor.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ora
antara suwe têkane Sunan Benang saka lor, Sunan Benang wis ora kasamaran yen
kang ngadêg ana sangisoring wit sambi iku ratuning dhêmit, sumêdya ganggu gawe,
katitik saka awake panas kaya mawa. Dene lêlêmbut kang pirang-pirang ewu mau
padha sumingkir adoh, ora bêtah kêna prabawane Sunan Benang Mangkono uga Sunan
Benang uga ora bêtah cêdhak karo kiyai Sumbre, amarga kaya dene cêdhak mawa<b>,
kiyai Sumbre</b><span class="apple-converted-space"> </span>mangkono uga<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sakabat
loro kang maune padha sumaput, banjur padha katisên, amarga kêna daya prabawane
kiyai Sumbre<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sunan
Benang andangu marang kiyai Sumbre</i></b>: "Buta Locaya! kowe kok mêthukake
lakuku, sarta nganggo jênêng Sumbre, kowe apa padha slamêt?".<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Buta
Locaya kaget bangêt dene Sunan Benang ngrêtos jênênge dheweke, dadi dheweke
kawanguran karêpe, wusana banjur matur marang Sunan Benang: "Kados pundi
dene paduka sagêd mangrêtos manawi kula punika Buta Locaya?".<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sunan
Benang ngandika</i></b>: "Aku ora kasamaran, aku ngrêti
yen kowe ratuning dhêmit Kadhiri, jênêngmu Buta Locaya.".<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Kiyai
Sumbre matur marang Sunan Benang:</i></b><span class="apple-converted-space"> </span>"Paduka punika tiyang punapa, dene
mangangge pating gêdhabyah, dede pangagêm Jawi. Kados wangun walang
kadung?".<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sunan
Benang ngandika maneh</i></b>:<span class="apple-converted-space"> </span>"Aku
bangsa 'Arab, jênêngku Sayid Kramat, dene omahku ing Benang tanah Tuban,
mungguh kang dadi sêdyaku arêp mênyang Kadhiri, pêrlu nonton patilasan
kadhatone Sang Prabu Jayabaya, iku prênahe ana ing ngêndi?".<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Buta
Locaya banjur matur</i></b>:<span class="apple-converted-space"> </span>"Wetan
punika wastanipun dhusun Mênang (9), sadaya patilasan sampun sami sirna, kraton
sarta pasanggrahanipun inggih sampun botên wontên, kraton utawi patamanan
Bagendhawati ingkang kagungan Ni Mas Ratu Pagêdhongan inggih sampun sirna,
pasanggrahan Wanacatur ugi sampun sirna, namung kantun namaning dhusun, sadaya
wau sirnanipun kaurugan siti pasir sarta lahar saking rêdi Kêlut. Kula badhe
pitaken, paduka gêndhak sikara dhatêng anak putu Adam, nyabdakakên ingkang
botên patut, prawan tuwa jaka tuwa, sarta ngêlih nami Kutha Gêdhah, ngêlih
lepen, lajêng nyabdakakên ing ngriki awis toya, punika namanipun siya-siya
botên surup, sikara tanpa dosa, saiba susahipun tiyang gêsang laki rabi sampun
lungse, lajêng botên gampil pêncaripun titahing Latawalhujwa, makatên wau
saking sabda paduka, sêpintên susahipun tiyang ingkang sami kêbênan, lepen
Kadhiri ngalih panggenan mili nrajang dhusun, wana, sabin, pintên-pintên sami
risak, ngriki paduka-sotakên, sêlaminipun awis toya, lepenipun asat, paduka
sikara botên surup, nyikara tanpa prakara".<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sunan
Benang ngandika</i></b>:<span class="apple-converted-space"> </span>"Mula
ing kene tak-êlih jênêng Kutha Gêdhah, amarga wonge kene agamane ora irêng ora
putih, têtêpe agama biru, sabab agama Kalang, mula tak-sotake larang banyu, aku
njaluk banyu ora oleh, mula kaline banjur tak-êlih iline, kene kabeh tak sotake
larang banyu, dene ênggonku ngêsotake prawan tuwa jaka tuwa, amarga kang tak
jaluki banyu ora oleh iku, prawan baleg.".<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Buta
Locaya matur maneh</i></b>:<span class="apple-converted-space"> </span>"Punika
namanipun botên timbang kaliyan sot panjênêngan, botên sapintên lêpatipun, tur
namung tiyang satunggal ingkang lêpat, nanging ingkang susah kok tiyang kathah
sangêt, botên timbang kaliyan kukumipun, paduka punika namanipun damêl
mlaratipun tiyang kathah, saupami konjuk Ingkang Kagungan Nagari, paduka inggih
dipunukum mlarat ingkang langkung awrat, amargi ngrisakakên tanah, lah sapunika
mugi panjênêngan-sotakên wangsulipun malih, ing ngriki sagêda mirah toya malih,
sagêd dados asil panggêsangan laki rabi taksih alit lajêng mêncarakên titahipun
Hyang Manon. Panjênêngan sanes Narendra têka ngarubiru agami, punika namanipun
tiyang dahwen.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sunan
Benang ngandika:</i></b><span class="apple-converted-space"> </span>"Sanadyan
kok-aturake Ratu<span class="apple-converted-space"> </span><b>Majalêngka
aku ora wêdi".</b><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Buta
Locaya barêng krungu têmbung ora wêdi marang Ratu Majalêngka banjur mêtu
nêpsune, calathune sêngol: "Rêmbag paduka niki dede rêmbage wong ahli
praja, patute rêmbage tiyang entên ing bambon, ngêndêlake dumeh tiyang digdaya,
mbok sampun sumakehan dumeh dipunkasihi Hyang Widdhi, sugih sanak malaekat,
lajêng tumindak sakarsa-karsa botên toleh kalêpatan, siya dahwen sikara botên
ngangge prakara, sanadyan ing tanah Jawi rak inggih wontên ingkang nglangkungi
kaprawiran paduka, nanging sami ahli budi sarta ajrih sêsikuning Dewa, têbih
saking ahli budi yen ngantos siya dhatêng sêsami nyikara tanpa prakara, punapa
paduka punika tiyang tunggilipun Aji Saka,<span class="apple-converted-space"> </span><b>muride
Ijajil. Aji Saka dados Ratu tanah Jawi namung tigang taun lajêng minggat saking
tanah Jawi</b>, sumbêr toya ing Mêdhang saurutipun dipunbêkta minggat sadaya,
Aji Saka tiyang saka Hindhu, paduka tiyang saking 'Arab, mila sami siya-siya
dhatêng sêsami, sami damêl awising toya, paduka ngakên Sunan rak kêdah simpên
budi luhur, damêl wilujêng dhatêng tiyang kathah, nanging kok jêbul botên
makatên, wujud paduka niki jajil bêlis katingal, botên tahan digodha lare,
lajêng mubal nêpsune gêlis duka, niku Sunan napa? Yen pancen Sunaning jalma yêktos,
mêsthi simpên budi luhur Paduka niksa wong tanpa dosa, nggih niki margi paduka
cilaka, tandhane paduka sapunika sampun jasa naraka jahanam, yen sampun dados,
lajêng paduka-ênggeni piyambak, siram salêbêting kawah wedang ingkang umob
mumpal-mumpal. Kula niki bangsaning lêlêmbut, sanes alam kaliyan manusa,
ewadene kula taksih engêt dhatêng wilujêngipun manusa Inggih sampun ta,
sapunika sadaya ingkang risak kula-aturi mangsulakên malih, lepen ingkang asat
lan panggenan ingkang sami katrajang toya kula-aturi mangsulakên kados
sawaunipun, manawi panjênêngan botên karsa mangsulakên, sadaya manusa Jawi
ingkang Islam badhe sami kula-têluh kajêngipun pêjah sadaya, kula tamtu nyuwun
bantu wadya bala dhatêng Kanjêng Ratu Ayu Anginangin ingkang wontên samodra
kidul".<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sunan
Benang barêng mirêng nêpsune Buta Locaya rumaos lupute</i></b>,
dene gawe kasusahan warna-warna, nyikara wong kang ora dosa, mula banjur
ngandika: "Buta Locaya! aku iki bangsa Sunan, ora kêna mbaleni caturku
kang wus kawêtu, besuk yen wus limang atus taun, kali iki bisa bali kaya
mau-maune".<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Buta
Locaya barêng krungu kêsagahane Sunan Benang</i></b>,
banjur nêpsu<span class="apple-converted-space"> </span>maneh, nuli matur
marang Sunan Benang: "Kêdah paduka- wangsulna sapunika, yen botên sagêd,
paduka kula-banda".<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sunan
Benang ngandika marang Buta Locaya</i></b>: "Wis kowe ora kêna mangsuli, aku
pamit nyimpang mangetan,<span class="apple-converted-space"> </span>wohe
sambi iki tak-jênêngake<span class="apple-converted-space"> </span>cacil,
dene kok kaya bocah cilik padha tukaran, dhêmit lan wong pêcicilan rêbut bênêr
ngadu kawruh prakara rusaking tanah, sarta susahe jalma lan dhêmit, dak-suwun
marang Rabbana, woh sambi dadi warna loro kanggone, daginge dadiya asêm, wijine
mêtuwa lêngane, asêm dadi pasêmoning ulat kêcut, dene dhêmit padu lan manusa,
lênga têgêse dhêmit mlêlêng jalma lunga. Ing besuk dadiya pasêksen, yen aku
padu karo kowe, lan wiwit saiki panggonan têtêmon iki, kang lor jênênge<span class="apple-converted-space"> </span><b>desa Singkal</b>, ing kene<span class="apple-converted-space"> </span><b>desa ing Sumbre</b>,<span class="apple-converted-space"> </span>dene panggonane balamu kang ana ing
kidul iku jênênge<span class="apple-converted-space"> </span><b>desa
Kawanguran</b>".<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sunan
Benang sawuse ngandika mangkono banjur mlumpat marang wetan kali</i></b>,
katêlah nganti tumêka saprene ing tanah Kutha Gêdhah ana desa aran Kawanguran,
Sumbre sarta Singkal, Kawanguran têgêse kawruhan, Singkal têgêse sêngkêl banjur
nêmu akal.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Buta
Locaya nututi tindake Sunan Benang</i></b>.<span class="apple-converted-space"> </span>Sunan
Benang tindake têkan ing<span class="apple-converted-space"> </span><b>desa
Bogêm</b>, ana ing kono Sunan Benang mriksani rêca jaran, rêca mau awak siji
êndhase loro, dene prênahe ana sangisoring wit trênggulun, wohe trênggulun mau
akeh bangêt kang padha tiba nganti amblasah, Sunan Benang ngasta kudhi, rêca
jaran êndhase digêmpal.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b>Buta
Locaya barêng wêruh patrape Sunan Benang anggêmpal êndhasing rêca jaran, saya
wuwuh nêpsune sarta mangkene wuwuse: "Punika yasanipun sang Prabu
Jayabaya, kangge pralambang ing tekadipun wanita Jawi, benjing jaman Nusa
Srênggi, sintên ingkang sumêrêp rêca punika, lajêng sami mangrêtos tekadipun
para wanita Jawi".</b><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sunan
Benang ngandika</i></b>: "Kowe iku bangsa dhêmit kok wani
padu karo manusa, jênênge dhêmit kêmênthus".<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Buta
Locaya mangsuli:</i></b><span class="apple-converted-space"> </span>"Inggih
kaot punapa, ngriku Sunan, kula Ratu".<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sunan
Benang ngandika</i></b>:<span class="apple-converted-space"> </span>"Woh
trênggulun iki tak-jênêngake kênthos, dadiya pangeling-eling ing besuk,<span class="apple-converted-space"> </span><b>yen aku kêrêngan karo dhêmit
kumênthus</b>, prakara rusaking rêca".<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Ki
Kalamwadi ngandika:</i></b><span class="apple-converted-space"> </span>"Katêlah
nganti saprene,<span class="apple-converted-space"><b> </b></span><b>woh
trênggulun jênênge kênthos</b>,<span class="apple-converted-space"> </span>awit
saka sabdane Sunan Benang, iku pituture Raden Budi Sukardi, guruku".<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sunan
Benang banjur tindak mangalor,</i></b><span class="apple-converted-space"> </span>barêng
wis wanci asar, kêrsane arêp salat, sajabane desa kono ana sumur nanging ora
ana timbane, sumure banjur digolingake, dene Sunan Benang sawise, nuli sagêd
mundhut banyu kagêm wudhu banjur salat.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Ki
Kalamwadi ngandika:</i></b><span class="apple-converted-space"> </span>"<b>Katêlah
nganti saprene sumur mau karane sumur Gumuling</b>, Sunan Benang kang
anggolingake, iku pituture Raden Budi guruku, êmbuh bênêr lupute".<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sunan
Benang sawise salat banjur nêrusake tindake</i></b>,
satêkane<span class="apple-converted-space"> </span><b>desa Nyahen</b><span class="apple-converted-space"> </span>(10) ing kona ana rêca buta wadon,
prênahe ana sangisoring wit dhadhap, wêktu iku dhadhape pinuju akeh bangêt
kêmbange, sarta akeh kang tiba kanan keringe rêca buta mau, nganti katon abang
mbêranang, saka akehe kêmbange kang tiba, Sunan Benang priksa rêca mau gumun
bangêt, dene ana madhêp mangulon, dhuwure ana 16 kaki, ubênge bangkekane 10
kaki, saupama diêlih saka panggonane, yen dijunjung wong wolung atus ora
kangkat, kajaba yen nganggo piranti, baune têngên rêca mau disêmpal dening
Sunan Benang, bathuke dikrowak.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Buta
Locaya wêruh yen Sunan Benang ngrusak rêca</i></b>,
dheweke nêpsu maneh, calathune: "Panjênêngan nyata tiyang dahwen, rêca
buta bêcik-bêcik dirusak tanpa prakara, saniki awon warnine, ing mangka punika
yasanipun Sang Prabu Jayabaya, lah asilipun punapa panjênêngan ngrisak
rêca?"<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Pangandikane
Sunan Benang</i></b>: "Mulane rêca iki tak-rusak, supaya aja
dipundhi-pundhi dening wong akeh, aja tansah disajeni dikutugi, yen wong muji
brahala iku jênênge kapir kupur lair batine kêsasar."<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Buta
Locaya calathu maneh</i></b>: "Wong Jawa rak sampun ngrêtos,
yen punika rêca sela, botên gadhah daya, botên kuwasa, sanes Hyang
Latawalhujwa, mila sami dipunladosi, dipunkutugi, dipunsajeni, supados para
lêlêmbut sampun sami manggen wontên ing siti utawi kajêng, amargi siti utawi
kajêng punika wontên asilipun, dados têdhanipun manusa, mila para lêlêmbut sami
dipunsukani panggenan wontên ing rêca, panjênêngan-tundhung dhatêng pundi?
Sampun jamakipun brêkasakan manggen ing guwa, wontên ing rêca, sarta nêdha
ganda wangi, dhêmit manawi nêdha ganda wangi badanipun kraos sumyah, langkung
sênêng malih manawi manggen wontên ing rêca wêtah ing panggenan ingkang sêpi
edhum utawi wontên ngandhap kajêng ingkang agêng, sampun sami ngraos yen
alamipun dhêmit punika sanes kalayan alamipun manusa, manggen wontên ing rêca
têka panjênêngan-sikara, dados panjênêngan punika têtêp tiyang jail gêndhak
sikara siya-siya dhatêng sasamining tumitah, makluking Pangeran. Aluwung manusa
Jawa ngurmati wujud rêca ingkang pantês simpên budi nyawa, wangsul tiyang
bangsa 'Arab sami sojah Ka'batu'llah, wujude nggih tugu sela, punika inggih
langkung sasar".<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Pangandikane
Sunan Benang</i></b>: Ka'batu'llah iku kang jasa Kangjêng Nabi Ibrahim, ing kono
pusêring bumi, didelehi tugu watu disujudi wong akeh, sing sapa sujud marang
Ka'batu'llah, Gusti Allah paring pangapura lupute kabeh salawase urip ana ing
'alam pangumbaran".<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Buta
Locaya mangsuli karo nêpsu</i></b>: "Tandhane napa yen angsal sihe
Pangeran, angsal pangapuntên sadaya kalêpatanipun, punapa sampun angsal saking
Pangeran Kang Maha Agung tapak asta mawi cap abrit?<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sunan
Benang ngandika maneh</i></b>: "Kang kasêbut ing kitabku, besuk
yen mati oleh kamulyan".<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Buta
Locaya mangsuli karo mbêkos</i></b>: "Pêjah malih yen sumêrêpa,
kamulyan sanyata wontên ing dunya kemawon sampun korup, sasar nyêmbah tugu
sela, manawi sampun nrimah nêmbah curi, prayogi dhatêng rêdi Kêlut kathah sela
agêng-agêng yasanipun Pangeran, sami maujud piyambak saking sabda kun, punika
wajib dipunsujudi. Saking dhawuhipun Ingkang Maha Kuwaos, manusa sadaya kêdah
sumêrêp ing Batu'llahipun, badanipun manusa punika Baitu'llah ingkang sayêktos,
sayêktos yen yasanipun Ingkang Maha Kuwaos, punika kêdah dipunrêksa, sintên
sumêrêp asalipun badanipun, sumêrêp budi hawanipun, inggih punika ingkang
kenging kangge tuladha. Sanadyan rintên dalu nglampahi salat, manawi
panggenanipun raga pêtêng, kawruhipun sasar-susur, sasar nêmbah tugu sela, tugu
damêlan Nabi, Nabi punika rak inggih manusa kêkasihipun Gusti Allah, ta,
pinaringan wahyu nyata pintêr sugih engêtan, sidik paningalipun têrus, sumêrêp<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">cipta
sasmita ingkang dereng kalampahan. Dene ingkang yasa rêca punika Prabu
Jayabaya, inggih kêkasihipun Ingkang Kuwaos, pinaringan wahyu mulya, inggih
pintêr sugih engêtan sidik paningalipun têrus, sumêrêp saderengipun kalampahan,
paduka pathokan tulis, tiyang Jawi pathokan sastra, bêtuwah saking lêluhuripun.
sami-sami nyungkêmi kabar, aluwung nyungkêmi kabar sastra saking lêluhuripun
piyambak, ingkang patilasanipun taksih kenging dipuntingali. Tiyang nyungkêmi
kabar 'Arab, dereng ngrêtos kawontênanipun ngrika, punapa dora punapa yêktos,
anggêga ujaripun tiyang nglêmpara. Mila panjênêngan anganjawi, nyade umuk,
nyade mulyaning nagari Mêkah, kula sumêrêp nagari Mêkah, sitinipun panas, awis
toya, tanêm-tanêm tuwuh botên sagêd mêdal, bênteripun bantêr awis jawah, manawi
tiyang ingkang ahli nalar, mastani Mêkah punika nagari cilaka, malah kathah
tiyang sade tinumbas tiyang, kangge rencang tumbasan. Panjênêngan tiyang
duraka, kula-aturi kesah saking ngriki, nagari Jawi ngriki nagari suci lan
mulya, asrêp lan bênteripun cêkapan, tanah pasir mirah toya, punapa ingkang
dipuntanêm sagêd tuwuh, tiyangipun jalêr bagus, wanitanipun ayu, madya luwês
wicaranipun. Rêmbag panjênêngan badhe priksa pusêring jagad, inggih ing ngriki
ingkang kula-linggihi punika, sapunika panjênêngan ukur, manawi kula lêpat
panjênêngan jotos Rêmbag panjênêngan punika mblasar, tandha kirang nalar,
kirang nêdha kawruh budi, rêmên niksa ing sanes Ingkang yasa rêca punika Maha
Prabu Jayabaya, digdayanipun ngungkuli panjênêngan, panjênêngan punapa sagêd
ngêpal lampahing jaman? Sampun ta, kula aturi kesah kemawon saking ngriki,
manawi botên purun kesah sapunika, badhe kula undhangakên adhi kula ingkang wontên
ing rêdi Kêlut, panjênêngan kula-kroyok punapa sagêd mênang, lajêng kula bêkta
mlêbêt dhatêng kawahipun rêdi Kêlut, panjênêngan punapa botên badhe susah,
punapa panjênêngan kêpengin manggen ing sela kados kula? Mangga dhatêng
Selabale, dados murid kula!".<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sunan
Benang ngandika</i></b>: "Ora arêp manut rêmbugmu, kowe
setan brêkasakan".<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Buta
Locaya mangsuli</i></b>: "Sanadyan kula dhêmit, nanging
dhêmit raja, mulya langgêng salamine, panjênêngan dereng tampu mulya kados
kula, tekad panjênêngan rusuh, rêmên nyikara niaya, mila panjênêngan dhatêng
tanah Jawi, wontên ing 'Arab nakal kalêbêt tiyang awon, yen panjênêngan mulya
tamtu botên kesah saking 'Arab, mila minggat, saking lêpat, tandhanipun wontên
ing ngriki taksih krejaban, maoni adating uwong, maoni agama, damêl risak
barang sae, ngarubiru agamane lêluhur kina, Ratu wajib niksa, mbucal dhatêng
Mênadhu".<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sunan
Benang ngandika</i></b>: "<b>Dhadhap iki kêmbange tak
jênêngake celung, uwohe kledhung</b>, sabab aku kêcelung nalar lan kêledhung
rêmbag, dadiya pasêksen yen aku padu lan ratu dhêmit, kalah kawruh kalah
nalar".<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Mula
katêlah nganti tumêka saprene, woh dhadhap jênênge kledhung, kêmbange aran
celung<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sunan
Benang banjur pamitan</i></b>:<span class="apple-converted-space"> </span>"Wis
aku arêp mulih mênyang Benang".<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Buta
Locaya mangsuli karo nêpsu</i></b>: "Inggih sampun, panjênêngan
enggala kesah, wontên ing ngriki mindhak damêl sangar, manawi kadangon wontên
ing ngriki mindhak damêl susah, murugakên awis wos, nambahi bênter, nyudakakên
toya".<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sunan
Benang banjur tindak</i></b>,<span class="apple-converted-space"> </span>dene
Buta Locaya sawadya-balane uga banjur mulih. Gênti kang cinarita, nagari ing<span class="apple-converted-space"> </span><b>Majalêngka</b>, anuju sawijining
dina, Sang Prabu Brawijaya miyos sinewaka, diadhêp Patih sarta para wadya bala,
Patih matur, yen mêntas nampani layang saka<span class="apple-converted-space"> </span><b>Tumênggung
ing Kêrtasana</b>, dene surasane layang ngaturi uninga yen nagara Kêrtasana
kaline asat, kali kang saka Kadhiri miline nyimpang mangetan, saperanganing
layang mau unine mangkene: "Wontên ler-kilen Kadhiri, pintên-pintên dhusun
sami karisakan, anggenipun makatên wau, saking kenging sabdanipun ngulama
saking 'Arab, namanipun Sunan Benang.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sang
Prabu mirêng ature Patih bangêt dukane</i></b>, Patih banjur diutus
mênyang Kêrtasana, niti-priksa ing kono kabeh, kahanane wonge sarta asile bumi
kang katrajang banyu kapriye? Sarta didhawuhi nimbali Sunan Benang<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Gêlising
carita, Patih sawise niti-priksa, banjur ngaturake kahanane kabeh, dene duta
kang diutus mênyang Tuban uga wis têka, matur yen ora oleh gawe, amarga Sunan
Benang lunga ora karuhan parane.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<b><i><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Bersambung
ke Bagian 3 Jejak Brawijaya V / Sunan Lawu</span><span style="font-family: Arial Narrow;"><o:p></o:p></span></i></b></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10018071273892975412noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-2745027681920185724.post-77377430609735186832012-09-24T06:50:00.001-07:002012-09-24T07:28:27.081-07:00Bagian 3 Jejak Brawijaya V / Sunan Lawu<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sang Prabu midhangêt ature para wadya banjur duka</i></b>,<span class="apple-converted-space"> </span>paring pangandika yen ngulama saka '<b>Arab pada ora lamba atine</b>.
Sang Prabu banjur dhawuh marang Patih, wong 'Arab kang ana ing tanah Jawa padha
didhawuhi lunga, amarga gawe ribêding nagara, mung ing Dêmak lang
Ngampelgadhing kang kêparêng ana ing tanah Jawa, nglêstarekake agamane, liyane
loro iku didhawuhi ngulihake mênyang asale, dene yen padha ora gêlêm lunga
didhawuhi ngrampungi bae. Ature Patih: "Gusti! lêrês dhawuh paduka punika,
amargi ngulama Giripura sampun tigang taun botên sowan utawi botên ngaturakên
bulubêkti, mênggah sêdyanipun badhe rêraton piyambak, botên ngrumaosi nêdha
ngombe wontên tanah Jawi, dene namanipun santri Giri anglangkungi asma paduka,
pêparabipun Sunan 'Aênalyakin, punika nama ing têmbung 'Arab, mênggah têgêsipun
Sunan punika budi, têgêsipun Aenal punika ma'rifat, têgêsipun Yakin punika
wikan, sumêrêp piyambak, dados nama tingal ingkang têrus,<span class="apple-converted-space"> </span><b>suraosipun ing têmbung Jawi nama Prabu Satmata</b> punika asma luhur ingkang
makatên punika ngirib-irib tingalipun Kang Maha Kuwasa, mariksa botên
kasamaran, ing alam donya botên wontên kalih ingkang asma Sang Prabu Satmata,
kajawi namung Bathara Wisnu nalika jumênêng Nata wontên ing nagari
Mêdhang-Kasapta. Sang Prabu midhangêt ature Patih, banjur dhawuh nglurugi
pêrang mênyang Giri, Patih budhal ngirid wadya-bala prajurit, nglurug mênyang
Giri Patih sawadya-balane satêkane ing Giri banjur campuh pêrang Wong ing Giri
geger, ora kuwat nanggulangi pangamuke wadya Majapahit Sunan Giri mlayu mênyang
Benang, golek kêkuwatan, sawise oleh bêbantu, banjur pêrang maneh mungsuh wong
Majalêngka, pêrange rame bangêt, ing wêktu iku tanah jawa wis meh saparo kang
padha ngrasuk agama Islam, wong-wong ing Pasisir lor wis padha agama Islam,
dene kang kidul isih têtêp nganggo agama Buddha. Sunan Benang wis ngrumasani
kaluputane, ênggone ora sowan mênyang Majalêngka, mula banjur lunga karo Sunan
Giri mênyang Dêmak, satêkane ing Dêmak, banjur ngêbang marang Adipati Dêmak,
diajak nglurug mênyang Majalêngka, pangandikane Sunan Benang marang Adipati
Dêmak:<span class="apple-converted-space"> </span><b>"Wêruha yen saiki wis têkan
masa rusake Kraton Majalêngka, umure wis satus têlu taun,</b><span class="apple-converted-space"> </span>saka panawangku, kang kuwat dadi Ratu tanah Jawa, sumilih Kaprabon
Nata, mung kowe, rêmbugku rusakên Kraton Majalêngka, nanging kang sarana alus,
aja nganti ngêtarani, sowana besuk Garêbêg Mulud, nanging rumantiya sikêping
pêrang: 1.<span class="apple-converted-space"> </span>gaweya samudana, 2. dhawuhana
balamu para Sunan kabeh lan para Bupati kang wis padha Islam kumpulna ana ing
Dêmak, yen kumpule iku arêp gawe masjid, mêngko yen wis kumpul, para Sunan
sarta Bupati sawadya-balane kang wis padha Islam, kabeh mêsthi nurut marang
kowe".<span style="font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Ature Adipati Dêmak</i></b>: "Kula ajrih ngrisak
Nagari Majalêngka, amêngsah bapa tur raja, kaping tiganipun damêl sae paring
kamukten ing dunya, lajêng punapa ingkang kula-walêsakên, kajawi namung sêtya
tuhu. Dhawuhipun eyang Sunan Ngampelgadhing, botên kaparêng yen kula mêngsah
bapa, sanadyan Buddha nanging margi-kula sagêd dumados gêsang wontên ing dunya
Inggih sanadyan Buddha punapa kapir, tiyang punika bapa inggih kêdah
dipunhurmati, punapa malih dereng wontên lêpatipun dhatêng kula"<span style="font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sunan Benang ngandika mêneh</i></b>: "Sanadyan mungsuh bapa
lan ratu, ora ana alane, amarga iku wong kapir, ngrusak kapir Buddha kawak:
kang kok-têmu ganjaran swarga. Eyangmu kuwi santri mêri, gundhul bêntul butêng
tanpa nalar, patute mung dadi godhogan, sapira kawruhe Ngampelgadhing, bocah
kalairan Cêmpa, masa padhaa karo aku Sayid Kramat, Sunan Benang kang wis dipuji
wong sabumi 'alam, têdhak Rasul panutaning wong Islam kabeh. Kowe mungsuh<span class="apple-converted-space"> </span>bapakmu Nata, sanadyan dosa pisan, mung karo wong siji, tur ratu
kapir, nanging yen bapakmu kalah, wong satanah Jawa padha Islam kabeh. Kang
mangkono iku, sapira mungguh kauntunganmu nugrahaning Pangeran tikêl kaping
êmbuh, sihing Hyang Kang Maha Kuwasa kang dhawuh marang kowe Satêmêne ramanira
iku siya-siya marang sira, tandhane sira diparingi jênêng Babah, iku ora
prayoga, têgêse Babah iku saru bangêt, iya iku: bae mati bae urip, wiji jawa
digawa Putri Cina, mula ibumu diparingake Arya Damar, Bupati ing Palembang,
wong pranakan buta; iku mêgat sih arane. Ramanira panggalihe têtêp ora bêcik,
mulane rêmbugku, walêsên kalawan alus, lire aja katara, ing batin sêsêpên
gêtihe, mamahên balunge"<span style="font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sunan Giri nyambungi rêmbug</i></b>:<span class="apple-converted-space"> </span>Aku iki ora dosa dilurugi ramamu, didakwa rêraton, amarga aku ora
seba marang Majalêngka. Sumbare Patih, yen aku kacandhak arêp dikuciri lan
dikon ngêdusi asu, akeh bangsa Cina kang padha têka ana ing tanah Jawa, ana ing
Giri padha tak-Islamake awit kang muni ing kitabku, yen ngislamake wong kapir,
besuk ganjarane swarga, mula akeh bangsa Cina kang padha tak- Islamake,
tak-anggêp kulawarga. Dene têkaku mrene ini ngungsi urip mênyang kowe, aku wêdi
marang Patih Majalêngka, lan ramanira sêngit bangêt marang santri kang muji dhikir,
ênggone ngarani jare lara ayan esuk lan sore, yen kowe ora ngukuhi, mêsthi
rusak agama Mukhammad Nabi".<span style="font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Wangsulane Sang Adipati Dêmak</i></b>:<span class="apple-converted-space"> </span>"Anggenipun nglurugi punika lêrês, tiyang rêraton, botên<span class="apple-converted-space"> </span>ngrumaosi yen kêdah manut prentahing Ratu ingkang mbawahakên,
sampun wajibipun dipunlurugi, dipunukum pêjah, awit panjênêngan botên ngrumaosi
dhahar ngunjuk wontên in tanah Jawi".<span style="font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sunan Benang ngandika maneh:</i></b><span class="apple-converted-space"> </span>"Yen ora kok-rêbut dina iki, kowe ngênteni surude bapakmu,
kaprabone bapakmu wis mêsthi ora bakal tiba kowe, mêsthi dipasrahake marang
Adipati Pranaraga, amarga iku putrane kang tuwa, utawa dipasrahake marang putra
mantu, iya iku Ki Andayaningrat ing Pêngging, kowe anak nom, ora wajib jumênêng
Nata, mumpung iki ana lawang mênga, Giri kang dadi jalarane ngrusak Majalêngka,
nadyan mati, mungsuh wong kapir, mati sabilu'llah, patine slamêt nampani swarga
mulya, wis wajibe wong Islam mati dening wong kapir, saka ênggone nyungkêmi
agamane, karo wis wajibe wong urip golek kamuktening dunya, golek darajat kang
unggul dhewe, yen wong urip ora wêruh marang uripe, iku durung gênêp uripe,
lamun sipat manusa mêsthi melik mêngku praja angreh wadya bala, awit Ratu iku
Khalifa wakile Hyang Widdhi, apa bae kang dikarêpake bisa kêlakon, satêmêne
kowe wis pinasthi bakal jumênêng Ratu ana ing tanah Jawa, sumilih kaprabone
ramamu, ananging ing laire iya kudu nganggo sarat dirêbut sarana pêrang, yen
kowe ora gêlêm nglakoni, mêsthine sihe Gusti Allah kang mênyang kowe bakal
dipundhut bali, dadi kowe jênênge nampik sihe Allah, aku mung sadarma njurungi,
amarga aku wis wêruh sadurunge winarah, wis tak-sêmprong nganggo sangkal bolong
katon nêrawang ora samar sajroning gaib, kowe kang katiban wahyu sihe Pangeran,
bisa dadi Ratu ana ing tanah Jawa, murwani agama suci, ambirat ênggonmu madêg Narendra,
bisa ngideni adêgmu Nata mêngku tanah Jawa, bisa lêstari satêruse".
Akeh-akeh dhawuhe Sunan Benang, pambujuke marang adipati Dêmak supaya mêtu
nêpsune, gêlêm ngrusak Majalêngka, malah diwenehi lêpiyan carita Nabi, kang
gêlêm ngrusak bapa kapir, iku padha nêmu rahayu.<span style="font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Adipati Dêmak matur</i></b>: "Manawi karsa panjênêngan
makatên, kula namung sadarmi nglampahi dhawuh, panjênêngan ingkang
mbotohi".<span style="font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sunan Benang ngandika maneh</i></b>: "Iya mangkono iku kang
tak karêpake, saiki kowe wis gêlêm<span class="apple-converted-space"> </span>tak botohi, lah saiki uga kowe
kirima layang marang adhimu<span class="apple-converted-space"> </span><b>Adipati Têrung</b>, ananging têmbungmu kang rêmit
sarta alus, adhimu antêpên, apa abot Sang Nata, apa abot sadulur tuwa kang
tunggal agama. Yen adhimu wis rujuk adêgmu Nata, gampang bangêt rusaking
Majalêngka. Majapahit sapa kang diêndêlake yen Kusen mbalik, Si gugur isih
cilik, masa ndadak waniya, Patihe wis tuwa, dithothok bae mati, mêsthi ora bisa
nadhahi yudamu". Adipati Dêmak banjur kirim layang marang Têrung, ora suwe
utusan bali, wis tinampan wangsulane Sang Adipati Têrung, saguh ambiyantu
pêrang, layang banjur katur Sunan Benang, ndadekake sukaning panggalih, Sunan
Benang banjur ngandika marang Adipati Dêmak, supaya Sang Adipati ngaturi para
Sunan lan para Bupati kabeh, samudana yen arêp ngêdêgake masjid, lan diwenehana
sumurup yen Sunan Benang wis ana ing Dêmak. Gêlising carita, ora suwe para
Sunan lan para Bupati padha têka kabeh, banjur pakumpulan ngêdêgake masjid,
sawise mêsjid dadi, banjur padha salat ana ing masjid, sabakdane salat, banjur
tutup lawang, wong kabeh dipangandikani dening Sunan Benang, yen Adipati Dêmak
arêp dijumênêngake Nata, sarta banjur arêp ngrusak Majapahit, yen wis padha
rujuk, banjur arêp kêpyakan tumuli. Para Sunan lan para Bupati wis padha rujuk
kabeh, mung siji kang ora rujuk,<span class="apple-converted-space"> </span><b>iya iku Syekh Sitijênar</b>. Sunan Benang duka, Syekh
Sitijênar dipateni, dene kang kadhawuhan mateni iya iku Sunan Giri, Syekh
Sitijênar dilawe gulune mati Sadurunge Syekh Sitijênar tumêka ing pati, ninggal
swara:<span class="apple-converted-space"> </span><b>"Eling-eling ngulama ing
Giri, kowe ora tak-walês ing akhirat, nanging tak-walês ana ing dunya kene bae,
besuk yen ana Ratu Jawa kanthi wong tuwa, ing kono gulumu bakal tak-lawe
gênti". Sunan Giri mangsuli: "Iya besuk wani, saiki wani, aku ora
bakal mundur".</b><span class="apple-converted-space"><b> </b></span>Sawise golong karêpe,
nglêstarekake apa kang wis dirêmbug. Sang Adipati Dêmak banjur ingidenan
jumênêng Nata, amêngku tanah Jawa, jêjuluk Senapati Jimbuningrat, patihe wong
saka Atasaning aran Patih Mangkurat. Esuke Senapati Jimbuningrat wis miranti
sapraboting pêrang, banjur budhal mênyang Majapahit, diiringake para Sunan lan
para Bupati, lakune kaya dene Garêbêg Maulud, para wadya bala ora ana kang
ngrêti wadining laku, kajaba mung para Tumênggung lan para Sunan apa dene para
ngulama, Sunan Benang lan Sunan Giri ora melu mênyang Majapahit, pawadane sarehne
wis sêpuh, mung arêp salat ana ing masjid bae, lan paring idi rahayuning laku,
dadi mung para Sunan lan para Bupati bae kang ngiringake Sultan Bintara, ora
kacarita lakune ana ing dalan.<span style="font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Gênti kocapa nagara in Majapahit, Patih saulihe saka ing Giri
banjur matur sang Praba, bab ênggone mukul pêrang ing Giri, mungguh kang dadi
senapati ing Giri iya iku sawijining bangsa Cina kang wis ngrasuk agama Islam,
arane Sêcasena, mangsah mêncak nganggo gêgêman abir, sawadya-balane watara wong
têlung atus, padha bisa mêncak kabeh, brêngose capang sirahe gundhul, padha
manganggo srêban cara kaji, mangsah pêrang paculat kaya walang kadung, wadya
Majapahit ambêdhili, dene wadya-bala ing Giri pating jênkelang ora kêlar
nadhahi tibaning mimis. Senapati Sêcasena wis mati, dene bala Cina liyane lang
kari padha mlayu salang tunjang, bala ing Giri ngungsi mênyang alas ing gunung,
sawêneh ngambang ing sagara, mlayu mênyang Benang têrus diburu dening
wadya-bala Majapahit, Sunan Giri lan Sunan Benang banjur nunggal saprau-layar ngambang
ing sagara, kinira banjur minggat marang Arab ora bali ngajawa. Sang Prabu
banjur dhawuh marang Patih, supaya utusan mênyang Dêmak, andhawuhake yen
ngulama ing Giri lan ing Benang padha têka ing Dêmak, didhawuhi nyêkêl,
kaaturna bêbandan ing ngarsa Nata, awit dosane santri Benang ngrusak bumi ing
Kêrtasana, dene dosane santri Giri ora gêlêm seba marang ngarsa Prabu, tekade
sumêdya nglawan pêrang.<span style="font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Patih samêtune ing paseban jaba, banjur nimbali duta kang arêp
diutus mênyang Dêmak, sajrone ana ing paseban jaba, kêsaru têkane utusane
Bupati ing Pathi, ngaturake layang marang Patih, layang banjur diwaos kiyai
Patih, mungguh surasaning layang. Menak Tunjungpura ing Pathi ngaturi uninga,
yen Adipati ing Dêmak, iya iku Babah Patah, wis madêg Ratu ana ing Dêmak, dene
kang ngêbang- êbang adêging Nata, iya iku Sunan Benang lan Sunan Giri, para
Bupati pasisir lor sawadyane kang wis padha Islam uga padha njurungi, dene
jêjuluking Ratu, Senapati Jimbuningrat, utawa Sultan Syah 'Alam Akbar Siru'llah
Kalifatu'rrasul Amiri'lmukminin Tajudi'l'Abdu'lhamid Kak, iya Sultan Adi Surya
'Alam, ing Bintara. Ing samêngko Babah Patah sawadya-balane wis budhal nglurug
marang Majapahit, sêdya mungsuh ingkang rama, Babah Patah abot mênyang gurune,
ngenthengake ingkang rama, para Sunan lan para Bupati padha ambiyantu anggone
arêp mbêdhah Majapahit. Babah Patah anggone nggawa bala têlung lêksa miranti
sapraboting pêrang, mungguh kature Sang Prabu amborongake kiyai Patih Layang
kang saka Pathi mau katitimasan tanggal kaping<span class="apple-converted-space"> </span><b>3 sasi Mulud taun Jimakir 1303,</b><span class="apple-converted-space"> </span>masa Kasanga Wuku Prangbakat Kiyai Patih sawise maos layang,
njêtung atine, sarta kêrot, gêrêng-gêrêng, gedheg-gedheg, bangêt pangungune,
banjur tumênga ing tawang karo nyêbut marang Dewa kang Linuwih, bangêt gumune
mênyang wong Islam, dene ora padha ngrêti mênyang kabêcikane Sang Prabu, malah
padha gawe ala. Kyai Patih banjur matur Sang Prabu, ngaturake surasane layang
mau.<span style="font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5CuRXyth3omq_k1ofOlxL2TBzIu5pOd7iUqVRh3qnSdOeAjIE9MiBt6tr5j27k87yUuPGasg5O2OdrLlWNxmo2S3wpWWaHb_wWXWyYH2H5zENyUWj3H5U91Veii6YyN4rD9CP9FAZ5Q/s1600/195660_100002246424294_479353_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5CuRXyth3omq_k1ofOlxL2TBzIu5pOd7iUqVRh3qnSdOeAjIE9MiBt6tr5j27k87yUuPGasg5O2OdrLlWNxmo2S3wpWWaHb_wWXWyYH2H5zENyUWj3H5U91Veii6YyN4rD9CP9FAZ5Q/s1600/195660_100002246424294_479353_n.jpg" /></a><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sang Prabu Brawijaya midhangêt ature Patih kaget
bangêt panggalihe,</i></b><span class="apple-converted-space"> </span>njêgrêg kaya tugu, nganti suwe
ora ngandika, jroning panggalih ngungun bangêt marang putrane sarta para Sunan,
dene padha duwe sêdya kang mangkono, padha diparingi pangkat, wêkasane malah
padha gawe buwana balik, kolu ngrusak Majapahit. Sang Prabu nganti ora bisa
manggalih apa mungguh kang dadi sababe, dene putrane lan para ngulama têka arêp
ngrusak karaton, digoleki nalar-nalare tansah wudhar, lair batin ora tinêmu ing
nalar, dene kok padha duwe pikir ala. Ing wêktu iku panggalihe Sang Prabu
pêtêng bangêt, sungkawane ratu Gêdhe kang linuwih, sinêmonan dening Dewa, kaya
dene atining kêbo êntek dimangsa ing tumaning kinjir. Sang Prabu banjur andangu
marang Patih, apa ta mungguh kang dadi sababe, dene putrane lan para ngulama
apa dene para Bupati kolu ngrusak Majapahit, ora padha ngelingi marang kabêcikan.<span style="font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Ature Patih, mratelakake yen uga ora mangêrti</i></b>, amarga adoh karo nalare, wong
dibêciki kok padha malês ala, lumrahe mêsthi, padha malês bêcik. Ki Patih uga
mung gumun, dene wong Islam pikire kok padha ora bêcik, dibêciki walêse kok
padha ala.<span style="font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sang Prabu banjur ngandika marang patih</i></b>, bab anane lêlakon kaya
mangkono iku amarga saka lêpate sang nata piyambak, dene nggêgampang marang
agama kang wis kanggo turun-tumurun, sarta ênggone kêgiwang marang ature Putri
Cêmpa, ngideni para ngulama mêncarake agama Islam. Sang Nata saka putêking
panggalihe nganti kawêdhar pangandikane ngêsotake marang wong Islam: Sun-suwung
marang Dewa Gung, muga winalêsna susah-ingsun, wong Islam iku besuk kuwalika
agamanira, manjalma dadi wong kucir, dene tan wruh kabêcikan, sun-bêciki walêse
angalani". "Sabdaning Ratu Agung sajroning kasusahan, katarima dening
Bathara, sinêksen ing jagad, katandhan ana swara jumêgur gêtêr patêr sabuwana,
iya iku kawitane manuk kuntul ana kang kucir Sunan, ngulama<span class="apple-converted-space"> </span>kabeh ngrangkêp jênêng walikan, katêlah tumêka saprene, ngulama
jênênge walian, kuntul kucir githoke Sang Prabu banjur mundhut pamrayoga marang
Patih, prakara têkane mungsuh, santri kang ngrêbut nagara, iku dilawan apa ora?
Sang Nata rumaos gêtun lan ngungun, dene Adipati Dêmak kapengin mêngkoni
Majapahit bae kok dirêbut sarana pêrang, saupama disuwun kalayan aris bae
mêsthi diparingake, amarga Sang Nata wis sêpuh. Ature Patih prayoga nglawan
têkaning mungsuh Sang Prabu ngandika, yen nganti nglawan rumaos lingsêm bangêt,
dene mungsuh karo putra, mula dhawuhe Sang Prabu, yen mapag pêrang kang
sawatara bae, aja nganti ngrusakake bala Patih didhawuhi nimbali Adipati
Pêngging sarta Adipati Pranaraga, amarga putra kang ana ing Majapahit durung
wanci yen mapagake pêrang, sawise paring pangandika mangkono. Sang Prabu banjur
lolos arsa têdhak marang Bali, kadherekake abdi kêkasih, Sabdapalon lan
Nayagenggong. Sajrone Sang Prabu paring pangandika, wadya-bala Dêmak wis pacak
baris ngêpung nagara, mula kasêsa tindake.<span class="apple-converted-space"> </span><b>Wadya Dêmak banjur campuh karo wadya Majapahit, para Sunan banjur
ngawaki pêrang, Patih Majapahit ngamuk ana samadyaning papêrangan. Para Bupati
Nayaka wolu uga banjur melu ngamuk.</b><span class="apple-converted-space"> </span>Pêrange rame bangêt, bala Dêmak têlung lêksa, balang Majapahit
mung têlung ewu, sarehne Majapahit karoban mungsuh, prajurite akeh kang padha
mati, mung Patih sarta Bupati Nayaka pangamuke saya nêsêg. Bala Dêmak kang
katrajang mêsthi mati. Putrane Sang Prabu aran Raden Lêmbupangarsa ngamuk ana
satêngahing papêrangan, tandhing karo Sunan Kudus, lagi rame-ramene têtandhingan
pêrang, Patih Mangkurat ing Dêmak nglambung, Putra Nata tiwas, saya bangêt
nêpsune, pangamuke kaya bantheng kataton, ora ana kang diwêdeni, Patih ora
pasah sakehing gêgaman, kaya dene tugu waja, ora ana braja kang tumama marang
sarirane, ing ngêndi kang katrajang bubar ngisis, kang tadhah mati nggêlasah,
bangkening wong tumpang tindhih, Patih binendrongan saka kadohan, tibaning
mimis kaya udan tiba ing watu. Sunan Ngudhung mapagake banjur mrajaya, nanging
ora pasah, Sunan Ngudhung disuduk kêna, barêng Sunan Ngudhung tiwas, Patih
dibyuki wadya ing Dêmak, dene wadya Majapahit wis êntek, sapira kuwate wong
siji, wêkasan Patih ing Majapahit ngêmasi, nanging kuwandane sirna, tinggal
swara: "Eling-eling wong Islam, dibêciki gustiku walêse ngalani, kolu
ngrusak nagara Majapahit, ngrêbut nagara gawe pêpati, besuk tak-walês, tak-ajar
wêruh nalar bênêr luput, tak-damoni sirahmu, rambutmu tak-cukur rêsik".<span style="font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sapatine Patih, para Sunan banjur mlêbu mênyang kadhaton. nanging
sang Prabu wis ora ana, kang ana mung Ratu Mas, iya iku Putri Cêmpa, sang Putri
diaturi sumingkir mênyang Benang uga karsa.<span style="font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Para<span class="apple-converted-space"> </span>prajurit Dêmak banjur padha
mlêbu mênyang kadhaton, ana ing kono pada njarah rayah nganti rêsik, wong
kampung ora ana kang wani nglawan. Raden Gugur isih timur lolos piyambak.
Adipati Têrung banjur mlêbu mênyang jêro pura, ngobongi buku-buku bêtuwah
Buddha padha diobongi kabeh, wadya sajroning pura padha bubar, beteng ing
Bangsal wis dijaga wong Têrung. Wong Majapahit kang ora gêlêm têluk banjur
ngungsi mênyang gunung lan alas-alas, dene kang padha gêlêm têluk, banjur
dikumpulake karo wong Islam, padha dikon nyêbut asmaning Allah. Layone para
putra santana lan nayaka padha kinumpulake, pinêtak ana sakidul-wetan pura.
Kuburan mau banjur dijênêngake Bratalaya, jarene iku kubure Raden Lêmbupangarsa<span style="font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Barêng wis têlung dina, Sultan Dêmak budhal mênyang Ngampel, dene
kang dipatah tunggu ana ing Majapahit, iya iku Patih Mangkurat sarta Adipati
Têrung, njaga kaslamêtan mbokmanawa isih ana pakewuh ing wuri, Sunan Kudus
njaga ana ing kraton dadi sulihe Sang Prabu, Têrung uga dijaga ngulama têlung
atus, sabên bêngi padha salat kajat sarta andêrês Kur'an, wadya-bala kang
saparo lan para Sunan padha ndherek Sang Prabu mênyang Ngampelgadhing, Sunan
Ngampel wis seda, mung kari garwane kang isih ana ing Ngampel, garwane mau asli
saking Tuban, putrane Arya Teja, sasedane Sunan Ngampel, Nyai Agêng kanggo
têtuwa wong Ngampel. Sang Prabu Jambuningrat satêkane ing Ngampel, banjur
ngabekti Nyai Agung, para Sunan sarta para Bupati gênti-gênti padha ngaturake
sêmbah mênyang Nyai Agêng Prabu Jimbuningrat matur yen mêntas mbêdhah
Majapahit, ngaturake lolose ingkang rama sarta Raden Gugur, ngaturake patine
Patih ing Majapahit lan matur yen panjênêngane wis madêg Nata mêngku tanah
Jawa, dene jêjuluke: Senapati Jimbun, sarta Panêmbahan Palembang, ênggone sowan
mênyang Ngampel iku, prêlu nyuwun idi, têtêpa jumênêng Nata nganti run-tumurun
aja ana kang nyêlani.<span style="font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Nyai Agêng Ngampel sawise mirêng ature Prabu Jimbun</i></b>, banjur muwun sarta ngrangkul
Sang Prabu, Nyai Agêng ing batos karaos-raos, mangkene pangudaraosing
panggalih: "Putuku, kowe dosa têlung prakara, mungsuh Ratu tur sudarmane,
sarta kang aweh kamukten ing dunya, têka dirusak kang tanpa prakara, yen
ngelingi kasaeane uwa Prabu Brawijaya, para ngulama padha diparingi panggonan
kang wis anggawa pamêtu minangka dadi pangane, sarta padha diuja sakarêpe, wong
pancene rak sêmbah nuwun bangêt, wusana banjur diwalês ala, seda utawa sugênge
ora ana kang wêruh".<span style="font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Nyai Agêng banjur ndangu Sang Prabu, pangandikane</i></b>:<span class="apple-converted-space"> </span>"Êngger! aku arêp takon mênyang kowe, kandhaa satêmêne,
bapakmu tênan kuwi sapa? Sapa kang ngangkat kowe dadi Ratu tanah Jawa lan sapa
kang ngideni kowe? Apa sababe dene kowe syikara kang tanpa dosa?"<span style="font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sang Prabu banjur matur,</i></b><span class="apple-converted-space"> </span>yen Prabu Brawijaya iku jarene ramane têmênan. Kang ngangkat
sarirane dadi Ratu mêngku tanah Jawa iku para Bupati pasisir kabeh Kang ngideni
para Sunan Mulane nagara Majapahit dirusak, amarga Sang Prabu Brawijaya ora
karsa salin agama Islam, isih ngagêm agama kapir kupur, Buddha kawak dhawuk
kaya kuwuk<span style="font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sambungan Bagian 3 Jejak Brawijaya V/ Sunan Lawu</span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10018071273892975412noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2745027681920185724.post-63908935571632144362012-09-24T06:40:00.001-07:002012-09-24T06:42:23.192-07:00Bagian 4 Jejak Brawijaya V / Sunan Lawu<br />
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Nyai
Agêng barêng mirêng ature Prabu Jimbun, banjur njêrit ngrangkul Sang Prabu karo
ngandika</i></b>: "Êngger! kowe wêruha, kowe iku dosa têlung prakara,
mêsthi kêsiku ing Gusti Allah. Kowe wani mungsuh Ratu tur wong tuwamu dhewe,
sarta sing aweh nugraha marang kowe, dene kowe kok wani ngrusak kang tanpa
dosa. Anane Islam lan kapir sapa kang gawe, kajaba mung siji Gusti Allah
piyambak. Wong ganti agama iku ora kêna dipêksa yen durung mêtu saka karêpe
dhewe Wong kang nyungkêmi agamane nganti mati isih nggoceki tekade iku utama
Yen Gusti Allah wis marêngake, ora susah ngango dikon, wis mêsthi salin dhewe
ngrasuk agama Islam. Gusti Allah kang sipat rahman, ora dhawuh lan ora malangi
marang wong kang salin agama. Kabeh iki sasênênge dhewe-dhewe Gusti Allah ora
niksa wong kapir kang ora luput, sarta ora paring ganjaran marang wong Islam
kang tumindak ora bênêr, mung bênêr karo lupute sing diadili nganggo têtêping
adil, lalar-lulurên asalmu, ibumu Putri Cêmpa nyêmbah pikkong, wujud dluwang
utawa rêja watu. Kowe ora kêna sêngit mênyang wong kang agama Buddha, tandha
mripatmu iku lapisan, mula blero pandêlêngmu, ora ngrêti marang kang bênêr lan
kang luput, jarene anake Sang Prabu, têka kolu marang bapa, kêduga ngrusak ora
nganggo prakara, beda matane wong Jawa, Jawa Jawi ngrêti matane mung siji, dadi
wêruh ing bênêr lan luput, wêruh kang bêcik lan kang ala, mêsthi wêdi mênyang
bapa, kapindhone Ratu lan kang aweh nugraha, iku wajib dibêkteni. Eklasing ati
bêkti bapa, ora bêkti wong kapir, amarga wis wajibe manusa bêkti marang wong
tuwane. Kowe tak-dongengi, wong Agung Kuparman, iku agamane Islam, duwe
maratuwa kapir, maratuwane gêthing marang wong Agung amarga seje agama,
maratuwane tansah golek sraya bisane mantune mati, ewadene Wong Agung tansah
wêdi- asih lang ngaji-aji, amarga iku wong tuwane, dadi ora dielingi kapire,
nanging kang dielingi wong tuwane, mula Wong Agung iya ngaji-aji marang
maratuwane. Iya iku êngger, kang diarani wong linuwih, ora kaya tekadmu, bapa
disiya-siya, dupeh kapir Budha ora gêlêm ganti agama, iku dudu padon. Lan aku
arêp takon, apa kowe wis matur marang wong tuwamu, kok-aturi salin agama?
nagarane kok nganti kok-rusak iku kapriye?<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Prabu
Jimbun matur</i></b>,<span class="apple-converted-space"> </span>yen durung
ngaturi salin agama, têkane Majapahit banjur ngêpung nagara bae.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Nyai
Agêng Ngampel gumujêng karo ngandika</i></b>: "Tindakmu iku
saya luput bangêt, sanadyan para Nadi dhek jaman kuna, ênggone padha wani
mungsuh wong tuwane, iku amarga sabên dinane wis ngaturi santun agama, nanging
ora karsa, mangka sabên dinane wis diaturi mujijade, kang nandhakake yen kudu
wis santun agama Islam, ananging atur mau ora dipanggalih, isih nglêstarekake
agamane lawas, mula iya banjur dimungsuh. Lamun mangkono tumindake, sanadyan
mungsuh wong tuwa, lair batine ora luput. Barêng wong kang kaya kowe, mujijadmu
apa? Yen nyata Khalifatu'llah wênang nyalini agama lah coba wêtokna mujijadmu
tak-tontone"<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Prabu
Jimbun matur yen ora kagungan mujijad apa-apa</i></b>,
mung manut unine buku, jare yen ngislamake wong kapir iku ing besuk oleh
ganjaran swarga.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Nyai
Agêng Ngampel gumujêng nanging wêwah dukane</i></b><span class="apple-converted-space"> </span>Ujar-jare bae kok disungkêmi, tur dudu
bukuning lêluhur, wong ngumbara kok diturut rêmbuge, sing nglakoni rusak ya
kowe dhewe, iku tandha yen isih mêntah kawruhmu, durung wani marang wong tuwa,
saka kêpenginmu jumênêng Nata, kasusuhane ora dipikir. Kowe kuwi dudu santri
ahli budi, mung ngêndêlake ikêt putih, nanging putihe kuntul, sing putih mung
ing jaba, ing jêro abang, nalika eyangmu isih sugêng, kowe tau matur yen arêp
ngrusak Majapahit, eyangmu ora parêng, malah manti-manti aja nganti mungsuh
wong tuwa, saiki eyangmu wis seda, wêwalêre kok-trajang, kowe ora wêdi
papacuhe. Yen kowe njaluk idi marang aku, prakara têtêpmu dadi Ratu tanah Jawa,
aku ora wênang ngideni, aku bangsa cilik tur wong wadon, mêngko rak buwana
balik arane, awit kowe sing mêsthine paring idi marang aku, amarga kowe
Khalifatu'llah sajroning tanah Jawa, mung kowe dhewe sing tuwa, saucapmu idu
gêni, yen aku tuwa tiwas, yen kowe têtêp tuwa Ratu".<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Banjure
pangandikane Nyai Agêng Ngampel:</i></b><span class="apple-converted-space"> </span>"Putu! kowe tak- dongengi kupiya
patang prakara, ing kitab hikayat wis muni, carita tanah Mêsir, panjênêngane
Kanjêng Nabi Dhawud, putrane anggege kapraboning rama, Nabi Dhawud nganti
kengsêr saka nagara, putrane banjur sumilih jumênêng Nata, ora lawas Nabi
Dhawud sagêd wangsul ngrêbut nagarane. Putrane nunggang jaran mlayu mênyang
alas, jarane ambandhang kêcanthol-canthol kayu, nganthi pothol gumantung ana
ing kayu, iya iku kang diarani kukuming Allah Ana maneh caritane Sang Prabu
Dewata-cêngkar, iku iya anggege kapraboning rama, nanging banjur disotake
dening ingkang rama banjur dadi buta, sabên dina mangsa jalma, ora suwe
antarane, ana Brahmana saka tanah sabrang angajawa, aran Aji Saka, anggêlarake
panguwasa sulap ana ing tanah Jawa. Wong Jawa akeh kang padha asih marang Aji
Saka, gêthing marang Dewatacêngkar, Ajisaka diangkat dadi Raja, Dewatacêngkar
dipêrangi nganti kêplayu, ambyur ing sagara, dadi bajul, ora antara suwe banjur
mati. Ana maneh caritane nagara Lokapala uga mangkono, Sang Prabu Danaraja wani
karo ingkang rama, kukume iya isih tumindak kaya kang tak-caritakake mau, kabeh
padha nêmu sangsara. Apa maneh kaya kowe, mungsuh bapa kang tanpa prakara, kowe
mêsthi cilaka, patimu iya mlêbu mênyang yomani, kang mangkono iku kukume
Allah"<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sang
Prabu Jimbun mirêng pangandikane ingkang eyang,</i></b><span class="apple-converted-space"> </span>panggalihe rumasa kêduwung bangêt,
nanging wis ora kêna dibalekake.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Nyai
Agêng Ngampel isih nêrusake pangandikane:</i></b><span class="apple-converted-space"> </span>"Kowe kuwi dilêbokake ing loropan
dening para ngulama lan para Bupati, mung kowe kok gêlêm nglakoni, sing
nglakoni cilaka rak iya mung kowe dhewe, tur kelangan bapa, salawase urip
jênêngmu ala, bisa mênang pêrang nanging mungsuh bapa Aji, iku kowe mrêtobata
marang Kang Maha Kuwasa, kiraku ora bakal oleh pangapura, sapisan mungsuh bapa,
kapindho murtat ing Ratu, kaping têlune ngrusak kabêcikan apa dene ngrusak
prajane tanpa prakara. Adipati Pranaraga lan Adipati Pêngging masa trimaa
rusaking Majapahit, mêsthine labuh marang bapa, iku bae wis abot
sanggane". Nyai Agêng akeh-akeh pangandikane marang Prabu Jimbun.Sawise
Sang Prabu dipangandikani, banjur didhawuhi kondur mênyang Dêmak, sarta
didhawuhi nglari lolose ingkang rama, yen wis kêtêmu diaturana kondur mênyang
Majapahit, lan aturana mampir ing Ngampelgadhing, nanging yen ora kêrsa, aja
dipêksa, amarga yen nganti duka mangka banjur nyupatani, mêsthi mandi.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b>San<i>g
Prabu Jimbun sarawuhe ing Dêmak</i></b>,<span class="apple-converted-space"> </span>para
wadya padha sênêng-sênêng lan suka-suka nutug, para santri padha trêbangan lan
dhêdhikiran, padha angucap sukur lan bungah bangêt dene Sang Prabu wis kondur
sarta bisa mênang pêrange.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sunan
Benang mêthukake kondure Sang Prabu Jimbun</i></b>,
Sang Nata banjur matur marang Sunan Benang yen Majapahit wis kêlakon bêdhah,
layang-layang Buddha iya wis diobongi kabeh, sarta ngaturake yen ingkang rama
lan Raden Gugur lolos, Patih Majapahit mati ana samadyaning papêrangan, Putri
Cêmpa wis diaturi ngungsi mênyang Benang, wadya Majapahit sing wis têluk banjur
padha dikon Islam.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sunan
Benang mirêngake ature Sang Prabu Jimbun,</i></b><span class="apple-converted-space"> </span>gumujêng karo manthuk-manthuk, sarta
ngandika yen wis cocog karo panawange.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sang
Prabu matur</i></b>, yen kondure uga mampir ing Ngampeldênta, sowan ingkang
eyang Nyai Agêng Ngampel, ngaturake yen mêntas saka Majapahit, sarta nyuwun idi
ênggone jumênêng Nata, nanging ana ing Ngampel malah didukani sarta
diuman-uman, ênggone ora ngrêti marang kabêcikane Sang Prabu Brawijaya, nanging
sawise, banjur didhawuhi ngupaya ingkang rama, apa sapangandikane Nyai Agêng
Ngampel diaturake kabeh marang Sunan Benang.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sunan
Benang sawise mirêngake ature Sang Nata ing batos iya kêduwung, rumaos lupute,
dene ora ngelingi marang kabêcikane Sang Prabu Brawijaya. Nanging rasa kang
mangkono mau banjur dislamur ing pangandika, samudanane nyalahake Sang Prabu
Brawijaya lan Patih, ênggone ora karsa salin agama Islam.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sunan
Benang banjur ngandika</i></b>, yen dhawuhe Nyai Agêng Ngampel ora
pêrlu dipanggalih, amarga panimbange wanita iku mêsthi kurang sampurna, luwih
bêcik ênggone ngrusak Majapahit dibanjurake, yen Prabu Jimbun mituhu dhawuhe
Nyai Ngampeldênta, Sunan Benang arêp kondur mênyang 'Arab, wusana Prabu Jimbun
banjur matur marang Sunan Benang, yen ora nglakoni dhawuhe Nyai Ngampel,
mêsthine bakal oleh sabda kang ora bêcik, mula iya wêdi.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sunan
Benang paring dhawuh marang Sang Prabu,</i></b><span class="apple-converted-space"> </span>yen ingkang rama mêksa kondur mênyang
Majapahit, Sang Prabu didhawuhi sowan nyuwun pangapura kabeh kaluputane, dene
yen arêp ngaturi jumênêng Nata maneh, aja ana ing tanah Jawa, amarga mêsthi
bakal ngribêdi lakune wong kang padha arêp salin agama Islam, supaya
dijumênêngake ana seje nagara ing sajabaning tanah Jawa.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sunan
Giri banjur nyambungi pangandika</i></b>, mungguh prayoganing laku supaya ora
ngrusakake bala, Sang Prabu Brawijaya sarta putrane bêcik ditênung bae, awit
yen mateni wong kapir ora ana dosane.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sunan
Benang sarta Prabu Jimbun wis nayogyani panêmune Sunan Giri kang mangkono mau.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Gênti
kang cinarita</i></b>, tindake Sunan kalijaga ênggone ngupaya Sang Prabu
Brawijaya, mung didherekake sakabat loro lakune kêlunta-lunta, sabên desa
diampiri, saka ênggone ngupaya warta. Lampahe Sunan Kalijaga turut pasisir
wetan, sing kalangkungan tindake Sang Prabu Brawijaya<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Lampahe
Sang Prabu Brawijaya wis têkan ing Blambangan, sarehne wis kraos sayah banjur
kendêl ana sapinggiring beji. Ing wêktu iku panggalihe Sang Prabu pêtêng
bangêt, dene sing marak ana ngarsane mung kêkasih loro, iya iku Nayagenggong
lan Sabdapalon, abdi loro mau tansah gêguyon, lan padha mikir kahaning lêlakon
kang mêntas dilakoni, ora antara suwe kêsaru sowanne Sunan Kalijaga, banjur
ngabêkti sumungkêm padane Sang Prabu.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sang
Prabu banjur ndangu marang Sunan Kalijaga</i></b>:<span class="apple-converted-space"> </span>"Sahid kowe têka ana apa? Apa prêlune
nututi aku?<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sunan
Kalijaga matur</i></b>:<span class="apple-converted-space"> </span>"Sowan
kula punika kautus putra paduka, madosi panjênêngan paduka, kapanggiha wontên
ing pundi-pundi, sêmbah sungkêmipun konjuka ing pada paduka Aji, nuwun
pangaksama sadaya kasisipanipun, dene ngantos kamipurun ngrêbat kaprabon paduka
Nata, awit saking kalimputing manah mudha punggung, botên sumêrêp tata krami,
sangêt kapenginipun mêngku praja angreh wadyabala, sineba ing para bupati.
Samangke putra paduka rumaos ing kalêpatanipun, dene darbe bapa Ratu Agung ingkang
anyêngkakakên saking ngandhap aparing darajat Adipati ing Dêmak, tangeh malêsa
ing sih paduka Nata, ing mangke putra paduka emut, bilih panjênêngan paduka
linggar saking praja botên kantênan dunungipun, punika putra paduka rumaos yen
mêsthi manggih dêdukaning Pangeran. Mila kawula dinuta madosi panjênêngan
paduka, kapanggiha wontên ing pundi-pundi ingaturan kondur rawuh ing Majapahit,
têtêpa kados ingkang wau-wau, mêngku wadya sineba para punggawa, aweta dados
jêjimat pinundhi-pundhi para putra wayah buyut miwah para santana, kinurmatan
sinuwunan idi wilujêngipun wontên ing bumi. Manawi paduka kondur, putra paduka
pasrah kaprabon paduka Nata, putra paduka nyaosakên pêjah gêsang, yen kaparêng
saking karsa paduka, namung nyuwun pangaksama paduka, sadayaning kalêpatanipun,
lan nyuwun pangkatipun lami dados Adipati ing Dêmak, têtêpa kados ingkang
sampun. Dene yen panjênêngan paduka botên karsa ngasta kaprabon Nata, sinaosan
kadhaton wontên ing rêdi, ing pundi sasênênging panggalih paduka, ing rêdi
ingkang karsakakên badhe dipundhêpoki, putra paduka nyaosi busana lan dhahar
paduka, nanging nyuwun pusaka Karaton ing tanah Jawa, dipunsuwun ingkang rila
têrusing panggalih".<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sang
Prabu Brawijaya ngandika</i></b>:<span class="apple-converted-space"> </span>"Ingsun-rungu
aturira, Sahid Nanging ora ingsun-gatekake, karana ingsun wis kapok rêmbugan
karo santri padha nganggo mata pitu, padha mata lapisan kabeh, mula blero
pandulune, mawas ing ngarêp nanging jêbul anjênggung ing buri, rêmbuge mung
manis ana ing lambe, batine angandhut pasir kinapyukake ing mata, murih picêka
mataku siji. Sakawit ingsun bêciki, walêse kaya kênyung buntut, apa ta
salah-ingsun, têka rinusak tanpa prakara, tinggal tata adat caraning manusa,
mukul pêrang tanpa panantang, iku apa nganggo tataning babi, dadi dudu tataning
manusa kang utama".<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sunan
Kalijaga barêng ngrungu pangandikane Sang Prabu rumasa ing kaluputane ênggone
melu mbêdhah karaton Majapahit, ing batin bangêt panalangsane, dene kadudon
kang wis kêbanjur, mula banjur ngrêrêpa, ature: "Inggih saduka-duka paduka
ingkang dhumawa dhatêng putra wayah, mugi dadosa jimat paripih, kacancang
pucuking rema, kapêtêk wontên ing êmbun, mandar amêwahana cahya nurbuwat
ingkang wêning, rahayunipun para putra wayah sadaya. Sarehning sampun kalêpatan,
punapa malih ingkang sinuwun malih, kajawi namung pangapuntên paduka wangsu
karsa paduka karsa tindak dhatêng pundi?"<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sang
Prabu Brawijaya ngandika:</i></b><span class="apple-converted-space"> </span>"Saiki
karsaningsun arsa tindak mênyang Bali, kêtêmu karo yayi Prabu Dewa agung ing
Kêlungkung, arsa ingsun-wartani pratingkahe si Patah, sikara wong tuwa kang
tanpa dosa, lan arsa ingsun-kon nimbali para Raja kanan kering tanah jawa,
samêkta sakapraboning pêrang, lan Adipati Palembang sun-wehi wêruh, yen anake
karo pisan satêkane tanah Jawa sun-angkat dadi Bupati, nanging ora wêruh ing
dalan, banjur wani mungsuh bapa Ratu, sun-jaluk lilane anake arêp ingsun
pateni, sabab murtat wani ing bapa kapindhone Ratu, lan ingsun arsa angsung
wikan marang Hongte ing Cina, yen putrane wis patutan karo ingsun mêtu lanang
siji, ananging ora wêruh ing dalan, wani mungsuh bapa ratu, iya ingsun-jaluk
lilane, yen putune arsa ingsun-pateni, ingsun njaluk biyantu prajurit Cina,
samêkta sakapraboning pêrang, njujuga nagari Bali. Yen wis samêkta sawadya
prajurit, sarta padha eling marang lêlabêtan kabêcikaningsun, lan duwe wêlas
marang wong wungkuk kaki-kaki, yêkti padha têka ing Bali sagêgamaning pêrang,
sun-jak marang tanah Jawa angrêbut kapraboningsun, iya sanadyan pêrang gêdhe
gêgêmpuran amungsuh anak, ingsun ora isin, awit ingsun ora ngawiti ala,
aninggal carane wong agung."<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sunan
Kalijaga ngrungu dhawuhe Sang Prabu kang mangkono iku ing sanalika mung
dhêlêg-dhêlêg, ngandika sajroning ati: "Tan cidra karo dhawuhe Nyai Agêng
Ngampelgadhing, yen eyang wungkuk isih mbrêgagah nggagahi nagara, ora nyawang
wujuding dhiri, kulit kisut gêgêr wungkuk. Lamun iki ngantiya nyabrang marang
Bali, ora wurung bakal ana pêrang gêdhe tur wadya ing Dêmak masa mênanga,
amarga katindhihan luput, mungsuh ratu pindho bapa, kaping têlune kang mbêciki,
wis mêsthi bae wong Jawa kang durung Islam yêkti asih marang Ratu tuwa,
angantêp tangkêping jurit, mêsthi asor wong Islam tumpês ing pêpêrangan."<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Wusana
Sunan Kalijaga matur alon:</i></b><span class="apple-converted-space"> </span>"Dhuh
pukulun Jêng Sang Prabu! saupami paduka lajêngna rawuh ing bali, nimbali para
Raja, saestu badhe pêrang gêgêmpuran, punapa botên ngeman<span class="apple-converted-space"> </span>risakipun nagari Jawi, sampun tamtu
putra paduka ingkang badhe nêmahi kasoran, panjênêngan paduka jumênêng Nata
botên lami lajêng surud, kaprabon Jawi kaliya ing sanes darah paduka Nata,
saupami kados dene sêgawon rêbatan bathang, ingkang kêrah tulus kêrah
têtumpêsan sami pêjah sadaya daging lan manah kathêda ing sêgawon
sanesipun".<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sang
prabu Brawijaya ngandika</i></b>:<span class="apple-converted-space"> </span>"Mungguh
kang mangkono iki luwih-luwih karsane Dewa Kang Linuwih, ingsun iki Ratu
Binathara, nêtêpi mripat siji, ora nganggo mata loro, mung siji marang bênêr
paningalku, kang miturut adat pranatane para lêluhur.Saupama si Patah ngrasa
duwe bapa ingsun, kêpengin dadi Ratu, disuwun krananing bêcik, karaton ing
tanah Jawa, iya sun-paringake krana bêcik, ingsun wis kaki-kaki, wis warêg
jumênêng Ratu, nrima dadi pandhita, pitêkur ana ing gunung. Balik samêngko si
Patah siya mring sun, mêsthine-ingsun iya ora lila ing tanah Jawa diratoni,
luwih karsaning Jawata Gung, pamintane marang para titah ing wuri."<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sunan
Kalijaga barêng mirêng pangandikane Sang Prabu</i></b>,<span class="apple-converted-space"> </span>rumasa ora kaconggah ngaturi, mula
banjur nyungkêmi pada, sarta banjur nyaosake cundrike karo matur, yen Sang
Prabu ora karsa nglampahi kaya ature Sunan Kalijaga, Sunan Kalijaga nyuwun
supaya dipateni bae, amarga lingsêm manawa mêruhi lêlakon kang saru.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sang
Prabu nguningani patrape Sunan kalijaga kang mangkono mau</i></b>,
panggalihe kanggêg, mula nganti suwe ora ngandika tansah têbah jaja karo
nênggak waspa, sêrêt pangandikane: "Sahid! linggiha dhisik, tak-pikire
sing bêcik, tak-timbange aturmu, bênêr lan lupute, têmên lan gorohe, amarga aku
kuwatir yen aturmu iku goroh kabeh. Sumurupa Sahid! saupama aku kondur marang
Majapahit, si Patah seba mênyang aku, gêthinge ora bisa mari, amarga duwe bapa
Buddha kawak kapir kupur, liya dina lali, aku banjur dicêkêl dibiri, dikon
tunggu lawang pungkuran, esuk sore diprêdi sêmbahyang, yen ora ngrêti banjur
diguyang ana ing blumbang dikosoki alang-alang garing."<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sang
Prabu mbanjurake pangandikane marang Sunan Kalijaga</i></b>:
"Mara pikirên, Sahid!Saiba susahing atiku, wong wis tuwa, nyêkrukuk, kok
dikum ing banyu".<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sunan
Kalijaga gumujêng karo matur</i></b>: "Mokal manawi makatên, benjing
kula ingkang tanggêl, botên-botênipun manawi putra paduka badhe siya-siya
dhatêng panjênêngan paduka, dene bab agami namung kasarah sakarsa paduka,
namung langkung utami manawi panjênêngan paduka karsa gantos sarak rasul,
lajêng nyêbut asmaning Allah, manawi botên karsa punika botên dados punapa,
tiyang namung bab agami, pikêkahipun tiyang Islam punika sahadat, sanadyan
salat dhingklak-dhingkluk manawi dereng mangrêtos sahadat punika inggih têtêp
nama kapir".<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sang
Prabu ngandika:</i></b><span class="apple-converted-space"> </span>"Sahadat
iku kaya apa, aku kok durung ngrêti, coba ucapna tak-rungokne".<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sunan
kalijaga banjur ngucapake sahadat</i></b>: ashadu ala ilaha ila'llah, wa ashadu
anna Mukhammadar-Rasulu'llah, têgêsipun: Ingsung anêkseni, ora ana Pangeran
kang sajati, amung Allah, lan anêkseni, Kangjêng Nabi Mukhammad iku utusane
Allah".<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Ature
Sunan Kalijaga marang Sang Prabu</i></b>: "Tiyang nêmbah dhatêng arah
kemawon, botên sumêrêp wujud têgêsipun, punika têtêp kapiripun, lan malih
sintên tiyang ingkang nêmbah puji ingkang sipat wujud warni, punika nêmbah
brahala namanipun, mila tiyang punika prêlu mangrêtos dhatêng lair lan
batosipun. Tiyang ngucap punika kêdah sumêrêp dhatêng ingkang dipunucapakên,
dene têgêsipun Nabi Mukhammad Rasula'llah: Mukhammad punika makam kuburan,
dados badanipun tiyang punika kuburipun rasa sakalir, muji badanipun piyambak,
botên muji Mukhammad ing 'Arab, raganipun manusa punika wêwayanganing Dzating
Pangeran, wujud makam kubur rasa, Rasul rasa kang nusuli, rasa pangan manjing
lesan, Rasule minggah swarga, lu'llah, luluh dados êndhut, kasêbut Rasulu'llah
punika rasa ala ganda salah, riningkês dados satunggal Mukhammad Rasula'llah,
kang dhingin wêruh badan, kaping kalih wêruh ing têdhi, wajibipun manusa
mangeran rasa, rasa lan têdhi dados nyêbut Mukhammad rasulu'llah, mila
sêmbahyang mungêl "uzali" punika têgêsipun nyumêrêpi asalipun. Dene
raganipun manusa punika asalipun saking roh idlafi, rohipun Mukhammad Rasul,
têgêsipun Rasul rasa, wijile rasaning urip, mêdal saking badan kang mênga,
lantaran ashadualla, manawi botên mêngrêtos têgêsipun sahadat, botên sumêrêp
rukun Islam, botên mangrêtos purwaning dumados".<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Bersambung ke Bagian 5 Jejak Brawijaya V / Sunan Lawu</span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10018071273892975412noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2745027681920185724.post-52667626989402277192012-09-24T06:21:00.001-07:002012-09-24T07:26:34.841-07:00Bagian 5 Jejak Brawijaya V/ Sunan Lawu<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGJ6sOffXtYeZs0EILypO65yCTttszYMCHcP2S1HuRRdnoOAVIyvgjUqw6dM1MBJreLZDIQyeJVvRGEYbib8e4QLEC4D8hyphenhyphenXfbcplRiVmX1BosWp5T-lsbtlCjUhVxSUgzz3UToynrig/s1600/sunan-kali-jaga.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGJ6sOffXtYeZs0EILypO65yCTttszYMCHcP2S1HuRRdnoOAVIyvgjUqw6dM1MBJreLZDIQyeJVvRGEYbib8e4QLEC4D8hyphenhyphenXfbcplRiVmX1BosWp5T-lsbtlCjUhVxSUgzz3UToynrig/s400/sunan-kali-jaga.jpg" width="188" /></a></div>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sunan kalijaga ature akeh-akeh,</i></b><span class="apple-converted-space"> </span>nganti Prabu Brawijaya karsa santun agama Islam, sawise banjur
mundhut paras marang Sunan Kalijaga nanging remane ora têdhas digunting, mulane
Sunan Kalijaga banjur matur, Sang Prabu diaturi Islam lair batos, amarga yen
mung lair bae, remane ora têdhas digunting. Sang Prabu banjur ngandika yen wis
lair batos, mulane kêna diparasi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sang Prabu sawise paras banjur ngandika marang
Sabdapalon lan Nayagenggong:</i></b><span class="apple-converted-space"> </span>"Kowe karo pisan
tak-tuturi, wiwit dina iki aku ninggal agama Buddha, ngrasuk agama Islam,
banjur nyêbut asmaning Allah Kang Sajati. Saka karsaku, kowe sakarone tak-ajak
salin agama Rasul tinggal agama Buddha"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sabdapalon ature sêndhu</i></b>:<span class="apple-converted-space"> </span>"Kula niki Ratu Dhang Hyang sing rumêksa tanah Jawa. Sintên
ingkang jumênêng Nata, dados momongan kula.Wiwit saking lêluhur paduka rumiyin,
Sang Wiku Manumanasa, Sakutrêm lan Bambang Sakri, run-tumurun ngantos dumugi
sapriki, kula momong pikukuh lajêr Jawi, kula manawi tilêm ngantos 200 taun,
sadangunipun kula tilêm tamtu wontên pêpêrangan sadherek mêngsah sami sadherek,
ingkang nakal sami nêdha jalma, sami nêdha bangsanipun piyambak, dumugi sapriki
umur-kula sampun 2000 langkung 3 taun, momong lajêr Jawi, botên wontên ingkang
ewah agamanipun, nêtêpi wiwit sapisan ngestokakên agami Buddha. Sawêg paduka
ingkang karsa nilar pikukuh luhur Jawi Jawi têgêsipun ngrêti, têka narimah nama
Jawan, rêmên manut nunut-nunut, pamrihipun damêl kapiran muksa paduka
mbenjing."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sang Prabu Brawijaya sinêmonan dening Jawata</i></b><i>,</i><span class="apple-converted-space"> </span>ênggone karsa mlêbêt agama Rasul, iya iku rêrupan kahanan ing dunya
ditambahi warna têlu: 1: aran sukêt Jawan, 2: pari Randanunut, lan 3: pari
Mriyi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sang Prabu andangu maneh:</i></b><span class="apple-converted-space"> </span>"Kapriye kang padha dadi kêkêncênganmu, apa gêlêm apa ora
ninggal agama Buddha, salin agama Rasul, nyêbut Nabi Mukhammad Rasula'llah
panutaning para Nabi, lan nyêbut asmaning Allah Kang Sajati?"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sabdapalon ature sêndhu</i></b><i>:</i><span class="apple-converted-space"> </span>"Paduka mlêbêt piyambak, kula botên têgêl ningali watak siya,
kados tiyang 'Arab. Siya punika têgêsipun ngukum, tur siya dhatêng raga, manawi
kula santun agami, saestu damêl kapiran kamuksan-kula, ing benjing, dene
ingkang mastani mulya punika rak tiyang 'Arab sarta tiyang Islam sadaya,
anggenipun ngalêm badanipun piyambak Manawi kula, mastani botên urus, ngalêm
saening tangga ngapêsakên badanipun
piyambak, kula rêmên agami lami, nyêbut Dewa Ingkang Linangkung.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Jagad punika raganipun Dewa ingkang asipat budi lan hawa, sampun
dados wajibipun manusa punika manut dhatêng eling budi karêpan, dados botên
ngapirani, manawi nyêbut Nabi Mukhammad Rasulu'llah, têgêse Mukhammad niku makaman
kubur, kubure rasa kang salah, namung mangeran rasa wadhag wadhahing êndhut,
namung tansah nêdha eca, botên ngengêti bilahinipun ing wingking, mila nami
Mukhammad inggih makaman kuburan sakalir, roh idlafi têgêsipun lapisan, manawi
sampun risak wangsul dhatêng asalipun malih. Wangsul Prabu Brawijaya lajêng
manggen wontên pundi Adam punika muntêl kaliyan Hyang Brahim, têgêsipun
kêbrahen nalika gêsangipun, botên manggih raos ingkang saestu, nanging
tangining raos wujud badan, dipunwastani Mukhammadun, makaman kuburing rasa,
jasanipun budi, dados sipatipun tiyang lan raos. Manawi dipunpundhut ingkang
Mahakuwasa, sarira paduka sipate tiyang wujud dados, punika dadosipun piyambak,
lantaranipun ngabên awon, bapa biyung botên damêl, mila dipunwastani anak, wontênipun
wujud piyambak, dadosipun saking gaib samar, saking karsaning Latawalhujwa,
ingkang nglimputi wujud, wujudipun piyambak, risak-risakipun piyambak, manawi
dipunpundhut dening Ingkang Maha Kuwasa, namung kantun rumaos lan pangraos
ingkang paduka-bêkta dhatêng pundi kemawon, manawi dados dhêmit ingkang têngga
siti, makatên punika ingkang nistha, namung prêlu nênggani daging bacin ingkang
sampun luluh dados siti, makatên wau têtêp botên wontên prêlunipun. Ingkang
makatên punika amargi namung saking kirang budi kawruhipun, kala gêsangipun
dereng nêdha woh wit kawruh lan woh wit budi, nrimah pêjah dados setan, nêdha
siti ngajêng-ajêng tiyang ngirim sajen tuwin slamêtanipun, ing têmbe tilar
mujijat rakhmat nyukani kiyamat dhatêng anak putunipun ingkang kantun. Tiyang
pêjah botên kêbawah pranataning Ratu ing lair, sampun mêsthi sukma pisah
kaliyan budi, manawi tekadipun sae inggih nampeni kamulyan, nanging manawi
tekadipun awon inggih nampeni siksanipun Cobi paduka-jawab atur-kula punika<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sang Prabu ngandika</i></b><b>: "</b>Mulih marang asale, asal Nur
bali marang Nur"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sabdapalon matur maneh: "Inggih punika kawruhipun tiyang
bingung gêsangipun rugi, botên gadhah kawruh kaengêtan, dereng nêdha woh kawruh
lan budi, asal siji mantuk satunggal, punika sanes pêjah ingkang utami, dene
pêjah ingkang utami punika sewu satus têlung puluh.<span class="apple-converted-space"> </span><b>Têgêsipun satus punika putus, têlu punika tilas, puluh punika
pulih, wujud malih,</b><span class="apple-converted-space"><b> </b></span>wujudipun risak, nanging ingkang
risak namung ingkang asal saking roh idlafi. Uripipun langgêng namung raga
pisah kaliyan sukma, inggih punika sahadat ingkang botên mawi ashadu, gantos
roh idlafi lapisan: sasi surup mêsthi saking pundi asalipun wiwit dados jalmi.
Surup têgêsipun: sumurup purwa madya wasananipun, nêtêpana namane tiyang
lumampah, sampun ebah saking prênahipun mlêbêt mbêkta sir cipta lami".<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sang Prabu ngandika:</i></b><span class="apple-converted-space"> </span>"Ciptaku nempel wong kang luwih".<span class="apple-converted-space"> </span><b>Sabdapalon matur:</b><span class="apple-converted-space"> </span>"Punika tiyang kêsasar,
kados dene kêmladeyan tumemplek wit-witan agêng, botên bawa piyambak,
kamuktenipun namung nêmpil. Punika botên pêjah utami, pêjahipun tiyang nistha,
rêmênipun namung nempel, nunut-nunut, botên bawa piyambak, manawi dipuntundhung,
lajêng klambrangan, dados brêkasakan, lajêng nempel dhatêng sanesipun
malih"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sang Prabu ngandika maneh</i></b><b>:</b><span class="apple-converted-space"> </span>"Asal suwung aku bali, mênyang suwung, nalika aku durung
maujud iya durung ana apa-apa, dadi patiku iya mangkono"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sabdapalon</i></b><b>:</b><span class="apple-converted-space"> </span>"Punika pêjahipun tiyang
kalap nglawong, botên iman 'ilmi, nalika gêsangipun kados kewan, namung nêdha
ngombe lan tilêm, makatên punika namung sagêd lêma sugih daging, dados nama
sampun narimah ngombe uyuh kemawon, ical gêsangipun salêbêtipun pêjah".<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sang Prabu:</i></b><span class="apple-converted-space"> </span>"Aku nunggoni makaman kubur, yen wis luluh dadi lêbu".<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sabdapalon:</i></b><span class="apple-converted-space"><b> </b></span><b>"</b>Inggih punika pêjahipun tiyang
cubluk, dados setan kuburan, nênggani daging wontên kuburan, daging ingkang
sampun luluh dados siti, botên mangrêtos santun roh hidlafi enggal. Inggih
punika tiyang bodho mangrêtosa.Nun!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sang Prabu ngandika</i></b>: "Aku arêp muksa
saragaku"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sabdapalon gumuyu</i></b><b>:</b><span class="apple-converted-space"> </span>"Yen tiyang agami Rasul têrang botên sagêd muksa, botên
kuwawi ngringkês nguntal raganipun, lêma kakathahên daging. Tiyang pêjah muksa
punika cêlaka, amargi nami pêjah, nanging botên tilar jisim, namanipun botên
sahadat, botên pêjah, botên gêsang, botên sagêd dados roh idlafi enggal, namung
dados gunungan dhêmit"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Pangandikane Sang Prabu:</i></b><span class="apple-converted-space"> </span>"Aku ora duwe cipta apa-apa, ora ikhtiar nampik milih,
sakarsane Kang Maha Kuwasa".<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sabdapalon:</i></b><span class="apple-converted-space"> </span>"Paduka nilar sipat, botên ngrumaosi yen tinitah linangkung,
nilar wajibing manusa, manusa dipun wênangakên nampik milih, manawi sampun
narimah dados sela, sampun botên prêlu pados 'ilmi kamulyaning seda".<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sang Prabu:</i></b><span class="apple-converted-space"><i> </i></span>"Ciptaku arêp mulih mênyang
akhirat, munggah swarga seba Kang maha Kuwasa".<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sabdapalon matur:</i></b><span class="apple-converted-space"> </span>"Akhirat, swarga, sampun paduka-bêkta ngaler ngidul,
jagadipun manusa punika sampun mêngku 'alam sahir kabir, nalika tapêl Adam,
sampun pêpak: akhirat, swarga, naraka 'arasy kursi. Paduka badhe tindak dhatêng
akhirat pundi, mangke manawi kêsasar lo, mangka ênggene akhirat punika têgêse
mlarat, saênggen- ênggen wontên akhirat, manawi kenging kula-singkiri, sampun
ngantos kula mantuk dhatêng kamlaratan sarta minggah dhatêng akhirat adil
nagari, manawi lêpat jawabipun tamtu dipunukum, dipunbanda, dipunpaksa nyambut
damêl awrat tur botên tampa arta. Klêbêt akhirat nusa Srênggi, nusa têgêsipun
manusa, Srêng têgêsipun padamêlan ingkang awrat sangêt Ênggi têgêsipun gawe
Dados têgêsipun jalma pinêksa nyambut damêl dhatêng Ratu Nusa Srênggi
namanipun, punapa botên cilaka, tiyang gêsang wontên ing dunya kados makatên
wau, sakulawargane mung nadhah bêras sapithi, tanpa ulam, sambêl, jangan punika
akhirat ingkang katingal tata lair, manawi akhiratipun tiyang pêjah malah
langkung saking punika, paduka sampun ngantos kondur dhatêng akhirat, sampun
ngantos minggah dhatêng swarga, mindhak kêsasar, kathah rajakaya ingkang wontên
ing ngriku, sadaya sami trima tilêm kêmul siti, gêsangipun nyambut damêl kanthi
paksan, botên salah dipunpragat, paduka sampun ngantos sowan Gusti Allah,
amargi Gusti Allah punika botên kantha botên warna, wujudipun amung asma,
nglimputi wontên ing dunya tuwin ing akhirat, paduka dereng têpang, têpangipun
amung têpang kados cahyanipun lintang lan rêmbulan, kapanggihe cahya murub
dados satunggal, botên pisah botên kumpul, têbihipun botên mawi wangênan, cêlak
botên panggihan, kula botên kuwawi cêlak, punapa malih paduka, Kangjêng Nabi
Musa toh botên kuwawi mandêng dhatêng Gusti Allah, mila Allah botên katingal,
namung Dzatipun ingkang nglimputi sadaya wujud, paduka wiji rohani, sanes
bangsanipun malaekat, manusa raganipun asal saking nutfah, sowan Hyang
Latawalhujwa, manawi panggenanipun sampun sêpuh, nyuwun ingkang enggal, dados
botên wongsal-wangsul, ingkang dipunwastani pêjah gêsang, ingkang gêsang
napasipun taksih lumampah, têgêsipun urip, ingkang têtêp langgêng, botên ewah
botên gingsir, ingkang pêjah namung raganipun, botên ngraosakên kanikmatan,
pramila tumrap tiyang agami Buddha, manawi raganipun sampun sêpuh, suksmanipun
mêdal nyuwun gantos ingkang sae, nglangkungi ingkang sampun sêpuh, nutfah
sampun ngantos ebah saking jagadipun, jagadipun manusa punika langgêng, botên
ewah gingsir, ingkang ewah punika makaming raos, raga wadhag ingkang asal roh
idlafi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Prabu Brawijaya botên anem botên sêpuh, nanging langgêng manggen
wontên satêngahipun jagadipun, lumampah botên ebah saking panggenanipun, wontên
salêbêting guwa sir cipta kang êning Gawanên gêgawanmu, ngGêgawa nêdha raga
Tulis ical, etangan gunggunge: kumpul, plêsatipun wêtaha. Ningali jantung kêtêg
kiwa: surut marga sire cipta, jujugipun ingkang cêtha cêthik cêthak. Punika
pungkasanipun kawruh, kawruhipun tiyang Buddha Lêbêtipun roh saking cêthak marginipun,
kendêl malih wontên cêthik, mêdal wontên kalamwadi, kentir sagara rahmat lajêng
lumêbêt ing guwa indra-kilaning estri, tibaning nikmat ing dhasaring bumi
rahmat, wontên ing ngriku ki budi jasa kadhaton baitu'llah ingkang mulya,
dadosipun saking sabda kun, dados wontên têngahing jagad swarganing tiyang
sêpuh estri, mila jalma keblatipun wontên têngahing jagad, jagading tiyang
punika guwa sir cipta namanipun, dipunbêkta dhatêng pundi- pundi botên ewah,
umuripun sampun dipunpasthekakên, botên sagêd ewah gingsir, sampun dipunsêrat
wontên<span class="apple-converted-space"> </span>lokhil-makful, bêgja cilakanipun
gumantung wontên ing budi nalar lan kawruhipun, ingkang ical utawi kirang
ikhtiaripun inggih badhe ical utawi kirang bêgjanipun. Wiwitanipun keblat
sakawan, inggih punika wetan kilen kidul ler : têgêsipun wetan : wiwitan manusa
maujud; têgêsipun kulon : bapa kêlonan; têgêsipun kidul : estri didudul wêtênge
ing têngah; têgêsipun lor : laire jabang bayi, tanggal sapisan kapurnaman,
sênteg sapisan tênunan sampun nigasi. Têgêsipun pur: jumbuh, na; ana wujud, ma;
madhêp dhatêng wujud; jumbuh punika têgêsipun pêpak, sarwa wontên, mêngku alam
sahir kabir, tanggalipun manusa, lairipun saking tiyang sêpuhipun estri, sarêng
tanggalipun kaliyan sadherekipun kakang mbarêp adhi ragil, kakang mbarêp punika
kawah, adhi punika ari-ari, sadherek ingkang sarêng tanggal gaibipun, rumêksa
gêsangipun elingipun panjanmaning surya, lênggah rupa cahya, kontêning eling
sadayanipun, siyang dalu sampun sumêlang dhatêng sadaya rêrupen, ingkang engêt
sadayanipun, surup lan tanggalipun sampun samar : kala rumiyin, sapunika lan
benjing, punika kawruhipun tiyang Jawi ingkang agami Buddha. Raga punika
dipunibaratakên baita, dene suksmanipun inggih punika tiyang ingkang wontên ing
baita wau, ingkang nêdahakên pandomipun, manawi baitanipun lumampah mangka
salah pandomipun, tamtu manggih cilaka, baita pêcah, tiyangipun rêbah Pramila
kêdah ingkang mapan, mumpung baitanipun taksih lumampah, manawi botên mapan
gêsangipun, pêjah malih sagêda mapan, nêtêpi kamanusanipun, manawi baitanipun
bibrah, inggih pisah kaliyan tiyangipun; têgêsipun suksma ugi pisah kaliyan
budi, punika namanipun sahadat, pisahipun kawula kaliyan Gusti, sah têgêsipun
pisah, dat punika Dzating Gusti, manawi sampun pisah raga suksma, budinipun
lajêng santun baitu'llah, napas tali, muji dhatêng Gusti, manawi pisaha raga
suksma lan budi, mrêtitis ingkang botên-botên, yen tunggal, kabêsaran,
tanggalipun botên surup salaminipun, punika kêdah ingkang waspada, ngengêtana
dhatêng asaling kawula, kawula ugi wajib utawi wênang matur dhatêng Gusti,
nyuwun baitu'llah ingkang enggal, ngungkulana ingkang lami. Raganing manusa
punika namanipun baitu'llah, inggih prau gaweyaning Allah, dadosipun saking
sabda kun, manawi baitanipun tiyang Jawi sagêd mapan santun baitu'llah malih ingkang
sae, baitanipun tiyang Islam gêsangipun kantun pangrasa, praunipun sampun
rêmuk, manawi suksma punika pêjah ing 'alam dunya suwung, botên wontên tiyang,
manawi tiyang punika têrus gêsang, ing dunya kêbak manusa, lampahipun saking
ênem urut sêpuh, ngantos roh lapisan, sanadyan suksmanipun tiyang, nanging
manawi tekadipun nasar, pêjahipun manjalma dados kuwuk, sanadyan suksmanipun
kewan, nanging sagêd manjalma dados tiyang (kajêngipun, adiling Kawasa tiyang
punika pinasthi ngundhuh wohing panggawene piyambak-piyambak). Nalika
panjênênganipun Bathara Wisnu jumênêng Nata wontên ing Mêndhang Kasapta, sato
wana tuwin lêlêmbut dipuncipta dados manusa, dados wadya-balanipun Sang Nata.
Nalika eyang paduka Prabu Palasara iyasa kadhaton wontên ing Gajahoya, sato wana
tuwin lêlêmbut inggih dipuncipta dados tiyang, pramila gandanipun tiyang
satunggal-satunggalipun beda-beda, gandanipun kadosdene nalika taksih dados
sato kewan. Sêrat tapak Hyang, ingkang dipunwastani Sastrajendrayuningrat,
dados saking sabda kun,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .25in; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">1. ingkang dipunwastani jithok têgêsipun namung
puji thok. Dewa ingkang damêl cahya murub nyrambahi badan, têgêsipun incêngên
aneng cêngêlmu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .25in; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">2. Jiling punika puji eling marang Gusti.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .25in; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">3. Punuk têgêsipun panakna.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .25in; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">4. Timbangan têgêsipun salang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .25in; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">5. Pundhak punika panduk, urip wontên ing 'alam
dunya pados kawruh kaliyan woh kuldi, manawi angsal woh kuldi kathah,
untungipun sugih daging, yen angsal woh kawruh kathah, kenging kangge sangu
gêsang, gêsang langgêng ingkang botên sagêd pêjah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .25in; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">6. Têpak têgêsipun têpa-tapanira.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .25in; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">7. Walikat: walikane gêsang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .25in; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">8. Ula-ula: ulatana,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .25in; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">9. lalarên gêgêrmu sing nggligir.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .25in; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">10. Sungsum
têgêsipun sungsungên.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .25in; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">11. Lambung: waktu
Dewa nyambung umur, alamipun jalma sambungan, lali eling urip mati.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .25in; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">12. Lêmpeng kiwa
têngên têgêsipun tekadmu sing lêmpêng lair batin, purwa bênêr lawan luput,
bêcik lawan ala.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .25in; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">13. Mata têgêsipun
tingalana batin siji, sing bênêr keblatira, keblat lor bênêr siji.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .25in; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">14. Têngên
têgêsipun têngênên ingkang têrang, wontên ing dunya amung sadarmi ngangge raga,
botên damêl botên tumbas.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .25in; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">15. Kiwa
têgêsipun: raga iki isi hawa kêkajêngan, botên wênang ngêkahi pêjah. Makatên
punika ungêling sêrat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .25in; text-align: justify; text-indent: -.25in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Manawi paduka maibên, sintên ingkang damêl raga ? Sintên ingkang
paring nama? inggih namung Latawalhujwa, manawi paduka maibên, paduka têtêp
kapir, kapiran seda paduka, botên pitados dhatêng sêratipun Gusti, sarta murtat
dhatêng lêluhur Jawi sadaya, nempel tosan, kajêng sela, dados dhêmit têngga
siti, manawi paduka botên sagêd maos sastra ingkang wontên ing badanipun manusa,
saseda paduka manjalma dhatêng kuwuk, dene manawi sagêd sagêd maos sastra
ingkang wontên ing raga wau, saking tiyang inggih dados tiyang, kasêbut ing
sêrat Anbiya, Kanjêng Nabi Musa kala rumiyin tiyang ingkang pêjah wontên ing
kubur, lajêng tangi malih, gêsangipun gantos roh lapis enggal, gantos makam
enggal. Manawi paduka ngrasuk agami Islam, tiyang Jawi tamtu lajêng Islam
sadaya Manawi kula, wadhag alus-kula sampun kula-cakup lan kula-carub, sampun
jumbuh dados satunggal, inggih nglêbêt inggih jawi, dados kantun sasêdya-kula
kemawon, ngadam utawi wujud sagêd sami sanalika, manawi kula kêpengin badhe
wujud, inggih punika wujud-kula, sêdya ngadam, inggih sagêd ical sami sanalika,
yen sêdya maujud sagêd katingal sanalika. Raga-kawula punika sipating Dewa, badan-kawula
sakojur gadhah nama piyambak-piyambak. Cobi paduka-dumuk: pundi wujudipun
Sabdapalon, sampun kalingan pajar, saking pajaripun ngantos sampun botên
katingal wujudipun Sabdapalon, kantun asma nglimputi badan, botên ênem botên
sêpuh, botên pêjah botên gêsang, gêsangipun nglimputi salêbêting pêjahipun,
dene pêjahipun nglimputi salêbêting gêsangipun, langgêng salaminipun".<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sang Prabu ndangu: "Ana ing ngêndi Pangeran Kang Sajati ?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sabdapalon matur:<span class="apple-converted-space"> </span>"Botên têbih botên cêlak,
paduka wayangipun wujud sipating suksma, dipunanggêp sarira tunggal, budi hawa
badan, tiga-tiga punika tumindakipun; botên pisah, nanging inggih botên kumpul.
Paduka punika sampun Ratu linuhung tamtu botên badhe kêkilapan dhatêng atur-kula
punika"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><i>Sang Prabu ngandika maneh:</i><span class="apple-converted-space"> </span>"<b>Apa kowe ora manut agama ?</b><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sabdapalon ature sêndhu</i></b>: "Manut agami lami,
dhatêng agami enggal botên manut! Kenging punapa paduka gantos agami têka botên
nantun kula, paduka punapa kêkilapan dhatêng nama kula Sabdapalon? Sabda
têgêsipun pamuwus, Palon: pikukuh kandhang. Naya têgêsipun ulat, Genggong: langgêng
botên ewah. Dados wicantên-kula punika, kenging kangge pikêkah ulat pasêmoning
tanah Jawi, langgêng salaminipun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sang Prabu ngandika:</i></b><span class="apple-converted-space"> </span>"Kapriye iki, aku wis kêbacut mlêbu agama Islam, wis
disêkseni Sahid, aku ora kêna bali agama Buddha maneh, aku wirang yen digêguyu
bumi langit<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sabdapalon matur maneh</i></b>: "Inggih sampun, lakar
paduka-lampahi piyambak, kula botên tumut-tumut." Sunan Kalijaga banjur
matur marang Sang Prabu, kang surasane ora prêlu manggalih kang akeh-akeh,
amarga agama Islam iku mulya bangêt, sarta matur yen arêp nyipta banyu kang ana
ing beji, prêlu kanggo tandha yêkti, kapriye mungguh ing gandane. Yen banyu
dicipta bisa ngganda wangi, iku tandha yen Sang Prabu wis mantêp marang agama
Rasul, nanging yen gandane ora wangi, iku anandhakake: yen Sang Prabu isih
panggalih Buddha. Sunan Kalijaga banjur nyipta, padha sanalika banyu sêndhang
banjur dadi wangi gandane, ing kono Sunan kalijaga matur marang Sang Prabu,
kaya kang wis kathandha, yen Sang Prabu nyata wis mantêp marang agama Rasul,
amarga banyu sêndhang gandane wangi. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Bersambung ke Bagian 6 Jejak Brawijaya V/ Sunan Lawu</span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10018071273892975412noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2745027681920185724.post-77153756831543398552012-09-24T06:15:00.001-07:002012-09-24T06:18:58.072-07:00Bagian 6 Jejak Brawijaya V/ Sunan Lawu <br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Ature Sabdapalon marang Sang Prabu</i></b><b>:</b> Punika
kasêkten punapa? kasêktening uyuh kula wingi sontên, dipunpamerakên dhatêng
kula. Manawi kula timbangana nama kapilare, mêngsah uyuh-kula piyambak, ingkang
kula rêbat punika? Paduka sampun kêlajêng kêlorob, karsa dados jawan,
irib-iriban, rêmên manut nunut-nunut, tanpa guna kula êmong, kula wirang
dhatêng bumi langit, wirang momong tiyang cabluk, kula badhe pados momongan
ingkang mripat satunggal, botên rêmên momong paduka. Manawi kula sumêdya
ngêdalakên kaprawiran, toya kula-êntut sêpisan kemawon, sampun dados wangi.
Manawi paduka botên pitados, kang kasêbut ing pikêkah Jawi, nama Manik Maya,
punika kula, ingkang jasa kawah wedang sanginggiling rêdi rêdi Mahmeru punika
sadaya kula, adi Guru namung ngideni kemawon, ing wêkdal samantên tanah Jawi
sitinipun gonjang-ganjing, saking agênging latu ingkang wontên ing ngandhap
siti, rêdi-rêdi sami kula êntuti, pucakipun lajêng anjêmblong, latunipun kathah
ingkang mêdal, mila tanah Jawi lajêng botên goyang, mila rêdi-rêdi ingkang
inggil pucakipun, sami mêdal latunipun sarta lajêng wontên kawahipun, isi
wedang lan toya tawa, punika inggih kula ingkang damêl, sadaya wau atas
karsanipun Latawalhujwa, ingkang damêl bumi lan langit. Punapa cacadipun agami
Buddha, tiyang sagêd matur piyambak dhatêng Ingkang Maha Kuwasa. Paduka yêktos,
manawi sampun santun agami Islam, nilar agami Buddha, turun paduka tamtu apês,
Jawi kantun jawan, Jawinipun ical, rêmên nunut bangsa sanes. Benjing tamtu
dipunprentah dening tiyang Jawi ingkang mangrêti.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Cobi
paduka-yêktosi, benjing: sasi murub botên tanggal, wiji bungkêr botên thukul,
dipuntampik dening Dewa, tinanêma thukul mriyi, namung kangge têdha pêksi,
mriyi punika pantun kados kêtos, amargi paduka ingkang lêpat, rêmên nêmbah
sela. Paduka-yêktosi, benjing tanah Jawa ewah hawanipun, wêwah bênter awis
jawah, suda asilipun siti, kathah tiyang rêmên dora, kêndêl tindak nistha tuwin
rêmên supata, jawah salah masa, damêl bingungipun kanca tani. Wiwit dintên
punika jawahipun sampun suda, amargi kukuminipun manusa anggenipun sami gantos
agami. Benjing yen sampun mrêtobat, sami engêt dhatêng agami Buddha malih, lan
sami purun nêdha woh kawruh, Dewa lajêng paring pangapura, sagêd wangsul kados
jaman Buddha jawahipun".<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sang
Prabu mirêng ature Sabdapalon, ing batos rumaos kaduwung bangêt dene ngrasuk
agama Islam, nilar agama Buddha. Nganti suwe ora ngandika, wasana banjur
ngandika, amratelakake yen ênggone mlêbêt agama Islam iku, amarga kêpencut
ature putri Cêmpa, kang ngaturake yen wong agama Islam iku, jarene besuk yen
mati, antuk swarga kang ngungkuli swargane wong kapir.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sabdapalon matur</i></b><b>,</b> angaturake
lêpiyan, yen wiwit jaman kuna mula, yen wong lanang manut wong wadon, mêsthi
nêmu sangsara, amarga wong wadon iku utamane kanggo wadhah, ora wênang miwiti
karêp, Sabdapalon akeh-akeh ênggone nutuh marang Sang Prabu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sang Prabu ngandika:</i></b> "Kok-tutuha iya tanpa gawe, amarga barang wis
kêbacut, saiki mung kowe kang tak-tari, kapriye kang dadi kêkêncênganing
tekadmu? Yen aku mono ênggonku mlêbu agama Islam, wis disêkseni dening si
Sahid, wis ora bisa bali mênyang Buddha mêneh"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><i>Sabdapalon
matur yen arêp misah</i><b>,
barêng didangu lungane mênyang ngêndi, ature ora lunga, nanging ora manggon ing
kono, mung nêtêpi jênênge Sêmar, nglimputi salire wujud, anglela kalingan
padhang. Sang Prabu diaturi ngyêktosi, ing besuk yen ana wong Jawa ajênêng
tuwa, agêgaman kawruh, iya iku sing diêmong Sabdapalon, wong jawan arêp
diwulang wêruha marang bênêr luput.</b><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">PRALAMPITA
500 TAUN ING TEMBE<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sang
Prabu karsane arêp ngrangkul Sabdapalon lan Nayagenggong, nanging wong loro mau
banjur musna. Sang Prabu ngungun sarta nênggak waspa, wusana banjur ngandika
marang Sunan Kalijaga: "Ing besuk nagara Blambangan salina jênêng nagara
Banyuwangi, dadiya têngêr Sabdapalon ênggone bali marang tanah Jawa anggawa
momongane. Dene samêngko Sabdapalon isih nglimput aneng tanah sabrang".
Sunan Kalijaga banjur didhawuhi nêngêri banyu sêndhang, yen gandane mari wangi,
besuk wong Jawa padha ninggal agama Islam ganti agama Kawruh.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sunan
Kalijaga banjur yasa bumbung loro kang siji diiseni banyu tawa, sijine diiseni
banyu sêndhang. Banyu sêndhang mau kanggo tandha, yen gandane mari wangi, wong
tanah Jawa padha salin agama kawruh. Bumbung sawise diiseni banyu, banjur
disumpêli godhong pandan-sili, sabanjure digawa sakabate loro.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sang
Prabu Brawijaya banjur tindak didherekake Sunan Kalijaga lan sakabate loro.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dina
kaping pisan :<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tindake
kawêngen ana ing dalan, nyare ana ing Sumbêrwaru, esuke bumbunge dibukak,
banyune diambu isih wangi,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dina
kaping pindo :<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Nuli
mbanjurake tindake, wayah surup srêngenge, wis têkan ing Panarukan. Sang Prabu
nyare ana ing kono, ing wayah esuk, banyu ing bumbung diganda isih wangi, Sang
Prabu mbanjurake tindake.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dina
kaping telu :<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Barêng
wis wayah surup srêngenge, têkan ing Bêsuki, Sang Prabu uga nyare ana ing kono,
esuke banyu ing bumbung diganda mundhak wangine,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dina
kaping papat :<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sang
Prabu banjur nêrusake tindake nganti wayah surup srêngenge, têkan ing
Prabalingga, ana ing kono uga nyare sawêngi, esuke banyune ditiliki, banyune
tawa isih enak, nanging munthuk, unthuke gandane arum, nanging mung kari
sathithik, amarga kêrêp diunjuk ana ing dalan, dene banyune sêndhang barêng
ditiliki gandane dadi bangêr, tumuli dibuwang. Sang Prabu banjur ngandika
marang Sunan Kalijaga: "Prabalingga ing besuk jênênge loro, <b>Prabalingga
karo Bangêrwarih,</b> ing kene besuk dadi panggonan kanggo
pakumpulane wong-wong kang padha ngudi kawruh kapintêran lan kabatinan,
Prabalingga têgêse prabawane wong Jawa kalingan prabawane tangga".<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sang Prabu mbanjurake tindake, ing pitung dinane, wis têkan ing
Ampelgadhing.</i></b> Nyai
Agêng Ampelgadhing tumuli mêthukake banjur ngabêkti marang Sang Prabu karo
muwun, sarta akeh-akeh sêsambate.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sang Prabu banjur ngandika</i></b>: "Wis aja nangis êngger, mupusa
yen kabeh mau wis dadi karsane Kang Maha Kuwasa, kudu mangkene. Aku lan kowe
mung sadarma nglakoni, kabeh lêlakon wis ditulis aneng lokhilmakful. Bêgja
cilaka ora kêna disinggahi, nanging wajibe wong urip kudu kêpengin mênyang
ilmu".<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Nyai Agêng Ampel banjur matur marang Sang Prabu</i></b><b>,</b> ngaturake
patrape ingkang wayah Prabu Jimbun, kaya kang wis kasêbut ing ngarêp. Sang
Prabu banjur dhawuh nimbali Prabu Jimbun. Nyai Ampel nuli utusan mênyang Dêmak
nggawa layang, satêkane ing Dêmak, layang wis katur marang Sang Prabu Jimbun,
ora antara suwe Prabu Jimbun budhal sowan mênyang Ampel.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kacarita
putra Nata ing Majapahit, kang aran Raden Bondhan Kajawan ing Tarub, mirêng
pawarta yen nagara Majapahit dibêdhah Adipati Dêmak, malah Sang Prabu lolos
saka jroning pura, ora karuhan mênyang ngêndi tindake, rumasa ora kapenak
panggalihe, banjur tindak marang Majapahit, tindake <b>Raden Bondhan
Kajawan</b> namur kula, nungsung warta ing ngêndi dununge ingkang rama,
satêkane Surabaya, mirêng warta yen ingkang rama Sang Prabu têdhak ing Ampel,
nanging banjur gêrah, Raden Bondhan Kajawan nuli sowan ngabêkti.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sang Prabu ndangu</i></b><b>:</b> "Sing
ngabêkti iki sapa ?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Raden
Bondhan Kajawan matur yen panjênêngane kang ngabêkti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sang Prabu banjur ngrangkul ingkang putra</i></b>, gêrahe Sang Prabu sangsaya mbatêk,
ngrumaosi yen wis arêp kondur marang jaman kalanggêngan, pangandikane marang
Sunan Kalijaga mangkene: Sahid, nyêdhaka mrene, aku wis arêp mulih marang jaman
kalanggêngan, kowe gaweya layang mênyang <b>Pêngging lan Pranaraga</b>,
mêngko tak-wenehane tandha asta, wis padha narima <b>rusake
Majalêngka</b>, aja padha ngrêbut kapraboningsun, kabeh mau wis karsane Kang
Maha Suci, aja padha pêrang, mundhak gawe rudahing jagad, balik padha ngemana
rusaking wadya-bala, sebaa marang Dêmak, sapungkurku sing padha rukun, sapa sing
miwiti ala, tak-suwun marang Kang maha Kuwasa, yudane apêsa."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sunan Kalijaga banjur nyêrat</i></b>, sawise rampung banjur ditapak-astani
dening sang Prabu, sabanjure diparingake marang Pêngging lan Pranaraga.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sang
Prabu banjur ngandika: "Sahid, sapungkurku kowe sing bisa momong marang
anak putuku, aku titip bocah iki, saturun-turune êmongên, manawa ana bêgjane,
besuk bocah iki kang bisa nurunake lajêre tanah Jawa, lan maneh wêkasku marang
kowe, yen aku wis kondur marang jaman kalanggêngan, sarekna ing Majapahit
sa-lor-wetane sagaran, <b><i><u>dene pasareyaningsun bakal sun-paringi
jênêng Sastrawulan</u></i>,</b> lan suwurna kang sumare ana ing kono yayi
Raja Putri Cêmpa, lan maneh wêlingku, besuk anak-putuku aja nganti entuk liya
bangsa, aja gawe senapati pêrang wong kang seje bangsa."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sunan Kalijaga sawise dipangandikani banjur matur</i></b><b>:</b> "Punapa
Sang Prabu botên paring idi dhatêng ingkang putra Prabu Jimbun jumênêngipun
Nata wontên ing tanah Jawi?"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Sang Prabu ngandika</i></b><b>:</b> "Sun-paringi
idin, nanging mung mandhêg têlung turunan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sunan
Kalijaga nyuwun sumurup mungguh têgêse araning bakal pasareyane Sang Prabu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sang
Prabu ngandika: "Sastra têgêse tulis, Wulan têgêse damaring jagad, tulise
kuburku mung kaya gêbyaring wulan, yen isih ana gêbyaring wulan, ing têmbe
buri, wong Jawa padha wêruh yen sedaku wis ngrasuk agama Islam, mula
tak-suwurake Putri Cêmpa, amarga aku wis diwadonake si Patah, sarta wis ora
dianggêp priya, nganti kaya mangkene siya-siyane marang aku, mulane ênggonku
mangêni madêge Ratu mung têlung turunan, amarga si Patah iku <b>wiji têlu,
Jawa, Cina lan raksasa</b>, mula kolu marang bapa sarta rusuh tindake, mula
wêkasku, anak-putuku aja entuk seje bangsa, amarga sajroning sihsinihan di seje
bangsa mau nganggo ngobahake agamane, bisaa ngapêsake urip, mula aku paring
piwêling aja gawe senapati pêrang wong kang seje jinis, mundhak ngenthengake
Gustine, ing sajroning mangun yuda, banjur mangro tingal, wis Sahid, kabeh
pitungkasku, tulisên."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sang
Prabu sawise paring pangandika mangkono, astane banjur sidhakêp, têrus seda,
layone banjur disarekake ana ing astana Sastrawulan ing Majapahit, katêlah
nganti saprene kocape kang sumare ana ing kono iku Sang Putri Cêmpa, dene
mungguh satêmêne Putri Cêmpa iku sedane ana ing Tuban, <b>dununing
pasareyan ana ing Karang Kumuning.</b><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Barêng
wis têlung dina saka sedane Sang Prabu Brawijaya, kacarita Sultan Bintara lagi
rawuh ing Ampelgadhing sarta kapanggih Nyai Agêng.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><i>Nyai
Agêng ngandika</i>: "<b>Wis bêgjane
Prabu Jimbun ora nungkuli sedane ingkang rama, dadi ora bisa ngabêkti sarta
nyuwun idi ênggone jumênêng Nata, sarta nyuwun pangapura kabeh kaluputane kang
wis kêlakon".</b><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Prabu Jimbun ature marang Nyai Agêng</i></b>, iya mung mupus pêpêsthen, barang wis
kêbacut iya mung kudu dilakoni.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b>Sunan
Kalijaga uga waskitha ing gaib yen sinêmonan dening Kang Maha Kuwasa</b>,<i> mula uga bangêt panalangsane sarta
ngrumaosi kaluputane, mula banjur mangagêm sarwa wulung, beda karo para Wali
liyane isih padha manganggo sarwa putih. Kabeh mau ora padha
ngrumasani kaluputane, mung Sunan Kalijaga piyambak rumaos yen kadukan
dening Kang Maha Kuwasa, mula bangêt mrêtobate, wasana banjur pinaringan
pangapura dening Allah, sinêmonan wiwit anane orong-orong githoke tumêka ing
punuk disêsêli tataling kayu jati, mungguh karêpe: punukmu panakna, sajatining
'ilmu iku ora susah maguru marang wong 'Arab, 'ilmuning Gusti Allah wis ana ing
githokmu dhewe-dhewe,wujude puji thok, nanging dudu puji jatining kawruh, kang
ngawruhi sajatining urip, urip dadi wayangan Dzating Pangeran, manusa bisa apa,
mobah mosik mung sadarma nglakoni, budi kang ngobahake, sabda iku mêtu saka ing
karêp, karêp mêtu saka ing budi, budi iku Dzate Kang Maha Agung, agung iku wis
samêkta, tanpa kurang tan wuwuh, tanpa luwih sarta ora arah ora ênggon.</i><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><i>Kiyai
Kalamwadi ngandika:</i> "Yen
manusa arêp wêruh sastrane Gusti Allah, tulisan mau ora kêna ditonton nganggo
mripat lair - kudu ditonton nganggo mripat batin. Yen mangkono iya bisa katon,
Gusti Allah iku mung sawiji, nanging Dzate nyarambahi sakabehing wujud Yen
ndêlêng kudu nganggo ati kang bêning, ora kêna kacampuran pikiran kang
warna-warna, sarta kudu kang mêlêng ênggone mawas, supaya ora bisa kliru karo
kanyatane"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b>Kiyai
Kalamwadi lênggah diadhêp garwane aran Endhang Prêjiwati</b>. Darmagandhul sarta para cantrik iya padha
marak. Kiyai Kalamwadi paring piwulang marang garwane, dadi nêtêpi jênênge priya
kudu mulang muruk marang rabine. Dene kang diwulangake, bab kawruh kasunyatan
sarta kawruh kang kanggo yen wis tumêka ing pati, ing wong sêsomahan iku. Kang
wadon diupamakake omah, sanadyan kahanane wis sarwa bêcik. Nanging sabên dinane
isih kudu dipiyara lan didandani. Saka pangandikane Kiayi Kalamwadi, wong iku
yen dipitakoni, satêmêne ragane wis bisa mangsuli, sabab ing kono wis ana
pangandikane Gusti Allah paring piwulang, nanging ora mêtu ing lesan, mung
paring sasmita kang wis ditulis ana saranduning badan sakojur.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Pangandikane kiyai Kalamwadi: "Sarehne aku iku wong
cubluk, dadi ora bisa aweh piwulang kang endah, aku mung arêp pitakon marang
ragamu, amarga ragamu iku wis bisa sumaur dhewe".</i></b><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Banjure pangandika kiyai Kalamwadi kaya ing ngisor iki</i></b>. Tanganmu kiwa iku wis anggawa têgês dhewe,
lan wis dadi piwulang kang bêcik lan nyata, kang anuduhake yen ragamu iku
wujude kiwa, mung hawa kang katon. Têmbung ki: iku têgêse iki, wa: têgêse
wêwadhah, ragamu iku diibaratake prau, prau dadi 'ibarate wong wadon, wong
têgêse ngêlowong, wadon têgêse mung dadi wadhah, dene isine mung têlung
prakara, iya iku: "kar-ri-cis". Yen prau wis isi têlung prakara iku,
wong wadon wis kêcukup butuhe, dadi ora goreh atine. Dene têgêse kar-ri-cis iku
mangkene.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">1.
Kar, têgêse dakar, iya iku yen wong lanang wis bisa nêtêpi lanange, mêsthi wong
wadon atine marêm, wusanane dadi nêmu slamêt ênggone jêjêdhowan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">2.
Ri, têgêse pari, iya iku kang minangka pangane wong wadon, yen wong lanang wis
bisa nyukupi pangane, mêsthi wong wadon bisa têntrêm ora goreh.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">3.
Cis, têgêse picis, utawa dhuwit, ya iku yen wong lanang wis bisa aweh dhuwit
kang nyukupi, mêsthi wong wadon bisa têntrêm, tak baleni maneh, cis têgêse bisa
goreh atine.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kosok
baline yen wong lanang ora bisa aweh momotan têlung prakara mau, wong wadon
bisa goreh atine. Tangan têngên têgêse etungên panggawemu, sabên dina sudiya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">sanggup
dadi kongkonan, wong wadon wis dadi wajibe ngrewangi kang lanang anggone golek
sandhang pangan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Bau
têgêse kanthi, gênahe wong wadon iku dadi kanthine wong lanang, tumrap
nindakake samubarang kang prêlu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sikut
têgêse singkurên sakehing panggawe kang luput. Ugêl-ugêl têgêse sanadyan tukar
padu, nanging yen isih padha trêsnane iya ora bisa pêdhot. Epek-epek têgêse
ngêpek-ngêpek jênênge kang lanang, awit wong wadon iku yen wis laki, jênênge
banjur melu jênênge kang lanang. Iya iku kang diarani warangka manjing curiga,
warangkane wanita, curigane jênênge wong lanang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Rajah
(ing epek-epek) têgêse wong wadon iku panganggêpe marang guru-lakine dikaya
dene panganggêpe marang raja.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Driji
têgêse drêjêg utawa pagêr, iya iku idêrana jiwamu nganggo pagêr kautaman,
wanita iku kudu andarbeni ambêk kang utama, dene driji kabeh mau ana têgêse
dhewe-dhewe.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Jêmpol
têgêse êmpol, yen wanita dikarsakake dening priyane, iku kang gampang gêtas
rênyah kaya dene êmpoling klapa.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Driji
panuduh têgêse wanita nglakonana apa sapituduhe kang priya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Driji
panunggul, têgêse wanita wajib ngunggulake marang priyane, supaya nyupangati
bêcik.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Driji
manis, têgêse wanita kudu duwe pasêmon utawa polatan kang manis, wicarane kudu
kang manis lan prasaja.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Jênthik,
têgêse wong wadon iku panguwasane mung sapara limane wong lanang, mula kudu
sêtya tuhu marang priyane.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kuku
têgêse ênggone rumêksa marang wadi, paribasane aja nganti kêndho tapihe.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Mungguh
pikikuhe wong jêjodhowan iku, wanita kudu sêtya marang lakine sarta nglakoni
patang prakara, iya iku: pawon, paturon, pangrêksa, apa dene kudu nyingkiri
padudon.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Wong
jêjodhowan yen wis nêtêpi kaya piwulang iki, mêsthi bisa slamêt sarta akeh
têntrême.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b>Bersambung Bagian 7 - Jejak Brawijaya V/ Sunan Lawu </b><o:p></o:p></span></div>
<!--EndFragment--><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<br />Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10018071273892975412noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2745027681920185724.post-19758500843855329962012-09-24T05:47:00.001-07:002012-09-24T06:17:56.793-07:00Bagian 7 Jejak Brawijaya V/ Sunan Lawu <div style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><br /></span>
<br />
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b>Bagian
7 - Jejak Brawijaya V/ Sunan Lawu </b><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: start;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Kiyai
Kalamwadi banjur paring pangandika maneh,</i></b> dene kang
dipangandikakake bab pikukuhe wong jêjodhowan. Saka pangandikane kiyai
Kalamwadi, wong jêjodhowan iku pikukuhe kudu duwe ati eling, aja nganti
tumindak kang ora bênêr. Mungguh pikukuhe wong laki-rabi iku, dudu dunya lan
dudu rupa, pikukuhe mung ati eling. Wong jêjodhowan, yen gampang luwih gampang,
nanging yen angel, angele ngluwihi. Wong jêjodhowan itu luput pisan kêna pisan,
yen wis luput, ora kêna tinambak ing rajabrana lan rupa. Wanita kudu tansah
eling yen winêngku ing priya, yen nganti ora eling, lupute banjur
ngambra-ambra, amargi yen wanita nganti cidra, iku ugi ngilangake Pangerane
wong jêjodhowan, dene kang diarani cidra iku ora mung jina bae, nanging
samubarang kang ora prasaja iya diarani cidra, mula wanita kudu prasaja lair
batine, amarga yen ora mangkono bakal nandhang dosa rong prakara, kang sapisan
dosa marang kang lanang, kapindhone dosa marang Gusti Allah, kang mangkono iku
mêsthi ora bisa nêmu lêlakon kang kapenak. Mula ati, kudu tansah eling, amarga
tumindaking badan mung manut karêping ati, awit ati iku dadi ratuning badan.
Wong jêjodhowan di'ibaratake prau kang gêdhe, lakuning prau manut satang lan
kêmudhine, sanadyan satange bênêr, yen kêmudhine salah, prau ora bêcik lakune.
Wong lanang iku lakuning satang, dene kang wadon ngêmudheni, sanadyan bêcik
ênggone ngêmudheni, nanging yen kang nyatang ora bênêr, lakune prau iya ora
bisa jêjêg, sarta bisa têkan kang disêdya, amarga kang padha nglakokake padha
karêpe, dadi têgêse, wong jêjodhowan, kudu padha karêpe, mula kudu rukun, rukun
iku gawe karaharjan sarta mahanani katêntrêman, ora ngêmungake wong jêjodhowan
kang rukun bae, kang oleh katêntrêmaning ati, sanadyan tangga têparone iya melu
têntrêm, mula wong rukun iku bêcik bangêt.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kowe
tak-pituturi, mungguh dalane kamulyan iku ana patang prakara:<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-indent: -9pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">1.
Mulya saka jênêng.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-indent: -9pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">2.
Mulya saka bandha.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-indent: -9pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">3.
Mulya saka sugih 'ilmu.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-indent: -9pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">4.
Mulya saka kawignyan.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kang
diarani mulya saka jênêng, iku wong kang utama, bisa oleh kabêgjan kang gêdhe,
nanging kabêgjane mau ora mung kanggo awake dhewe, kapenake uga kanggo wong
akeh liyane. Dene kang mulya saka ing bandha, lan mulya saka ênggone sugih
'ilmu, lan mulya saka kapintêran, iku ana ngêndi bae, iya akeh rêgane.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Mungguh
dalane kasangsaran uga ana patang prakara:<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-indent: -9pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">1.
Rusaking ati, manusa iku yen pikire rusak, ragane mêsthi iya melu rusak.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">2.
Rusaking raga, iya iku wong lara.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">3.
Rusaking jênêng, iya iku wong mlarat.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">4.
Rusaking budi, iya iku wong bodho, cupêt budine, wong bodho lumrahe gampang
nêpsune.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kang
diarani tampa kanugrahing Gusti Allah, iya iku wong kang sêgêr kawarasan sarta
kacukupan, apa dene têntrêm atine.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Wong
urip kang kêpengin bisaa dadi wong utama, duweya jênêng kang bêcik, kanggo
têtuladhan marang wong kang padha ditinggal ing têmbene".<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Ki
Darmagandhul matur lang nyuwun ditêrangake bab anane wong ing jaman kuna karo
wong ing jaman saiki</i></b><i>,</i> iku satêmêne
pintêr kang êndi, amarga wong akeh panêmune warna-warna tumrape bab iku.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pangandikane
kiyai Kalamwadi: "Wong kuna lan wong saiki, iku satêmêne iya padha
pintêre, mung bae tumrape wong ing jaman kuna, akeh kang durung bisa mujudake
kapintêrane, mula katone banjur kaya dene ora pintêr. Ana dene wong ing jaman
saiki ênggone katon luwih pintêr iku amarga bisa mujudake kapintêrane. Wong ing
jaman kuna kapintêrane iya wis akeh, dene kang mujudake iya iku wong ing jaman
saiki. Saupama ora ana kapintêrane wong ing jaman kuna, mêsthi bae tumrape wong
ing jaman saiki ora ana kang kanggo têtuladhan, amarga kahanan saiki iya akeh
kang nganggo kupiya kahanan ing jaman kuna. Wong ing jaman saiki ngowahi
kahanan kang wis ana, êndi kang kurang bêcik banjur dibêcikake. Wong ing jaman
saiki ora ana kang bisa nganggit sastra, yen manusa iku rumasa pintêr, iku
têgêse ora rumasa yen kawula, mangka uripe manusa mung sadarma nglakoni, mung
sadarma nganggo raga, dene mobah mosik, wis ana kang murba. Yen kowe arêp wêruh
wong kang pintêr têmênan, dununge ana wong wadon kang nutu sabên dina, tampahe
diiseni gabah banjur diubêngake sadhela, gabah kang ana kabur kabeh, sawise,
banjur dadi beda-beda, awujud bêras mênir sarta gabah, nuli mung kari ngupuki
bae, sabanjure dipilah-pilah. Têgêse: bêras yen arêp diolah kudu dirêsiki
dhisik, miturut kaya karêpe kang arêp olah-olah. Yen kowe bisa mangreh marang
manusa, kaya dene wong wadon kang nutu mau, ênggone nyilah-nyilahake bêras
aneng tampah, kowe pancen wong linuwih, nanging kang mangkono mau dudu
kawadjibanmu, awit iku dadi kawajibane para Raja, kang misesa marang kawulane.
Dene kowe, mung wajib mangrêti tataning praja supaya uripmu aja kongsi dikul
dening sapadhaning manusa, uripmu dadi bisa slamêt, kowe bakal dadi têtuwa,
kêna kanggo pitakonan tumraping para mudha bab pratikêle wong ngawula ing
praja. <b><i>Mula wêlingku marang kowe, kowe aja pisan- pisan ngaku
pintêr, amarga kang mangkono mau dudu wajibing manusa, yen ngrumasani pintêr,
mundhak kêsiku marang Kang Maha Kuwasa, kaelokane Gusti Allah, ora kêna ginayuh
ing manusa, ngrumasanana yen wong urip iku mung sadarma, ana wong pintêr isih
kalah pintêr karo wong pintêr liyane</i></b>, utawa uga ana wong pintêr bisa
kasoran karo wong kompra, bodho pintêring manusa iku saka karsane Kang Maha
Kuwasa, manusa anduweni apa, bisane apa, mung digadhuhi sadhela dening Kang
Maha Kuwasa, yen wis dipundhut, kabeh mau bisa ilang sanalika, saka
kalangkungane Gusti Allah, yen kabeh mau kapundhut banjur diparingake marang
wong kompra, wong kompra banjur duwe kaluwihan kang ngungkuli kaluwihane wong
pintêr. Mula wêlingku marang kowe, ngupayaa kawruh kang nyata, iya iku kawruh
kang gandheng karo kamuksan".<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Ki
Darmagandhul banjur matur maneh,</i></b> nyuwun têrange bab tilase kraton
Kêdhiri, iya iku kratone Sang Prabu Jayabaya. Kiyai Kalamwadi ngandika: “Sang
Prabu Jayabaya ora jumênêng ana ing Kêdhiri, dene kratone ana ing Daha, <b>kaprênah
sawetane kali Brantas</b>. Dene yen Kêdhiri prênahe ana sakuloning kali Brantas
lan sawetaning gunung Wilis, ana ing desa Klotok, ing kono iku ana bata putih,<b> iya
iku patilasane Sri Pujaningrat</b>. Dene yen patilasane Sri Jayabaya ika ana
ing daha, saikine jênênge desa Mênang, patilasane kadhaton wis ora katon,
amarga kurugan ing lêmah lahar saka gunung Kêlut, patilasan-patilasan mau wis
ilang kabeh, pasanggrahan Wanacatur lan <b>taman Bagendhawati</b> uga
wis sirna, dene pasanggrahan Sabda, <b>kadhatone Ratu Pagêdhongan</b> uga
wis sirna. <b>Kang isih mung rêca yasane Sri Jayabaya, iya iku candhi
Prudhung, Têgalwangi</b>, prênahe ing sa-lor-wetane desa Mênang, lan rêca buta
wadon, iya iku rêca kang diputung tangane dening Sunan Benang nalika lêlana
mênyang Kêdhiri, rêca mau lungguhe madhêp mangulon, ana maneh rêca jaran awak
siji êndhase loro, panggonane ana ing desa Bogêm, wêwêngkon dhistrik Sukarêja,
mula Sri Jayabaya yasa rêca, mangkene caritane, (kaya kang kapratelakake ing
ngisor ini)”.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ing
Lodhaya ana buta wadon ngunggah-unggahi Sang Prabu Jayabaya, nanging durung
nganti katur ing ngarsa Prabu, buta wadon wis dirampog dening wadya
cilik-cilik, buta wadon banjur ambruk, nanging durung mati, barêng ditakoni,
lagi waleh yen sumêdya ngunggah-unggahi Sang Prabu. Sang Prabu banjur mriksani
putri buta mau, barêng didangu iya matur kang dadi sêdyane. Sang Prabu banjur
paring pangandika mangkene: “Buta! andadekna sumurupmu, karsaning Dewa Kang
Linuwih, aku iku dudu jodhomu, kowe dak-tuturi, besuk sapungkurku, kulon kene
bakal ana Ratu, nagarane ing Prambanan, iku kang pinasthi dadi jodhomu, nanging
kowe aja wujud mangkono, <b>wujuda manusa, aran Rara Jonggrang”.</b><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sawise
dipangandikani mangkono, putri buta banjur mati. Sang Prabu banjur paring
pangandika marang para wadya, supaya desa ing ngêndi papan matine putri buta
mau dijênêngake <b>desa Gumuruh</b>. (11) Ora antara suwe Sri Jayabaya
banjur jasa rêca ana ing <b>desa Bogêm</b>. Rêca mau wujud jaran lagaran
awak siji êndhase loro, kiwa têngên dilareni. Patihe Sang Prabu kang aran Buta
Locaya sarta Senapatine kang aran Tunggulwulung padha matur marang sang Prabu,
kang surasane nyuwun mitêrang kang dadi karsa-Nata, ênggone Sang Prabu yasa
rêca mangkono mau, apa mungguh kang dadi karsane. Sang Prabu banjur paring
pangandika, yen ênggone yasa rêca kang mangkono itu prêlu kanggo pasêmon ing
besuk, sapa kang wêruh marang wujude rêca iku mêsthi banjur padha mangrêti kang
dadi tekade wong wadon ing jaman besuk, yen wis jaman Nusa Srênggi. <b>Bogêm
têgêse wadhah bangsa rêtna-rêtna kang adi</b>, <b>têgêse wanita iku bangsa
wadhah kang winadi</b>. Laren (12) kang ngubêngi jaran têgêse iya sêngkêran.
Dene jaran sêngkêran iya iku ngibaratake wong wadon kang disêngkêr.<b> Sirah
loro iku dadi pasêmone wong wadon ing jaman besuk, kang akeh padha mangro
tingal</b>, sanadyan ora kurang ing panjagane, iya bisa cidra, lagaran, iku
têgêse tunggangan kang tanpa piranti. Ing jaman besuk, kang kêlumrah wong arêp
laki-rabi, ora nganggo idine wong tuwane, margane saka lagaran dhisik, yen wis
mathuk pikire, iya sida diêpek rabi, nanging yen ora cocog, iya ora sida
laki-rabi.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sang
Prabu ênggone yasa candhi, prêlu kanggo nyêdhiyani yen ana wadyabala kang mati
banjur diobong ana ing kono, supaya bisa sirna mulih marang alam sêpi. Yen
pinuju ngobong mayit, Sang Prabu uga karsa rawuh ngurmati.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kang
mangkono iku wis dadi adate para raja ing jaman kuna. Mula kang dadi panyuwunku
marang Dewa, muga Sang Prabu karsa yasa candhi kanggo pangobongan mayit, <b>kaya
adate Raja ing jaman kuna, amarga aku iki anak dhalang, aja suwe-suwe kaya
mêmêdi, duwe rupa tanpa nyawa, bisaa mulih marang asale</b>.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Samuksane
Sang Prabu Jayabaya, Patih Buta Locaya sarta Senapati Tunggulwulung, apa dene
putrane Sang Prabu kang kêkasih Ni Mas Ratu Pagêdhongan, kabeh banjur padha
andherek muksa.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b>Buta
Locaya banjur dadi ratuning dhêdhêmit ing Kêdhiri. Tunggulwulung ana ing gunung
Kêlut, dene Ni Mas Ratu Pagêdhongan banjur dadi ratuning dhêdhêmit ana ing
sagara kidul, asmane ratu Anginangin.</b><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ana
kêkasihe Sang Prabu Jayabaya<b>, jênênge Kramatruna</b>, nalika Sri Jayabaya
durung muksa, Kramatruna didhawuhi ana ing <b>sêndhang Kalasan</b>. Sawise
têlung atus taun, putrane Ratu ing Prambanan, kêkasih Lêmumbardadu iya Sang
Pujaningrat, jumênêng Nata ana ing Kêdhiri, kadhatone ana sakuloning bangawan
(3),<b> kêdhi têgêse wong wadon kang ora anggarap sari, dene dhiri iku
têgêse anggêp, kang paring jênêng iku Rêtna Dewi Kilisuci</b>, dicocogake karo
adate Sang Rêtna piyambak, amarga Sang Rêtna Dewi Kilisuci iku wadat, sarta ora
anggarap sari. <b>Dewi Kilisuci nyawabi nagarane, aja akeh gêtihe wong
kang mêtu. Mula Kêdhiri iku diarani nagara wadon, yen nglurug pêrang akeh
mênange, nanging yen dilurugi apês. Kang kêlumrah pambêkane wanita ing Kêdhiri
iku gêdhe atine</b>, amarga kasawaban pambêkane Sang Rêtna Dewi Kilisuci. <b>Dene
Rêtna Dewi Kilisuci</b> iku sadhereke <b>sêpuh Nata ing Jênggala</b>.
Sang Rêtna mau tapa ana ing <b>guwa Selamangleng, sukune gunung Wilis.</b><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">WUWUHAN
KATÊRANGAN.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><i>Kanjeng
Susuhunan Ampeldênta pêputra ratu Fatimah</i></b><i>,</i> patutan
saka Nyai Agêng Bela. Ratu Fatimah krama oleh pangeran Ibrahim, ing Karang Kumuning
Satilare Pangeran Karang Kumuning. Ratu Fatimah banjur tapa ana ing manyura,
karo Pangeran Ibrahim Ratu Fatimah pêputra putri nama Nyai Agêng Malaka,
katêmokake Raden Patah.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b>Raden
Patah (Raden Praba</b>), putrane Prabu Brawijaya patutan saka
putri Cêmpa kang katarimakake marang Arya Damar Adipati ing Palembang, barêng
Raden Patah wis jumênêng Nata, jêjuluk Sultan Syah ‘Alam Akbar Siru’llah
Kalifatu’lRasul Amiri’lMu’minin Rajudi’l’Abdu’l Hamid Kak, iya Sultan Adi Surya
‘Alam ing Bintara (Dêmak).<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-indent: -0.25in;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Putri
Cêmpa nama <b>Aranawanti</b> <b>(Ratu Êmas)</b> kagarwa Prabu
Brawijaya, pêputra têlu:<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-indent: -0.25in;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">1. Putri
nama <b>Rêtna Pambayun</b>, katrimakake marang Adipati Andayaningrat ing
Pêngging, nalika jaman pambalelane nagara Bali marang Majapahit.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-indent: -0.25in;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">2. <b>Isih
timur</b> rêmên marang laku tapa, nama Raden Gugur, barêng muksa kasêbut
nama <b>Sunan Lawu.</b><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Panênggak
Putri Cêmpa nama Pismanhawanti kagarwa putrane Jumadil Kubra I, patutan saka
ibu Sitti <b>Fatimah Kamarumi</b>, isih têdhake Kangjêng Nabi Mukammad,
asma <b>Maulana Ibrahim</b>, dêdalêm ana ing Jeddah, banjur pindhah ing
Cêmpa, dadi Imam ana ing Asmara tanah ing Cêmpa, banjur kasêbut nama <b>Maulana
Ibrahim Asmara</b>, iku kang pêputra <b>Susuhunan Ampeldênta Surabaya</b>.
Dene putra Cêmpa kang waruju kakung, nama Awastidab, wus manjing Islam,
nyakabat marang maulana Ibrahim, jumênêng Raja Pandhita ing Cêmpa anggênteni
ingkang rama, pêputra siji kakung kêkasih Raden Rachmat. Kang ibu putri Cêmpa
(garwa Maulana Ibrahim), pêputra Sayid ‘Ali Rachmat, ngêjawa nama Susuhunan
Katib ing Surabaya, dêdalêm ing Ampeldênta, kasêbut Susuhunan Ampeldênta. Cêmpa
iku kutha karajan ing India buri (Indo china). Sawetara iku Sayid Kramat kang
kasêbut ing buku iki pêparabe Susuhunan ing Bonang utawi Sunan Benang.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><strong>KATRANGAN</strong><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">1. Kulon
kutha Majakêrta lêt +/- 10 km.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">2. Pêlabuhane
saiki aran: “Haipong”.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">3. Lor
Stasiyun: Surabayakota “Sêmut”.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">4. Benang
= Bonang ing Karêsidhenan Rêmbang.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">5. Tarik.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">6. Kulon
kutha Kêdhiri.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">7. Akire
Mênang didêgi pabrik gula arane iya pabrik Mênang,<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">8. stasiyun
ing Gurah antarane Kêdhiri – Pare +/- 7 km. saka Kêdhiri.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">9. Kidul
Majaagung lêt +/- 15-16 km. Saiki dicêluk desa Ngrimb.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">10. Ing
sacêlakipun pabrik Mênang, wontên dhusun nama Guruh.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">11. mbok
manawi ewah-ewahan saking Gumêrah-Gumuruh.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">12. Gurah
= gusah.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">13. ngrêsiki
gorokan.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">14. Laren
= kalenan.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">15. Bangawan
= Brantas.<o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sepeninggal
Raden Patah alias Jin Bun tahun 1518, Demak dipimpin putranya yang
bernama Pangeran Sabrang Lor sampai tahun 1521. Selanjutnya yang
naik takhta adalah Sultan Trenggana adik Pangeran Sabrang Lor.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Menurut
kronik Cina, pergantian takhta ini dimanfaatkan oleh Pa-bu-ta-la untuk kembali
bekerja sama dengan Portugis. Perang antara Majapahit dan Demak pun meletus
kembali. Perang terjadi tahun 1524. Pasukan Demak dipimpin oleh Sunan
Ngudung anggota Wali Sanga yang juga menjadi imam Masjid Demak.
Dalam pertempuran ini Sunan Ngudung tewas di tangan Raden Kusen, adik tiri
Raden Patah yang memihak Majapahit.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Perang
terakhir terjadi tahun 1527. Pasukan Demak dipimpin Sunan Kudus putra
Sunan Ngudung, yang juga menggantikan kedudukan ayahnya dalam dewan Wali Sanga
dan sebagai imam Masjid Demak. Dalam perang ini Majapahit mengalami kekalahan.
Raden Kusen adipati Terung ditawan secara terhormat, mengingat ia juga mertua
Sunan Kudus.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Menurut
kronik Cina, dalam perang tahun 1527 tersebut yang menjadi pemimpin pasukan
Demak adalah putra Tung-ka-lo (ejaan Cina untuk Sultan Trenggana),
yang bernama Toh A Bo.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dari
berita di atas diketahui adanya dua tokoh muslim yang memihak Majapahit, yaitu
Pate Vira dan Raden Kusen. Nama Vira mungkin ejaan Portugis untuk Wira.
Sedangkan Raden Kusen adalah putra Arya Damar. Ibunya juga menjadi ibu
Raden Patah. Dengan kata lain, Raden Kusen adalah paman Sultan Trenggana raja
Demak saat itu.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Raden
Kusen pernah belajar agama Islam pada Sunan Ampel, pemuka Wali
Sanga. Dalam perang di atas, ia justru memihak Majapahit. Berita ini
membuktikan kalau perang antara Demak melawan Majapahit bukanlah perang antara
agama Islam melawan Hindu sebagaimana yang sering
dibayangkan orang, melainkan perang yang dilandasi kepentingan politik antara
Sultan Trenggana melawan Dyah Ranawijaya demi memperebutkan kekuasaan
atas pulau Jawa.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Menurut
kronik Cina, Pa-bu-ta-la meninggal dunia tahun 1527 sebelum pasukan Demak
merebut istana. Peristiwa kekalahan Girindrawardhana Dyah Ranawijaya ini
menandai berakhirnya riwayat Kerajaan Majapahit. Para pengikutnya yang menolak
kekuasaan Demak memilih pindah ke pulau Bali.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Majapahit
telah menjadi sumber inspirasi kejayaan masa lalu bagi bangsa Indonesia pada
abad-abad berikutnya. Kesultanan-kesultanan Islam Demak, Pajang,
dan Mataram berusaha mendapatkan legitimasi atas kekuasaan mereka
melalui hubungan ke Majapahit. Demak menyatakan legitimasi keturunannya
melalui Kertabhumi; pendirinya, Raden Patah, menurut babad-babad
keraton Demak dinyatakan sebagai anak Kertabhumi dan seorang <i>Putri Cina</i>,
yang dikirim ke luar istana sebelum ia melahirkan. Penaklukan Mataram
atas Wirasaba tahun 1615 yang dipimpin langsung oleh Sultan
Agung sendiri memiliki arti penting karena merupakan lokasi ibukota
Majapahit. Keraton-keraton Jawa Tengah memiliki tradisi dan silsilah yang
berusaha membuktikan hubungan para rajanya dengan keluarga kerajaan Majapahit —
sering kali dalam bentuk makam leluhur, yang di Jawa merupakan <i>bukti</i> penting
— dan legitimasi dianggap meningkat melalui hubungan tersebut. Bali secara
khusus mendapat pengaruh besar dari Majapahit, dan masyarakat Bali menganggap
diri mereka penerus sejati kebudayaan Majapahit.<sup> </sup><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
</div>
<div style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tamat</span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10018071273892975412noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2745027681920185724.post-40512844435169219222012-09-24T05:29:00.001-07:002012-09-24T05:29:21.891-07:00D. Asal usul Bondan Kejawen atau Lembu Peteng<br />
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Dalam kisah Lembu peteng atau bondan kejawen tidak luput dari nama nama berikut ini yaitu Nyai Wandan sari atau putri wiring kuning, Nona Telangkas dan joko tarub atau kiageng tarub.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-indent: -0.5in;">
<b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">a.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal;"> </span></span></b><b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">NYAI WANDAN SARI/ PUTRI WIRING KUNING<o:p></o:p></span></b></div>
<h6 style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVpWsF_WVdULlYljB7enWqP1ODvdD5SDW5mXfQJM1hKY4sp7cBYpQEB6KfNh2wfUNnp11t-_ewozCXJEVmFGekgfcWXv7bfZUkbX4QhILoyk1lyn2ze6B10kYhKNTUxGYfLJUiesAo6Q/s1600/prapen.psd.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVpWsF_WVdULlYljB7enWqP1ODvdD5SDW5mXfQJM1hKY4sp7cBYpQEB6KfNh2wfUNnp11t-_ewozCXJEVmFGekgfcWXv7bfZUkbX4QhILoyk1lyn2ze6B10kYhKNTUxGYfLJUiesAo6Q/s320/prapen.psd.jpg" width="210" /></a><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 16pt;">D</span><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt; font-weight: normal;">isaat itu di Kerajaan Majaphit yang diperintah Prabu Browijoyo kelima ditinggal wafat istrinya, sehingga Prabu Browijoyo sakit dan tidak mau menduduki kursi kerajaan, dan setiap malam kalau tidur ditepi Kerajaan. Suatu malam dia bermimpi bila sakitnya ingin sembuh maka harus mengawini putri Wiring Kuning, kemudian raja terbangun dari tidurnya. Akhirnya para patih diperintah untuk mengumpulkan semua putri - putri. Setelah diteliti dan disesuaikan dengan mimpinya tersebut akhirnya menjumpai putri <i>Wiring Kuning/ Dewi Wandan</i> yang ternyata adalah pembantunya sendiri. Akhirnya dikawinilah putri tersebut dan dilarang untuk keluar dari taman kaputren karena malu jika ketahuan orang bahwa raja mengawini pembantunya sendiri. Setelah jabang bayi lahir raja Brawijaya memanggil saudaranya (Juru Mertani) supaya memelihara dan mengasuh bayi tersebut. Kemudian bayi tersebut diberi nama Bondan Kejawan (Lembu Peteng). Dimasa kanak-kanak Bondan Kejawan, ayah asuhnya atau Juru Mertani akan membayar pajak kekerajaan disaat itu Bondan Kejawan mendengar bahwa <i>ayahnya akan kekerajaan dan dia ingin ikut tetapi tidak diperbolehkan</i>. Namun dia lari dulu dan sampai di Kerajaan dia langsung masuk dan naik keatas kursi raja. Kemudian membunyikan Bende Kerajaan. Sang raja mendengar bunyi bende kerajaan dan marahlah, anak tersebut ditangkap dan dimasukkan kedalam sel kerajaan. Tidak lama kemudian datanglah Juru Mertani dengan membawa padi untuk membayar pajak. Selesai membayar pajak dia menghadap sang raja dan menanyakan anak kecil yang membunyikan bende kerajaan. Diberitahukan kepada sang raja bahwa anak kecil itu putra sang raja sendiri. Kemudian raja memanggil anak kecil itu dan membawa kaca untuk melihat wajahnya sendiri dengan wajah anak tersebut. Ternyata Beliau yakin dan percaya bahwa anak tersebut putranya sendiri. Kemudian Juru Mertani disuruh sang raja untuk mengantarkan putranya ke Saudaranya yaitu Ki Ageng Tarub dan putranya agar diasuh dan dipeliharanya.</span></h6>
<div class="MsoNormal">
<b><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">b. NYAI TELANGKAS<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Kurang lebih pada tahun 1300 M, ada utusan (mubaleg) dari Arab yaitu Syeh Jumadil Kubro. Beliau mempunyai putri bernama Ny. Thobiroh dan Ny. Thobiroh mempunyai putra Syeh Maulana. Disaat itu Syeh Maulana mendapat perintah mengembangkan syariat Islam di pulau jawa sangat berat. Hal tersebut dikarenakan orang-orang Jawa banyak yang masih memeluk agama Hindu Budha, dan orang-orang jawa pada saat itu ahli bertapa, hingga orang Jawa banyak yang tebal kulitnya. Maka dari itu Syeh Maulana mulai memasukkan syareat Islam di tengah - tengah masyarakat Jawa, yaitu mendekatkan diri kepada Allah dengan cara bertapa keatas pohon giyanti yang sangat besar, dimana diatas pohon tersebut terdapat tumbuhan simbar.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghKtKofiMJnolZ5aLFE8lMs9ImSV_XhJZqmL7scJnrXYsMGyvFerBRkAyg3uXkn11-gXGa-ZgMt8I1bJKRc0n08tAki4vXF428eK-mqOskGsVlHGGfopo2F4yvbKLZMtH9PbVcjtnKfA/s1600/pen-10.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghKtKofiMJnolZ5aLFE8lMs9ImSV_XhJZqmL7scJnrXYsMGyvFerBRkAyg3uXkn11-gXGa-ZgMt8I1bJKRc0n08tAki4vXF428eK-mqOskGsVlHGGfopo2F4yvbKLZMtH9PbVcjtnKfA/s320/pen-10.jpg" width="320" /></a></div>
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Bertepatan itu di Surabaya terdapat Kerajaan Temas, rajanya bernama Singawarman dan mempunyai putri yang bernama Nyai Telangkas. Dikala itu Nona Telangkas sudah dewasa, namun belum ada remaja yang berani meminangnya. Setelah itu Nona Telangkas diperintah oleh ayahnya supaya menjalankan bertapa ngidang yaitu masuk hutan selama 7 tahun, tidak boleh pulang atau mendekat pada manusia dan tidak boleh makan kecuali daun yang ada di hutan tersebut. Sehingga Nona Telangkas mempunyai nama Kidang Telangkas. Pada saat akan selesai bertapa, di tengah hutan tersebut Nona Telangkas melihat ada Telaga yang sangat jernih airnya. Kemudian dia mau mandi di telaga tersebut setelah melepas semua pakaian dia melihat di dalam air terdapat bayangan pria yang sangat tampan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Namun dikala itu Nona Telangkas telah terlanjur melepaskan semua pakaiannya. Akhirnya terpaksa menjeburkan diri di telaga tersebut, sambil mengucapkan dalam ucapan bahasa jawa "mboh gus wong bagus ". Setelah selesai mandi maka Nona Telangkas kembali pulang ke Kerajaan Temas (Surabaya) untuk menghadap orang tuanya. Namun Nona Telangkas disaat itu ternyata sudah dalam keadaan hamil maka setelah menghadap ayahnya beliau ditanya "Siapakah suamimu, sehingga engkau pulang dalam keadaan hamil ? " Ditanya ayahnya berulang-ulang, dia tidak bisa menjawab. Namun di dalam hatinya Nona Telangkas teringat dalam pertapanya dikala akan selesai, dimana dia mandi di dalam telaga yang sangat jernih airnya, dan ternyata di dalam air tersebut terdapat bayangan pria yang sangat tampan. Maka disaat ditanya oleh sang ayah dia tidak bisa menjawab, namun didalam hatinya menjawab seperti diatas. Maka akhirnya dia kembali masuk hutan untuk mas mencari tersebut. Disaat sampai di tengah hutan Nona Telangkas melahirkan bayi, sampai sekarang tempat tersebut diberi sebutan desa Mbubar .<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Setelah jabang bayi lahir lalu diajak mencari telaga, yang akhirnya menjumpai telaga yang terdapat bayangan pria yang tampan tersebut. Kemudian si jabang bayi diletakkan ditepi sendang telaga dan ditinggal pulang ke kerajaan Themas. Siapakah sebenarnya orang yang kelihatan bayangannya didalam sendang telaga, ternyata beliau adalah Kanjeng Syeh Maulana Maghribi yang sedang bertapa diatas pohon Giyanti.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Dikala si jabang bayi Nona telangkas diletakkan dipinggir sendang telaga, Syeh Maulana berkata " Nona Telangkas keparingan amanateng Allah kang bakal njunjung drajatmu kok ora kerso " (dalam Bhs jawa). Yang akhirnya Syeh Maulana turun dari pertapanya dan menimang jabang bayi, kemudian dibuatkan tempat yang sangat indah yaitu Bokor Kencono .<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">c. KI AGENG TARUB 1<o:p></o:p></span></b><br />
<b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"><br /></span></b></div>
<div style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8-0efyUxp8gejtVTblDf6dqy9sAeODpHUR_D1lHo55eNY7VLWeMRyudSBaSVl1vCAoPTguoary3oBCj6-GqMUbNxASGUYJsiLKngSPbtCTpHaVD9MCCiJj_sJ_LTVHiFwiwKf3HDJ-A/s1600/180px-Jaka_Tarub_Ok.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="241" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8-0efyUxp8gejtVTblDf6dqy9sAeODpHUR_D1lHo55eNY7VLWeMRyudSBaSVl1vCAoPTguoary3oBCj6-GqMUbNxASGUYJsiLKngSPbtCTpHaVD9MCCiJj_sJ_LTVHiFwiwKf3HDJ-A/s320/180px-Jaka_Tarub_Ok.jpg" width="320" /></a><b><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 16pt;">D</span></b><b><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">ikala</span></b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"> itu <b><span style="color: green;">Dewi Kasian</span></b> ditinggal wafat suaminya yang bernama <b><span style="color: green;">Aryo Penanggungan</span></b>, belum mempunyai putra, karena sayangnya Dewi Kasian terhadap suaminya, walau sudah wafat setiap saat dia selalu menengok makam suaminya. Maka dikala itu Syeh Maulana Maghribi membawa putranya yang telah dimasukkan bokor kencono dan diletakkan disamping makam Aryo Penanggungan. Di malam itu juga kebetulan Dewi Kasian keluar dari rumah menengok kearah makam suaminya, kelihatan sinar yang menjurat keatas dari arah makam suaminya, apakah sebetulnya sinar yang menjurat dari arah makam suaminya tersebut ? <b><i>Ternyata setelah didekati adalah sebuah bokor kencono yang sangat indah, dan dibuka bokor tersebut ternyata didalamnya terdapat jabang bayi</i></b> yang sangat mungil dan lucu sekali. Disaat itu Dewi kasian sangat terperanjat hatinya melihat si jabang bayi tersebut, dengan tidak disadari akhirnya bokor berisi jabang bayi dibawa pulang dengan lari dan mengucapkan : "kangmas Penanggungan wis sedo, kok kerso maringi momongan marang aku ". (dalam Bhs Jawa).<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Kabar mengenai orang yang telah meninggal tetapi bisa memberikan kepada istri jandanya, telah tersiar sampai ke pelosok negeri. Masyarakat berbondong - bondong ingin menyaksikan kebenaran berita tersebut, Akhirnya Dewi Kasian yang asalnya tidak punya harta benda apa - apa menjadi janda yang kaya raya, dari uluran orang - orang yang datang tersebut. Kemudian jabang bayi diberi nama Joko Tarub karena dikala masih bayi diambil Dewi Kasian dari atas makam Aryo Penanggungan yang makamnya dibuat makam Taruban. Pada usia kanak-kanak Joko tarub atau Sunan Tarub mempunyai kesenangan atau hobi menangkap kupu-kupu di ladang. Setelah masuk di tengah hutan bertemu orang yang sangat tua, <b>dia diberi aji - aji tulup</b> yang namanya tulup <b>Tunjung Lanang. Tulup</b> inilah yang akhirnya menjadi aji-aji sangat luar biasa untuk <b>Kiai Ageng Tarub/ Sunan Tarub</b>. Diwaktu mendapat tulup tersebut dia pulang dengan cepat menyampaikan berita kepada ibunya (Dewi Kasian) dan mengatakan bahwa dia di tengah hutan dijumpai seorang yang sangat tua memberi <b>aji - aji tulup</b> kepadanya. Namun karena sayangnya, Dewi Kasian tidak memperbolehkan putranya masuk hutan, karena khawatir kalau dimakan hewan buas atau dibunuh orang yang tidak senang kepadanya. Namun karena Joko tarub tidak takut lebih-lebih mempunyai aji - aji tulup tersebut, maka Joko Tarub tetap senang masuk hutan untuk mencari burung.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Sampai diatas gunung Joko Tarub mendengar suara burung yang sangat indah bunyinya yaitu burung perkutut. Kemudian didekati dan dilepaskan anak tulup kearah burung tersebut namun gagal. Akhirnya Joko Tarub berfikir dan menganggap bahwa burung ini tidak burung biasa. Kemudian terdengar lagi suara burung dari arah selatan, didekati dan dilepaskan lagi anak tulup kearah burung namun tidak mengenai burung itu dan ternyata anak tulup itu mengenai dahan jati. Tempat yang ditinggalkan burung tadi sekarang dinamai <b><span style="color: red;">Dukuh Karang Getas</span></b>. Karena sedihnya Joko tarub maka tempat yang ditinggalkan, sekarang dinamai <b><span style="color: red;">Dukuh Sedah</span></b>. Kemudian terdengar lagi suara burung dari arah selatan, didekati dari posisi yang strategis (burung dalam keadaan terpojok), maka anak tulup dilepaskan dan ternyata tidak kena dan burung terbang lagi ke selatan. Tempat tersebut sekarang menjadi <b><span style="color: red;">Dukuh Pojok</span></b>. Burung terbang ke selatan dan hinggap d</span><span style="background-color: black; border: 1pt none black; font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt; padding: 0in;"> </span><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">iatas pohon asam oleh Joko Tarub dilepaskan lagi anak tulup kearah burung tetapi terbang lagi ke selatan, tempat yang ditinggalkan tadi menjadi <b><span style="color: red;">Dukuh Karangasem</span></b>. Diwaktu mengejar burung keselatan Joko Tarub merenungi burung tersebut, dalam ucapannya mengatakan ini burung atau godaan. Tempat merenungi Joko Tarub sekarang dinamai <b><span style="color: red;">Desa Godan</span></b> Joko Tarub mengejar terus burung kearah selatan, tempat melihatnya Joko Tarub sekarang dinamakan <b><span style="color: red;">Dukuh Jentir</span></b>. Joko Tarub terus melacak burung kearah tenggara kemudian berjumpa lagi dengan burung yang hinggap di pohon tetapi burung tersebut tidak bersuara. Setelah burung itu terbang lagi ke selatan dan tempat yang ditinggalkan tadi dinamakan <b><span style="color: red;">Dukuh Pangkringan</span></b>. Kemudian Joko Tarub melacak kearah selatan, setelah sampai ditempat yang sangat rindang disitulah burung terbunyi lagi. Namun Joko Tarub mendengar suara wanita yang baru berlumban (mandi) di dalam sendang. Disaat itu Joko Tarub lupa burung yang dikejar dia beralih mengintai suara wanita yang mandi di dalam sendang Ternyata para bidadari yang sedang dilihat, akhirnya Joko Tarub mengambil salah satu pakaiannya bidadari yang dengan tutup kemudian dibawa pulang dan disimpan dibawah tumpukan padi (lumbung) ketan hitam. Joko Tarub kembali lagi ke Sendang dengan membawa sebagian pakaian ibunya. Setelah sampai didekat sendang ternyata para bidadari sudah terbang kembali ke surga. Tinggal satu yang masih mendekam ditepi sendang dengan merintih dan berkata : "sopo yo sing biso nulung aku, yen wadon dadi sedulur sinoro wedi, yen kakung sanggup dadi bojoku".<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Disaat itu Joko Tarub mendekati dibawah pohon sambil mendengarkan ucapan bidadari tersebut dan menolong bidadari dengan melontarkan pakaian ibunya. Setelah bidadari berpakaian diajak pulang kerumah ibunya dan disampaikan kepada ibunya bahwa putri ini adalah putri dari sendang yang baru terlantar dan minta tolong kepada siapun : Jika yang menolong pria akan dijadikan suaminya. Akhirnya <b><span style="color: blue;">Joko tarub</span></b> menikah dengan bidadari tersebut yang bernama <o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Nawang Wulan</span></b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">. Adapun sendang yang dibuat lomban para bidadari, sekarang dinamakan <b><span style="color: blue;">Sendang Coyo</span></b>. Kemudian Joko Tarub dengan Nawang Wulan mempunyai tiga putri yaitu :<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">1. Nawang sasi,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">2. Nawang Arum,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">3. Nawang Sih.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Pada waktu bayinya, Nawang Sih mengalami satu riwayat yang sangat hebat yaitu dikala Nawang Sih masih di ayunan, ibunya mau mencuci pakaian di sungai dan berpesan pada Joko Tarub agar mengayun putrinya dan jangan membuka kekep (penutup masakan). Namun setelah Nawang Wulan pergi ke sungai, Joko Tarub penasaran akan pesan istrinya, maka dibukalah kekep tersebut, setelah melihat didalam kukusan, ternyata yang dimasak istrinya hanya satu untai padi. Joko Tarub mengucapkan (Masya Allah, Alhamdulilah istriku yen masak pari sak uli ngeneki tho, lha iyo parine ora kalong - kalong. Tak lama kemudian istrinya datang lalu membuka masakan tersebut, ternyata masih utuh padi untaian. Kemudian istrinya menegur suaminya bahwa pasti kekep tadi dibuka, sehingga terjadi pertengkaran. Akhirnya Nawang Wulan menyadari sehingga harus dibuatkan peralatan dapur (lesung, alu, tampah) Setelah kejadian itu Nyi Nawang Wulan kalau mau masak harus menumbuk padi dulu, sehingga lambat laun padi yang ada di lumbung makin habis. Setelah sampai padi yang bawah sendiri yaitu padi ketan hitam, ternyata pakaiannya diletakkan disitu dan diambil kemudian menghadap suaminya. Akhirnya terjadi pertengkaran yang hebat, ternyata yang mengambil pakaiannya waktu disendang dulu adalah Joko Tarub sendiri. Kemudian Nyi Nawang Wulang ingin pulang kembali ke surga dan berpesan kepada suaminya : "Bila putrinya menangis minta mimik agar diletakkan didepan rumah diatas anjang - anjang." Tetapi setelah Nawang Wulan sampai di Surga di tolak oleh teman-temannya karena sudah berbau manusia. Kemudian Nyi Nawang Wulan turun lagi ke bumi namun tidak ada maksud kembali kerumah suaminya. Dia ingin bunuh diri naik di <b>gunung Merbabu</b> meloncat ke laut selatan. Setelah sampai di laut selatan <b><span style="color: red;">Nyi Nawang Wulan</span></b> perperang dengan <b><span style="color: red;">Nyi Roro Kidul</span></b>, dan akhirnya Nyi Nawang Wulan mendapat kejayaan, sehingga laut selatan dikuasai oleh Nyi Nawang Wulan. Jadi yang ada dilaut selatan ada tiga putri yaitu : Nyi Nawang Wulan, Nyi Roro Kidul, Nyi Blorong. Setelah Joko Tarub ditinggal Nyi Nawang Wulan dia hidup dengan putrinya Nawang Sih.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Adapun trah atau anak turun LEMBU PETENG / BONDAN KEJAWEN dalam garis keturunan Raden Mas BAGUS HARUN atau Ki AGENG BASHORIAH adalah sebagai berikut<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Bersambung : <b>1. Lembu Peteng/ Bondan Kejawen/ Ki Ageng Tarub II </b></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10018071273892975412noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2745027681920185724.post-15753063035040731992012-09-24T05:02:00.001-07:002012-10-02T08:54:58.109-07:001. Lembu Peteng Menurunkan <br />
<div style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGFqxGmyuzbXLo9ipJ1KzoRkQarkVDv8Wt4PoEMpjSvEsv87cWBepYui689WazNUeNE50-JGWmH4Aeqvr6oOQNL0FYETHoq2nfBZgk0GMWW2TC7cqkGUdFB7XywyTuWPG2e1e30m1cZg/s1600/lembu+peteng.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGFqxGmyuzbXLo9ipJ1KzoRkQarkVDv8Wt4PoEMpjSvEsv87cWBepYui689WazNUeNE50-JGWmH4Aeqvr6oOQNL0FYETHoq2nfBZgk0GMWW2TC7cqkGUdFB7XywyTuWPG2e1e30m1cZg/s1600/lembu+peteng.jpg" /></a></div>
<br />
<div style="margin-left: 0.25in; text-align: center;">
<b><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: x-small;">Makam Lembu Peteng </span></b></div>
<div style="margin-left: 0.25in; text-align: center;">
<b><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: x-small;">Dusun Barahan, Desa Tarub, Tawangharjo, Kab, Grobogan</span></b><br />
<b><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: x-small;"><br /></span></b></div>
<br />
<b><span style="font-family: 'Arial Narrow';"><span style="font-size: large;">L</span></span><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">embu</span></b><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;"> Peteng adalah nama samaran yang diberikan oleh jaka tarub, dan jaka tarub merupakan mertua dari Raden bondan kejawan alias lembu peteng yang beristrikan nawangsih (anak dari jaka tarub+nawangwulan) cerita tersebut dari orang terdahulu yang sudah paham betul akan silsilah. pas waktu pemugaran tersebut banyak ditemukan benda benda peninggalan bangunan terdahulu, seperti batu bata yang ukurannya besar dan pernah juga ditemukan patung seorang gembala yang lagi megang suling sambil naik sapi, konon patung tersebut merupakan simbol dari lembu peteng yang artinya, lembu; sapi, peteng; gelap/ hitam, yang lebih uniknya lagi ditemukan batu batu besar yang bentuknya menyerupain bentuk patung semar, kursi(bangko),</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtSkJiwlFF1weW0Ettd0bt3rysRV0N5zYfP1vM60NV0c2n2NBPoYVPZMlWIb3LCloeKdDf3YHfX6fx9GGdIDqTOYWPAYfyNltCEo4sFqNgtoksTMAbXFMEWfX6Lypu2-fewAeCk0k9Gw/s1600/maka+lp+pndpo.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtSkJiwlFF1weW0Ettd0bt3rysRV0N5zYfP1vM60NV0c2n2NBPoYVPZMlWIb3LCloeKdDf3YHfX6fx9GGdIDqTOYWPAYfyNltCEo4sFqNgtoksTMAbXFMEWfX6Lypu2-fewAeCk0k9Gw/s1600/maka+lp+pndpo.jpg" /></a></div>
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Disaat itu Ki Ageng Tarub mengasuh dua anak kecil yaitu Bondan Kejawan dan anaknya sendiri. Setelah masuk remaja <b><span style="color: red;">Bondan Kejawan</span></b> diperintah ayah asuhnya <i><u>agar bertapa ngumboro</u></i> yaitu disuruh ke sawah selama tujuh tahun dan tidak boleh pulang kalau belum diambil. Setelah sampai waktunya Nawang Sih diperintah ayahnya supaya memasak yang enak, setelah memasak agar mengambil saudaranya Bondan Kejawan yang berada ditengah sawah. Setelah sampai dekat gubug yang ditempati Bondan Kejawan, Disaat itu Bondan Kejawan sedang istirahat diatas gubug. Nawang Sih memanggil Bondan Kejawan dari bawah gubug<i><span style="color: red;">. </span>Bondan Kejawan terperanjat atas panggilan Nawang Sih karena tidak tahu akan kedatangannya, sehingga Bondan Kejawan jatuh dari atas gubug dan memegang bahunya Nawang <span style="font-weight: bold;">Sih.</span></i> Sampai dirumah Nawang Sih memberitahukan orang tuanya bahwa tadi bahunya dipegang oleh Bondan Kejawan. Tetapi sang ayah malah memberi tahu <b><span style="color: red;">Nawang Sih</span></b> akan <span style="color: red;">dijodohkan</span> dengan <b><span style="color: red;">Bondan Kejawan</span></b>, dan akhirnya mereka menikah. Kemudian dikaruniai 2 anak yang diberi nama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">1. Ki Ageng Getas Pandowo (Ki Abdulloh) dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">2. Seorang . Puteri (dinikahkan dengan Ki Ageng Ngerang). <o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"><br /></span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: x-small;">Bersambung : <b>2. Ki Ageng Getas Pendowo</b></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10018071273892975412noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2745027681920185724.post-77096930042223786602012-09-24T04:56:00.001-07:002012-10-02T08:56:49.604-07:002. Ki Ageng Getas Pendowo Menurunkan<br />
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<div class="MsoNormal">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-uqlIpQQKygSq__4JPgbDXTJvgSxlnp8EfLpGGMXkskwiUaPfCqrNWFC-3hI0b5PlCbOKjq-4L29rd5wToTppjh9y-GOtcTgR5IyVWIhGrsqE3iCRGHfN8qLzQun9VfYaj1WJ24rZ2Q/s1600/getas+pendowo.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-uqlIpQQKygSq__4JPgbDXTJvgSxlnp8EfLpGGMXkskwiUaPfCqrNWFC-3hI0b5PlCbOKjq-4L29rd5wToTppjh9y-GOtcTgR5IyVWIhGrsqE3iCRGHfN8qLzQun9VfYaj1WJ24rZ2Q/s1600/getas+pendowo.JPG" /></a><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: large;">K</span>i Ageng Getas Pendowo anak dari Raden Bondan Kejawan/Aria Lembu Peteng putra Bhre Kertabhumi Raja Majapahit ke V. Kalaulah Kerajaan Majapahit runtuh setelah raja yang ke VI, boleh jadi Raden Bondan Kejawan adalah Raja Majapahit Ke VI alias Girindrawardhana yang memerintah tahun 1478-1498.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ki Ageng Getas Pendowo memiliki 6 putera, Ki Ageng Selo, Nyai Ageng Pakis, Nyai Ageng Purno, Nyai Ageng Wanglu, Nyai Ageng Bokong, dan Nyai Ageng Adibaya. Keturunan Ki Ageng Selo, dari 7 hanya satu yang laki-laki yaitu Ki Ageng Ngenis yang kemudian berputera Ki Ageng Pemanahan yang selanjutnya melahirkan Sutowijoyo.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ki Ageng Getas Pendowo mempunyai saudara : Ki Ageng Wonosobo dan Nyai Ageng Ngerang (Siti Rochmah/Dewi Roro Kasihan)</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Menurut cerita Babad Tanah Jawi (Meinama, 1905; Al-thoff, 1941), Prabu Brawijaya terakhir beristri putri Wandan kuning dan berputra Bondan Kejawan/Ki Ageng Lembu Peteng yang diangkat sebagai murid Ki Ageng Tarub. Ia dikimpoikan dengan putri Ki Ageng Tarub yang bernama Dewi Nawangsih, dari ibu Bidadari Dewi Nawang Wulan. Dari perkimpoian Lembu Peteng dengan Nawangsih, lahir lah Ki Getas Pendowo (makamnya di Kuripan, Purwodadi). Ki Ageng Getas Pandowo berputra tujuh dan yang paling sulung Ki Ageng Selo.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ki Ageng gemar bertapa di hutan, gua, dan gunung sambil bertani menggarap sawah. Dia tidak mementingkan harta dunia. Hasil sawahnya dibagi-bagikan kepada tetangganya yang membutuhkan agar hidup berkecukupan. Salah satu muridnya tercintanya adalah Mas Karebet/Joko Tingkir yang kemudian jadi Sultan Pajang Hadiwijaya, menggantikan dinasti Demak.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgW5tYL7EQhmZBZG2-mqvThiFRBgyJv19plpCOwnCl5abGTYL45TlFJWEuhgYZzP9s5Hsdk3OI5b2Cc2R7jtTD3nYTbfo4w02dT5ZcCDIn1D5zirfWZ-9vdf6WFc5g-5-NpP_itkFPySw/s1600/448813IMG_6042.JPG" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgW5tYL7EQhmZBZG2-mqvThiFRBgyJv19plpCOwnCl5abGTYL45TlFJWEuhgYZzP9s5Hsdk3OI5b2Cc2R7jtTD3nYTbfo4w02dT5ZcCDIn1D5zirfWZ-9vdf6WFc5g-5-NpP_itkFPySw/s320/448813IMG_6042.JPG" width="320" /></a></div>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Putra Ki Ageng Selo semua tujuh orang, salah satunya Kyai Ageng Enis yang berputra Kyai Ageng Pamanahan. Ki Pemanahan beristri putri sulung Kyai Ageng Saba, dan melahirkan Mas Ngabehi Loring Pasar atau Sutawijaya. Melalui perhelatan politik Jawa kala itu akhirnya Sutawijaya mampu mendirikan kerajaan Mataram menggantikan Pajang.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Beliau adalah keturunan R.Bondan Kejawan ( Lembu Peteng ) dengan Rr. Nawangsih.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Letaknya di sebelah timur Kelurahan Kuripan Kecamatan Purwodadi ( Jln. A. yani Purwodadi lebih kurang 1 Km ) disadur dari buku Babad Tanah Kendal, karya Ahmad Hamam Rochani.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Suatu hari, Sang Prabu Brawijaya bersemedi memohon pada yang Mahakuasa. Hasil semedinya cocok dengan pelaporan para ahli nujum kerajaan. Majapahit yang agung dan termasyhur akan segera beralih tempat. Namun pemegang kekuasaan tetap berada di tangan keturunan sang prabu. Rajanya akan ditaati seluruh rakyat Jawa Dwipa bahkan nusantara.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sang prabu lalu jatuh sakit. Mendapat wisik, penyakit akan sembuh bila Sang Prabu mau mengawini seorang puteri berambut keriting dan kulit kehitam-hitaman, Puteri Wandan Tetapi setelah Puteri Wandan mengandung, Sang Prabu terusik lagi oleh pelaporan para nujum kerajaan, bahwa sang bayi kelak akan membawa bencana. Ya, inilah awal kehancuran Majapahit. Tak pelak sang bayi diserahkan kepada seorang petani, dan jauh dari pusat kerajaan. Bayi itu adalah Bondan Kejawan, yang kemudian menurunkan Ki Getas Pendowo – Ki Ageng Selo – Ki Ageng Henis – Sunan Laweyan. Dari lelaki desa yang lugu tapi penuh sasmita itu, lahir sang Pemanahan, dan berdirilah Mataram</span></div>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: 12pt;">Bersambung </span><span style="font-size: x-small;">: <b>3. Ki Ageng Selo ( Muhammad Abdurrohman Soesilo )</b></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<b><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12pt;"><o:p></o:p></span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<br class="Apple-interchange-newline" />Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10018071273892975412noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-2745027681920185724.post-31211057199237202272012-09-24T04:49:00.001-07:002012-10-02T08:58:48.442-07:003. Ki Ageng Selo Menurunkan<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwQpLy7PfxrY2ZTyOgTI1NENPlqrA_puTNkjtx539DcbBVZ83PJSFUhdN43KTb4P44Q8NhIKn0H9VgnLwtGHPpKdwUZ_RSFT2U3broNrocSiPKZ-a5xU0ITdWsupOtNVpAYlvsUpz6ug/s1600/kiageng+selo.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwQpLy7PfxrY2ZTyOgTI1NENPlqrA_puTNkjtx539DcbBVZ83PJSFUhdN43KTb4P44Q8NhIKn0H9VgnLwtGHPpKdwUZ_RSFT2U3broNrocSiPKZ-a5xU0ITdWsupOtNVpAYlvsUpz6ug/s1600/kiageng+selo.JPG" /></a> <span style="font-family: 'Arial Narrow'; text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><b>B</b></span></span><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt; text-align: justify;">abad Tanah Jawi menyebutkan, Ki Ageng Selo adalah keturunan Raja Majapahit, Brawijaya V. Pernikahan Brawijaya V dengan Putri Wandan Kuning melahirkan Bondan Kejawen atau Lembu Peteng. Lembu Peteng yang menikah dengan Dewi Nawangsih, putri Ki Ageng Tarub, menurunkan Ki Ageng Getas Pendawa. Dari Ki Ageng Getas Pendawa lahirlah Bogus Sogom alias Syekh Abdurrahman alias Ki Ageng Selo.</span><br />
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.7pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Lantas, bagaimana juntrungan-nya Ki Ageng Selo bisa disebut penurun raja-raja Mataram? Ki Ageng Selo menurunkan Ki Ageng Ngenis. Ki Ageng Ngenis menurunkan Ki Ageng Pemanahan. Ki Ageng Pemanahan menurunkan Panembahan Senapati. Dari Panembahan Senapati inilah diturunkan para raja Mataram sampai sekarang.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.7pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"> Namun, perkembangan ini hendaknya tidak melenakan, bahwa di sisi lain ada hal urgen yang mutlak diperhatikan. Yaitu, keabadian sejarah dan konsistensi mengamalkan Serat Pepali Ki Ageng Selo, yang merupakan pengejawantahan ajaran Al-Qur’an dan Hadits Nabi.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.7pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Untuk yang pertama (mengabadikan sejarah) meniscayakan adanya kodifikasi sejarah Ki Ageng Selo dalam satu buku khusus, sebagaimana Wali Songo dan para wali lain bahkan para kiai mutakhir juga diabadikan ketokohan, jasa-jasa, dan keteladanannya dalam catatan sejarah yang utuh dan tuntas. Dari pengamatan penulis, buku-buku sejarah yang ada saat ini hanya menuturkan sekelumit saja tentang keberadaan Ki Ageng Selo sebagai penurun para raja Mataram (Surakarta dan Yogyakarta), serta kedigdayaannya menangkap petir (bledeg).<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.7pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Minimnya perhatian ahli sejarah dan langkanya buku sejarah yang mengupas tuntas sejarah waliyullah sang penangkap petir, memunculkan kekhawatiran akan keasingan generasi mendatang dari sosok mulia kakek moyang raja-raja Mataram. Tidak mustahil, anak cucu kita (termasuk warga Surakarta dan Yogyakarta) akan asing dengan siapa dan apa jasa Ki Ageng Selo serta keteladanan-keteladanannya. Barangkali tidak banyak yang tahu bahwa Surakarta dan Yogyakarta memiliki ikatan sejarah dan emosional yang erat dengan Selo. Mungkin hanya warga di lingkungan Keraton yang mengetahui itu. Padahal ikatan itu kian kukuh dengan diabadikannya api bledeg di tiga kota tersebut. Bahkan pada tahun-tahun tertentu (Tahun Dal), untuk keperluan Gerebeg dan sebagainya, Keraton Surakarta mengambil api dari Selo.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.7pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Cerita Ki Ageng Sela merupakan cerita legendaris. Tokoh ini dianggap sebagai penurun raja - raja Mataram, Surakarta dan Yogyakarta sampai sekarang. Ki Ageng Sela atau Kyai Ageng Ngabdurahman Sela, dimana sekarang makamnya terdapat di desa Sela, Kecamatan Tawangharjo, Kabupaten Dati II Grobogan, adalah tokoh legendaris yang cukup dikenal oleh masyarakat Daerah Grobogan, namun belum banyak diketahui tentang sejarahnya yang sebenarnya. Dalam cerita tersebut dia lebih dikenal sebagai tokoh sakti yang mampu menangkap halilintar (bledheg).<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.7pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Menurut cerita dalam babad tanah Jawi ( Meinama, 1905; Al - thoff, 1941), Ki Ageng Sela adalah keturunan Majapahit. Raja Majapahit : Prabu Brawijaya terakhir beristri putri Wandan kuning. Dari putri ini lahir seorang anak laki - laki yang dinamakan Bondan Kejawan. Karena menurut ramalan ahli nujum anak ini akan membunuh ayahnya, maka oleh raja, Bondan Kejawan dititipkan kepada juru sabin raja : Ki Buyut Masharar setelah dewasa oleh raja diberikan kepada Ki Ageng Tarub untuk berguru agama Islam dan ilmu kesaktian. Oleh Ki Ageng Tarub, namanya diubah menjadi Lembu Peteng. Dia dikawinkan dengan putri Ki Ageng Tarub yang bernama Dewi Nawangsih, dari ibu Bidadari Dewi Nawang Wulan. Ki Ageng Tarub atau Kidang Telangkas tidak lama meninggal dunia, dan Lembu Peteng menggantikan kedudukan mertuanya, dengan nama Ki Ageng Tarub II. Dari perkawinan antara Lembu Peteng dengan Nawangsih melahirkan anak Ki Getas Pendowo dan seorang putri yang kawin dengan Ki Ageng Ngerang.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.7pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Ki Ageng Getas Pandowo berputra tujuh orang yaitu :<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.7pt;">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54.7pt; text-indent: -18.7pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">1.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Ki Ageng Sela,<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54.7pt; text-indent: -18.7pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">2.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Nyai Ageng Pakis,<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54.7pt; text-indent: -18.7pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">3.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Nyai Ageng Purna,<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54.7pt; text-indent: -18.7pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">4.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Nyai Ageng Kare,<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54.7pt; text-indent: -18.7pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">5.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Nyai Ageng Wanglu,<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54.7pt; text-indent: -18.7pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">6.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Nyai Ageng Bokong,<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54.7pt; text-indent: -18.7pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">7.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Nyai Ageng Adibaya .<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.7pt;">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.7pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Kesukaan Ki Ageng Sela adalah bertapa dihutan, gua, dan gunung sambil bertani menggarap sawah. Dia tidak mementingkan harta dunia. Hasil sawahnya dibagi - bagikan kepada tetangganya yang membutuhkan agar hidup berkecukupan. Bahkan akhirnya Ki Ageng Sela mendirikan perguruan Islam. Muridnya banyak, datang dari berbagai penjuru daerah. Salah satu muridnya adalah Mas Karebet calon Sultan Pajang Hadiwijaya. Dalam tapanya itu Ki Ageng selalu memohon kepada Tuhan agar dia dapat menurunkan raja - raja besar yang menguasai seluruh Jawa .<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.7pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Kala semanten Ki Ageng sampun pitung dinten pitung dalu wonten gubug pagagan saler wetaning Tarub, ing wana Renceh. Ing wanci dalu Ki Ageng sare wonten ing ngriku, Ki Jaka Tingkir (Mas Karebet) tilem wonten ing dagan. Ki Ageng Sela dhateng wana nyangking kudhi, badhe babad. Kathinggal salebeting supeno Ki Jaka Tingkir sampun wonten ing Wana, Sastra sakhatahing kekajengan sampun sami rebah, kaseredan dhateng Ki Jaka Tingkir. ( Altholif : 35 - 36 ) .<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.7pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Impian tersebut mengandung makna bahwa usaha Ki Ageng Sela untuk dapat menurunkan raja - raja besar sudah di dahului oleh Jaka Tingkir atau Mas Karebet, Sultan Pajang pertama. Ki Ageng kecewa, namun akhirnya hatinya berserah kepada kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa. Hanya kemudian kepada Jaka tingkir, Ki Ageng sela berkata :<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.7pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Nanging thole, ing buri turunku kena nyambungi ing wahyumu (Dirdjosubroto, 131; Altholif: 36 ). Suatu ketika Ki Ageng Sela ingin melamar menjadi prajurit Tamtama di Demak. Syaratnya dia harus mau diuji dahulu dengan diadu dengan banteng liar. Ki Ageng Sela dapat membunuh banteng tersebut, tetapi dia takut kena percikan darahnya. Akibatnya lamarannya ditolak, sebab seorang prajurit tidak boleh takut melihat darah. Karena sakit hati maka Ki Ageng mengamuk, tetapi kalah dan kembali ke desanya : Sela. Selanjutnya cerita tentang Ki Ageng Sela menangkap “ bledheg “ cerita tutur dalam babad sebagai berikut :<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.7pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Ketika Sultan Demak : Trenggana masih hidup pada suatu hari Ki Ageng Sela pergi ke sawah. Hari itu sangat mendung, pertanda hari akan hujan. Tidak lama memang benar - benar hujan lebat turun. Halilintar menyambar. Tetapi Ki Ageng Sela tetap enak - enak menyangkul, baru sebentar dia mencangkul, datanglah “ bledheg “ itu menyambar Ki Ageng, berwujud seorang kakek - kakek. Kakek itu cepat - cepat ditangkap nya dan kena, kemudian diikat dipohon gandri, dan dia meneruskan mencangkul sawahnya. Setelah cukup, dia pulang dan “ bledheg “ itu dibawa pulang dan dihaturkan kepada Sultan demak. Oleh Sultan “ bledheg “ itu ditaruh didalam jeruji besi yang kuat dan ditaruh ditengah alun - alun. Banyak orang yang berdatangan untuk melihat ujud “ bledheg “ itu. Ketika itu datanglah seorang nenek - nenek dengan membawa air kendi. Air itu diberikan kepada kakek “ bledheg “ dan diminumnya. Setelah minum terdengarlah menggelegar memekakkan telinga. Bersamaan dengan itu lenyaplah kakek dan nenek “ bledheg : tersebut, sedang jeruji besi tempat mengurung kakek “ bledheg hancur berantakan.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.7pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Kemudian suatu ketika Ki Ageng nanggap wayang kulit dengan dhalang Ki Bicak. Istri Ki Bicak sangat cantik. Ki Ageng jatuh cinta pada Nyai Bicak. Maka untuk dapat memperistri Nyai Bicak, Kyai Bicak dibunuhnya. Wayang Bende dan Nyai Bicak diambilnya, “ Bende “ tersebut kemudian diberi nama Kyai Bicak, yang kemudian menjadi pusaka Kerajaan Mataram. Bila “ Bende “ tersebut dipukul dan suaranya menggema, bertanda perangnya akan menang tetapi kalau dipukul tidak berbunyi pertanda perangnya akan kalah.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.7pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Peristiwa lain lagi : Pada suatu hari Ki Ageng Sela sedang menggendong anaknya di tengah tanaman waluh dihalaman rumahnya. Datanglah orang mengamuk kepadanya. Orang itu dapat dibunuhnya, tetapi dia “ kesrimpet “ batang waluh dan jatuh telentang, sehingga kainnya lepas dan dia menjadi telanjang. Oleh peristiwa tersebut maka Ki Ageng Sela menjatuhkan umpatan, bahwa anak turunnya dilarang menanam waluh di halaman rumah memakai kain cinde .<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.7pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Saha lajeng dhawahaken prapasa, benjeng ing saturun - turunipun sampun nganthos wonten ingkang nyamping cindhe serta nanem waluh serta dhahar wohipun. ( Dirdjosubroto : 1928 : 152 – 153 ).<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.7pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Dalam hidup berkeluarga Ki Ageng Sela mempunyai putra tujuh orang yaitu :<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.7pt;">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54.7pt; text-indent: -9.7pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">1.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Nyai Ageng Lurung Tengah,<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54.7pt; text-indent: -9.7pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">2.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Nyai Ageng Saba ( Wanasaba ),<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54.7pt; text-indent: -9.7pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">3.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Nyai Ageng Basri,<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54.7pt; text-indent: -9.7pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">4.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Nyai Ageng Jati,<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54.7pt; text-indent: -9.7pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">5.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Nyai Ageng Patanen,<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54.7pt; text-indent: -9.7pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">6.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Nyai Ageng Pakis Dadu, dan bungsunya putra laki - laki bernama<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54.7pt; text-indent: -9.7pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">7.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Kyai Ageng Enis.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.7pt;">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.7pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Kyai Ageng Enis berputra Kyai Ageng Pamanahan yang kawin dengan putri sulung Kyai Ageng Saba, dan melahirkan <b>Mas Ngabehi Loring Pasar atau Sutawijaya</b>, pendiri Kerajaan Mataram. Adik Nyai Ageng Pamanahan bernama <b>Ki Juru Martani. Ki </b>Ageng Enis juga mengambil anak angkat bernama <b>Ki Panjawi</b>. Mereka bertiga dipersaudarakan dan bersama - sama berguru kepada <b>Sunan Kalijaga</b> bersama dengan <b>Sultan Pajang Hadiwijaya ( Jaka Tingkir )</b>. Atas kehendak Sultan Pajang, Ki Ageng Enis diminta bertempat tinggal didusun lawiyan, maka kemudian terkenal dengan sebutan Ki Ageng Lawiyan. Ketika dia meninggal juga dimakamkan di desa Lawiyan. ( M. Atmodarminto, 1955 : 1222 ) .<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.7pt;">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.7pt;">
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEibfCwEpQCM5AOp42JTR0nGptqu0GNdk2UmIyw7ZOf4d06c2cyIc5-kVJqwTLNT4RylkdcspAEuwGJqUX9cZeasdky6TUNTmrYxljrpmn-92yFDSzEKfKv4hBKfpznmsV_PF5_Rirh-CA/s1600/petakiagengselo.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="316" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEibfCwEpQCM5AOp42JTR0nGptqu0GNdk2UmIyw7ZOf4d06c2cyIc5-kVJqwTLNT4RylkdcspAEuwGJqUX9cZeasdky6TUNTmrYxljrpmn-92yFDSzEKfKv4hBKfpznmsV_PF5_Rirh-CA/s400/petakiagengselo.jpg" width="400" /></a></div>
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Dari cerita diatas bahwa Ki Ageng Sela adalah nenek moyang raja - raja Mataram Surakarta dan Yogyakarta. Bahkan pemujaan kepada makam Ki Ageng Sela sampai sekarang masih ditradisikan oleh raja - raja Surakarta dan Yogyakarta tersebut. Sebelum GREBEG Mulud, utusan dari Surakarta datang ke makam Ki Ageng Sela untuk mengambil api abadi yang selalu menyala didalam makam tersebut. Begitu pula tradisi yang dilakukan oleh raja - raja Yogyakarta Api dari Sela dianggap sebagai keramat .<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.7pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Bahkan dikatakan bahwa dahulu pengambilan api dilakukan dengan memakai arak - arakan, agar setiap pangeran juga dapat mengambil api itu dan dinyalakan ditempat pemujaan di rumah masing - masing. Menurut Shrieke api sela itu sesungguhnya mencerminkan “asas kekuasaan bersinar “. Bahkan data - data dari sumber babad mengatakan bahkan kekuasaan sinar itu merupakan lambang kekuasaan raja - raja didunia. Bayi Ken Arok bersinar, pusat Ken Dedes bersinar; perpindahan kekuasaan dari Majapahit ke Demak diwujudkan karena adanya perpindahan sinar; adanya wahyu kraton juga diwujudkan dalam bentuk sinar cemerlang .<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.7pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Dari pandangan tersebut, api sela mungkin untuk bukti penguat bahwa di desa Sela terdapat pusat Kerajaan Medang Kamulan yang tetap misterius itu. Di Daerah itu Reffles masih menemukan sisa - sisa bekas kraton tua ( Reffles, 1817 : 5 ). Peninggalan itu terdapat di daerah distrik Wirasaba yang berupa bangunan Sitihinggil. Peninggalan lain terdapat di daerah Purwodadi .<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.7pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Sebutan “ Sela “ mungkin berkaitan dengan adanya “ bukit berapi yang berlumpur, sumber - sumber garam dan api abadi yang keluar dari dalam bumi yang banyak terdapat di daerah Grobogan tersebut .<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.7pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Ketika daerah kerajaan dalam keadaan perang Diponegoro, Sunan dan Sultan mengadakan perjanjian tanggal 27 September 1830 yang menetapkan bahwa makam - makam keramat di desa Sela daerah Sukawati, akan tetap menjadi milik kedua raja itu. Untuk pemeliharaan makam tersebut akan ditunjuk dua belas jung tanah kepada Sultan Yogyakarta di sekitar makam tersebut untuk pemeliharaannya. ( Graaf, 3,1985 : II ). Daerah enclave sela dihapuskan pada 14 Januari 1902. Tetapi makam - makam berikut masjid dan rumah juru kunci yang dipelihara atas biaya rata - rata tidak termasuk pembelian oleh Pemerintah.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.7pt;">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.7pt;">
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Menelusuri Jejak sang Penangkap petir<o:p></o:p></span></b></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.7pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Ini adalah salah satu legenda Tanah Jawa, sesosok figur ulama di daerah Selo, Grobogan, Jawa Tengah yang bernama Ki Ageng Selo...<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.7pt;">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.7pt;">
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Silsilah</span></b></div>
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Menurut silsilah, Ki Ageng Selo adalah cicit atau buyut dari Brawijaya terakhir. Beliau moyang (cikal bakal-red) dari pendiri kerajaan Mataram yaitu Sutawijaya. Termasuk Sri Sultan Hamengku Buwono X (Yogyakarta) maupun Paku Buwono XIII (Surakarta).</span></div>
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.7pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Menurut cerita Babad Tanah Jawi (Meinama, 1905; Al-thoff, 1941), Prabu Brawijaya terakhir beristri putri Wandan kuning dan berputra Bondan Kejawan/Ki Ageng Lembu Peteng yang diangkat sebagai murid Ki Ageng Tarub. Ia dikawinkan dengan putri Ki Ageng Tarub yang bernama Dewi Nawangsih, dari ibu Bidadari Dewi Nawang Wulan. Dari perkawinan Lembu Peteng dengan Nawangsih, lahir lah Ki Getas Pendowo (makamnya di Kuripan, Purwodadi). Ki Ageng Getas Pandowo berputra tujuh dan yang paling sulung Ki Ageng Selo.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.7pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Ki Ageng gemar bertapa di hutan, gua, dan gunung sambil bertani menggarap sawah. Dia tidak mementingkan harta dunia. Hasil sawahnya dibagi-bagikan kepada tetangganya yang membutuhkan agar hidup berkecukupan. Salah satu muridnya tercintanya adalah Mas Karebet/Joko Tingkir yang kemudian jadi Sultan Pajang Hadiwijaya, menggantikan dinasti Demak.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.7pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Putra Ki Ageng Selo semua tujuh orang, salah satunya Kyai Ageng Enis yang berputra Kyai Ageng Pamanahan. Ki Pemanahan beristri putri sulung Kyai Ageng Saba, dan melahirkan Mas Ngabehi Loring Pasar atau Sutawijaya. Melalui perhelatan politik Jawa kala itu akhirnya Sutawijaya mampu mendirikan kerajaan Mataram menggantikan Pajang.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.7pt;">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.7pt;">
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Sang Penangkap Petir<o:p></o:p></span></b></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.7pt;">
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtQwYih6HXz3VDCe-BWnTcOXCzTW9xOXD2Z5CHG_bvJhVz4Taf9ugl9sMjagtkZqGslB-i1-JBxtCbOgDkf6YKd31Yx13gb4xykfFG2u5PpC_OMAqmrG3ekDr7u_UBx0whFZ5eyvblxg/s1600/kilat.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtQwYih6HXz3VDCe-BWnTcOXCzTW9xOXD2Z5CHG_bvJhVz4Taf9ugl9sMjagtkZqGslB-i1-JBxtCbOgDkf6YKd31Yx13gb4xykfFG2u5PpC_OMAqmrG3ekDr7u_UBx0whFZ5eyvblxg/s320/kilat.jpg" width="320" /></a></div>
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Kisah ini terjadi pada jaman ketika Sultan Demak Trenggana masih hidup. Syahdan pada suatu sore sekitar waktu ashar, Ki Ageng Sela sedang mencangkul sawah. Hari itu sangat mendung, pertanda hari akan hujan. Tidak lama memang benar - benar hujan lebat turun. Petir datang menyambar-nyambar. Petani lain terbirit-birit lari pulang ke rumah karena ketakutan. Tetapi Ki Ageng Sela tetap enak - enak menyangkul, baru sebentar dia mencangkul, datanglah petir itu menyambar Ki Ageng Selo. Gelegar..... petir menyambar cangkul di genggaman Ki Ageng. Namun, ia tetap berdiri tegar, tubuhnya utuh, tidak gosong, tidak koyak. Petir berhasil ditangkap dan diikat, dimasukkan ke dalam batu sebesar genggaman tangan orang dewasa. Lalu, batu itu diserahkan ke Kanjeng Sunan di Kerajaan Istana Demak.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.7pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Kanjeng Sunan Demak –sang Wali Allah-- makin kagum terhadap kesaktian Ki Ageng Selo. Beliau pun memberi arahan, petir hasil tangkapan Ki Ageng Selo tidak boleh diberi air.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.7pt;">
<br />
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"></span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"></span></div>
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;">Kerajaan Demak heboh. Ribuan orang --perpangkat besar dan orang kecil-- datang berduyun-duyun ke istana untuk melihat petir hasil tangkapan Ki Ageng Selo. Suatu hari, datanglah seorang wanita, ia adalah intruder (penyusup) yang menyelinap di balik kerumunan orang-orang yang ingin melihat petirnya Ki Ageng.</span></span></div>
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">
<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.7pt;">
<br />
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Wanita penyusup itu membawa bathok (tempat air dari tempurung kelapa) lalu menyiram batu petir itu dengan air. Gelegar... gedung istana tempat menyimpan batu itupun hancur luluh lantak, oleh ledakan petir. Kanjeng Sunan Demak berkata, wanita intuder pembawa bathok tersebut adalah “petir wanita” pasangan dari petir “lelaki” yang berhasil ditangkap Ki Ageng Selo. Dua sejoli itupun berkumpul kembali menyatu, lalu hilang lenyap.</span></div>
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.7pt;">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.7pt;">
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Versi lainnya<o:p></o:p></span></b></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.7pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Versi lain menyebutkan petir yang ditangkap oleh Ki Ageng Selo berwujud seorang kakek. Kakek itu cepat - cepat ditangkap nya dan kena, kemudian diikat dipohon gandri, dan dia meneruskan mencangkul sawahnya. Setelah cukup, dia pulang dan “ bledheg “ itu dibawa pulang dan dihaturkan kepada Sultan demak. Oleh Sultan “ bledheg “ itu ditaruh didalam jeruji besi yang kuat dan ditaruh ditengah alun - alun. Banyak orang yang berdatangan untuk melihat ujud “ bledheg “ itu. Ketika itu datanglah seorang nenek - nenek dengan membawa air kendi. Air itu diberikan kepada kakek “ bledheg “ dan diminumnya. Setelah minum terdengarlah menggelegar memekakkan telinga. Bersamaan dengan itu lenyaplah kakek dan nenek “ bledheg : tersebut, sedang jeruji besi tempat mengurung kakek “ bledheg hancur berantakan.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.7pt;">
<br />
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Sejak saat itulah, petir tak pernah unjuk sambar di Desa Selo, apalagi di masjid yang mengabadikan nama Ki Ageng Selo. "Dengan menyebut nama Ki Ageng Selo saja, petir tak berani menyambar," kata Sarwono kepada Gatra.</span></div>
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.7pt;">
<br />
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Soal petir yang tidak pernah ada di Desa Selo diakui oleh Sakhsun, 54 tahun. Selama 22 tahun ia menjadi muazin Masjid Ki Ageng Selo, dan baru pada akhir November 2004 dilaporkan ada petir yang menyambar kubah masjid Ki Ageng Selo. Lelaki berambut putih itu pun terkena dampaknya. Petir itu menyambar sewaktu ia memegang mikrofon hendak mengumadangkan azan asar.</span></div>
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18.7pt;">
<br />
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Sakhsun pun tersengat. Bibirnya bengkak. "Saya tidak tahu itu isyarat apa. Segala kejadian kan bisa dijadikan sebagai peringatan bagi kita untuk lebih beriman," katanya. Dia sedang menebak-nebak apa yang bakal terjadi di desa itu. Menurut kepercayaan setempat, kubah masjid adalah simbol pemimpin. Apakah artinya ada pemimpin setempat yang akan tumbang?</span></div>
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;">
<br />
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"><b style="font-size: 12pt;">Larangan Menjual Nasi</b></span></div>
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Suatu hari ada dua orang pemuda yang bertamu ke rumah Ki Ageng Selo, Mereka bermaksud hendak belajar ilmu agama pada KI Ageng Selo. Sebagai tuan rumah yang baik, KI Ageng selo menghidangkan nasi pada mereka, namun mereka menolakya dengan alasan masih kenyang. Setelah merasa sudah cukup ( belajar ilmu agama ), kedua pemuda itu pun memohon untuk pamit pulang. Sepulang dari rumah Ki Ageng, kedua pemuda itu tidak langsung pulang, melainkan mampir ke warung nasi dulu untuk makan. KI Ageng Selo melihat hal itu. Beliau merasa sakit hati dan setelah itu beliau berkata “ Orang-orang di desa selo tidak boleh menjual nasi, kalau ada yang melanggarnya maka bledheg akan menyambar-nyambar di langit desa Selo “. Hingga saat ini penduduk yang tinggal di sekitar Komplek Makam KI Ageng Selo tidak ada yang menjual nasi.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;">
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Napak Tilas KI Ageng Selo<o:p></o:p></span></b></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Terletak di dusun Krajan, RT II RW 02, Desa Selo Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan. Tempat ini juga merupakan salah satu tempat wisata di Kabupaten Grobogan karena mengandung nilai-nilai sejarah yang luar biasa.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;">
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Tempat-tempat penting yang masih berkaitan dengan KI Ageng Selo<o:p></o:p></span></b></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-indent: -0.25in;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">1. Makam KI Ageng Tarub<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Terletak di desa Tarub, Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan sekitar 4 Km dari Makam KI Ageng Selo. Beliau adalah Buyut dari KI Ageng Selo. Di komplek Makam ada gentong yang airnya berasal dari sendang bidadari.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-indent: -0.25in;">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-indent: -0.25in;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">2. Makam Bondan Kejawan / Lembu Peteng ( Kakek KI Ageng Selo )<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Terletak di dusun Mbarahan Desa Tarub, Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan. Sekitar 3 Km dari Makam KI Ageng Selo. Di area komplek makam banyak di bangun patung dan stupa. Kini kondisinya semakin tidak terawat. Banyak patung yang mulai rusak. Namun masih banyak orang yang datang untuk berziarah<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-indent: -0.25in;">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-indent: -0.25in;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">3. KI Ageng Getas Pendowo<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-indent: -0.25in;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"> Beliau adalah Bapak dari KI Ageng Selo. Makamnya terletak di Kuripan Purwodadi sekitar 15 Km dari Makam KI Ageng Selo.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br class="Apple-interchange-newline" /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10018071273892975412noreply@blogger.com26tag:blogger.com,1999:blog-2745027681920185724.post-39172776665161923332012-09-24T04:41:00.001-07:002012-10-02T09:00:23.517-07:004. Ki Ageng Henis Menurunkan<br />
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhmSPzYC4TnHFr58xiRpCuZWaLJvzrgscEmJsMiBQzBLoOZ-_Iw-i9qZi_qGPSu2qoS9SFWefBZOToBZHuGeqVCyEq4wJlz86_ADgNGFwMiF-zDMEoOG2fKD0WApu885fg-oMr6WRxNRw/s1600/imagesjjjj.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhmSPzYC4TnHFr58xiRpCuZWaLJvzrgscEmJsMiBQzBLoOZ-_Iw-i9qZi_qGPSu2qoS9SFWefBZOToBZHuGeqVCyEq4wJlz86_ADgNGFwMiF-zDMEoOG2fKD0WApu885fg-oMr6WRxNRw/s1600/imagesjjjj.jpeg" /></a><span style="font-family: 'Arial Narrow';"><span style="font-size: large;"><b>S</b></span></span><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">aat ini sangat jarang generasi muda kita mengenal tokoh bernama Ki Ageng Enis ini. Bahkan masyarakat di mana beliau pernah hidup ,banyak yang tidak paham di mana letak makam beliau. Jika diberikan petunjuk makam yang terletak di Masjid Laweyan ( Ada yang menyebut Langgar Merdeka ? ) Masjid tertua di Kota Solo, orang masih mengernyitkan dahi karena Masjid tertua itupun tidak dikenal oleh sebagian masyarakat Solo. Padahal sejarah Kerajaan Mataram Islam yang menjadi cikal “Tree Kingdom” yaitu Kasunan, Mangkunegaran, dan Ngayogyakarto Hadiningrat bermula dari Ki Ageng Enis.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Ki Ageng Enis adalah keturunan langsung atau putra bungsu dari Ki Ageng Selo. Ki Ageng Selo sendiri terkenal dengan legenda menangkap petirnya yang masih sering kita dengar di cerita rakyat. Ki Ageng Enis dikenal sebagai ulama pada jamannya. Beliau mengabdi kepada Sultan Pajang Hadiwijoyo (Joko Tingkir) dan diberikan tanah perdikan di Laweyan yang kemudian menjadi cikal Masjid Laweyan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Masjid Laweyan sendiri konon dahulu merupakan sebuah Pura Agama Hindu milik Ki Ageng Beluk. Laweyan pada era Kerajaan Pajang masih dihuni oleh mayoritas warga beragama Hindu. Setelah sekian waktu Ki Ageng Enis tinggal di Laweyan, Ki Ageng Beluk tertarik masuk Islam dan menyerahkan Pura-nya untuk dijadikan masjid. Jadilah wilayah Masjid Laweyan ini menjadi pusat penyebaran Agama Islam pada waktu itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Panembahan Senopati Raja Mataram Islam pertama, ketika kecil hidup di Laweyan yaitu di Kampung Lor Pasar sehingga beliau sering disebut dengan Mas Ngabehi Loring Pasar. Lalu apakah Panembahan Senopati dan Ki Ageng Enis hidup dalam jaman yang sama? Jawabannya adalah benar, karena Panembahan Senopati adalah Putra dari Ki Ageng Pemanahan dan cucu dari Ki Ageng Enis. Konon kesaktian dan ilmu agama Panembahan Senopati atau Danang Sutowijoyo adalah hasil dari didikan Ki Ageng Enis yang karena kesaktiannya mendapat julukan Ki Ageng Luwih. Luwih dalam hal ini bermakna linuwih atau sangat sakti. Ki Ageng Enis sangat dihormati oleh masyarakatnya karena selain mempunyai kesaktian tinggi juga dikenal sebagai ulama yang alim. Masa hidupnya dihabiskan di masjid untuk beribadah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJcThO2WvsttT83fIl1iyEBPz8rmADWrVxI43uWaj73lVGPZWUaBm6uyrXox-Fcv5PZuHEMXEe4guREN-ZNHhWpyTEFo2w313c7a3mipaPFqueYcyDLcGBoLckBCms-YELX5_X2-VEUA/s1600/henis.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJcThO2WvsttT83fIl1iyEBPz8rmADWrVxI43uWaj73lVGPZWUaBm6uyrXox-Fcv5PZuHEMXEe4guREN-ZNHhWpyTEFo2w313c7a3mipaPFqueYcyDLcGBoLckBCms-YELX5_X2-VEUA/s320/henis.jpg" width="320" /></a></div>
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Ketika terjadi pemberontakan Raden Mas Garendi terhadap Pakubuwono II, Masjid Laweyan menjadi tempat pelarian Pakubuwono II dan sekaligus menjadi tempat tirakat beliau memohon kepada Allah SWT untuk dapat merebut Kartosuro kembali. Ketika pemberontakan bisa dipadamkan, Pakubuwono II membuat gerbang khusus untuk dilalui beliau jika akan berziarah ke Makam Ki Ageng Enis. Namun gerbang ini hanya dipakai satu kali karena satu tahun setelah pembuatannya Pakubuwono II meninggal. Jenazahnya dimakamkan di komplek makam Ki Ageng Enis maka komplek makam ini sering disebut dengan Astana Laweyan. Beberapa waktu kemudian makam Pakubuwono II dipindahkan di Pajimatan Makam Raja Mataram Imogiri.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Jika berziarah di Laweyan , lokasinya dekat dengan Kampung Batik Laweyan dan Museum Samanhudi. Makam terletak disebelah Masjid Laweyan. Untuk masuk ke dalam sebaiknya lewat juru kunci makam karena komplek mempunyai tiga gerbang dimana gerbang ke-dua biasanya terkunci. Komplek makam Astana Laweyan ini merupkan komplek makam tua yang sudah berumur 500 tahun lebih. Di sekitar makam terdapat pohon-pohon yang disebut pohon nagasari yang bermakna sebagai pelindung makam (dijaga oleh para naga). Makam yang bersebelahan langsung dengan <b><span style="color: blue;">makam Ki Ageng Enis adalah Nyi Ageng Pandanaran dan Nyi Ageng Pati</span></b>.Ki Ageng Enis diperkirakan berdakwah pada sekitar Tahun 1550 M sampai dengan Tahun 1600-an masehi. Beliau masih keturunan dari Brawijaya V Raja Majapahit terakhir. Dalam cerita rakyat setempat konon kerangka dan mahkota Brawijaya V ikut dikuburkan dalam satu liang di Makam Ki Ageng Enis.Wallahualam.</span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10018071273892975412noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-2745027681920185724.post-59384857516574937312012-09-24T04:35:00.001-07:002012-10-07T03:12:00.781-07:005. Ki Ageng Pemanahan Menurunkan<br />
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjsoi2A66q3Z2vcCOGdnxk7Kzw8wxux3-eADnZ3YacmXEHo-4E2SCukRiX-u9VI1045csG1LMtWKN_iZp1m_Lju4WUGjvpEsE-vZW_-G2_3NBsCBW7bEiE-EMbZ6fMrI8-n4dog4Inwhg/s1600/Ki_Ageng_Pemanahan.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjsoi2A66q3Z2vcCOGdnxk7Kzw8wxux3-eADnZ3YacmXEHo-4E2SCukRiX-u9VI1045csG1LMtWKN_iZp1m_Lju4WUGjvpEsE-vZW_-G2_3NBsCBW7bEiE-EMbZ6fMrI8-n4dog4Inwhg/s320/Ki_Ageng_Pemanahan.jpg" width="240" /></a><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: large;"><b>K</b></span>i Ageng Pamanahan adalah putra Ki Ageng Henis, putra Ki Ageng Selo. Ia menikah dengan sepupunya sendiri, yaitu Nyai Sabinah, putri Nyai Ageng Saba (kakak perempuan Ki Ageng Henis). Ki Pamanahan dan adik angkatnya, yang bernama Ki Penjawi, mengabdi pada Hadiwijoyo bupati Pajang yang juga murid Ki Ageng Selo. Keduanya dianggap kakak oleh raja dan dijadikan sebagai lurah wiratamtama di Pajang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sepeninggal Sultan Trenggana tahun 1546, Kesultanan Demak mengalami perpecahan akibat perebutan takhta. Putra Sultan yang naik takhta bergelar Sunan Prawata tewas dibunuh sepupunya sendiri, yaitu Arya Penangsang bupati Jipang. Arya Penangsang yang didukung Sunan Kudus juga membunuh Pangeran Hadiri, suami Ratu Kalinyamat, putri Sultan Trenggana. Sejak itu, Ratu Kalinyamat memilih hidup bertapa di Gunung Danaraja menunggu kematian Arya Penangsang bupati Jipang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Arya Penangsang ganti mengirim utusan untuk membunuh Hadiwijaya di Pajang tapi gagal. Sunan Kudus pura-pura mengundang keduanya untuk berdamai. Hadiwijaya dating ke Kudus dikawal Ki Pamanahan. Pada kesempatan itu, Ki Pamanahan berhasil menyelamatkan Hadiwijaya dari kursi jebakan yang sudah dipersiapkan Sunan Kudus.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dalam perjalanan pulang, Hadiwijaya singgah ke Gunung Danaraja. Ki Pamanahan bekerja sama dengan Ratu Kalinyamat membujuk Hadiwijaya supaya bersedia menghadapi Arya Penangsang. Sebagai hadiah, Ratu Kalinyamat memberikan cincin pusakanya kepada Ki Pamanahan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Hadiwijaya segan memerangi Arya Penangsang karena masih sama-sama anggota keluarga Kesultanan Demak. Maka, ia pun mengumumkan sayembara, barang siapa bisa membunuh Arya Penangsang akan mendapatkan hadiah tanah Mataram dan Pati<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ki Pamanahan dan Ki Penjawi mengikuti sayembara atas desakan Ki Juru Martani (kakak ipar Ki Pamanahan). Putra Ki Pamanahan yang juga anak angkat Hadiwijaya, bernama Sutawijaya ikut serta. Hadiwijaya tidak tega sehingga memberikan pasukan Pajang untuk melindungi Sutawijaya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Perang antara pasukan Ki Pamanahan dan Arya Penangsang terjadi di dekat Bengawan Sore. Berkat siasat cerdik yang disusun Ki Juru Martani, Arya Penangsang tewas di tangan Sutawijaya. Ki Juru Martani menyampaikan laporan palsu kepada Hadiwijaya bahwa Arya Penangsang mati dibunuh Ki Pamanahan dan Ki Penjawi. Apabila yang disampaikan adalah berita sebenarnya, maka dapat dipastikan Hadiwijaya akan lupa memberi hadiah sayembara mengingat Sutawijaya adalah anak angkatnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Hadiwijaya memberikan hadiah berupa tanah Mataram dan Pati. Ki Pamanahan yang merasa lebih tua mengalah memilih Mataram yang masih berupa hutan lebat, sedangkan Ki Penjawi mandapat daerah Pati yang saat itu sudah berwujud kota. Bumi Mataram adalah bekas kerajaan kuno yang runtuh tahun 929. Seiring berjalannya waktu, daerah ini semakin sepi sampai akhirnya tertutup hutan lebat. Masyarakat menyebut hutan yang menutupi Mataram dengan nama Alas Mentaok.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Setelah kematian Arya Penangsang tahun 1549, Hadiwijaya dilantik menjadi raja baru penerus Kesultanan Demak. Pusat kerajaan dipindah ke Pajang, di daerah pedalaman. Pada acara pelantikan, Sunan Prapen cucu (Sunan Giri) meramalkan kelak di daerah Mataram akan berdiri sebuah kerajaan yang lebih besar dari pada Pajang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ramalan tersebut membuat Sultan Hadiwijaya resah. Sehingga penyerahan Alas Mentaok kepada Ki Pamanahan ditunda-tunda sampai tahun 1556. Hal ini diketahui oleh Sunan Kalijaga, guru mereka. Keduanya pun dipertemukan. Dengan disaksikan Sunan Kalijaga, Ki Pamanahan bersumpah akan selalu setia kepada Sultan Hadiwijaya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Maka sejak tahun 1556 itu, Ki Pamanahan sekeluarga, termasuk Ki Juru Martani, pindah ke Hutan Mentaok, yang kemudian dibuka menjadi desa Mataram. Ki Pamanahan menjadi kepala desa pertama bergelar Ki Ageng Mataram. Adapun status desa Mataram adalah desa perdikan atau daerah bebas pajak, di mana Ki Ageng Mataram hanya punya kewajiban menghadap saja.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Babad Tanah Jawi juga mengisahkan keistimewaan lain yang dimiliki Ki Ageng Pamanahan selaku leluhur raja-raja Mataram. Konon, sesudah membuka desa Mataram, Ki Pamanahan pergi mengunjungi sahabatnya di desa Giring. Pada saat itu Ki Ageng Giring baru saja mendapatkan buah kelapa muda bertuah yang jika diminum airnya sampai habis, si peminum akan menurunkan raja-raja Jawa.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ki Pamanahan tiba di rumah Ki Ageng Giring dalam keadaan haus. Ia langsung menuju dapur dan menemukan kelapa muda ajaib itu. Dalam sekali teguk, Ki Pamanahan menghabiskan airnya. Ki Giring tiba di rumah sehabis mandi di sungai. Ia kecewa karena tidak jadi meminum air kelapa bertuah tersebut. Namun, akhirnya Ki Ageng Giring pasrah pada takdir bahwa Ki Ageng Pamanahan yang dipilih Tuhan untuk menurunkan raja-raja pulau Jawa.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ki Ageng Pamanahan memimpin desa Mataram sampai meninggal tahun 1584. Ia digantikan putranya, yaitu Sutawijaya sebagai pemimpin desa selanjutnya.Kelak Sutawijaya menjadi raja Mataram Islam yang pertama dengan nama Panembaha Senopati.<o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Bersambung ke No </span><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt; text-indent: 9pt;">6. Raden bagus Danang Soetowidjoyo (Panembahan Senopati)</span><br />
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 9pt;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;"><o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br class="Apple-interchange-newline" /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10018071273892975412noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2745027681920185724.post-61540006142473293382012-09-24T04:33:00.001-07:002012-10-07T03:14:21.285-07:006. Raden Bagus Danang Soetowidjoyo menurunkan<br />
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;">
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhpQ9h5f5_P6wfFsevcTZdpNqFQ9otXO85b7F98lVXckWDOqKLIQbLQJIHY6jD_XZayJLa23j-PBXHXo7Jl7_GoeA59yiALMtDxjtLDYq8V-NuUWWSMB2s5HfBXWPIDZEWEzpEG37GvXQ/s1600/danang.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhpQ9h5f5_P6wfFsevcTZdpNqFQ9otXO85b7F98lVXckWDOqKLIQbLQJIHY6jD_XZayJLa23j-PBXHXo7Jl7_GoeA59yiALMtDxjtLDYq8V-NuUWWSMB2s5HfBXWPIDZEWEzpEG37GvXQ/s1600/danang.jpg" /></a><span style="color: red; font-family: 'Arial Narrow'; font-size: large;"><b>P</b></span><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">anembahan Senopati </span><span style="font-family: Arial Narrow;">(Panembahan Senopati)</span><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">, Raden Bagus Danang Sutowijoyo adalah putera sulung Ki Pemanahan. Kalau dirunut pada silsilah, Prabu Brawijaya pada perkawinannya dengan Dewi Wandan (wanita yang berkulit kehitam-hitaman) melahirkan Ki Bondan Kejawan yang kemudian memperistri Nyai Nawangsih putera Ki Gede Tarub dan melahirkan Ki Ageng Getas Pendowo atau Syekh Ngabdullah dan seorang puteri (dinikahkan dengan Ki Ageng Ngerang). Ki Ageng Getas Pendowo memiliki 6 putera, Ki Ageng Selo, Nyai Ageng Pakis, Nyai Ageng Purno, Nyai Ageng Wanglu, Nyai Ageng Bokong, dan Nyai Ageng Adibaya. Keturunan Ki Ageng Selo, dari 7 hanya satu yang laki-laki yaitu Ki Ageng Ngenis yang kemudian berputera Ki Ageng Pemanahan yang selanjutnya melahirkan Sutowijoyo. </span><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Sesuai pesan ayahnya, Ki Pemanahan dan restu sultan Pajang, Sutowijoyo menggantikan ayahnya sebagai pembesar atau Panembahan Mataram. Seperti dikatakan oleh Panembahan Giri dan Kanjeng Sunan Kalijaga, keturunan Ki Pemanahan kelak akan menjadi raja aung yang meguasai tanah </span><a href="http://basa-jawa.blogspot.com/" style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;"><span style="color: black; text-decoration: none;">Jawa</span></a><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">. Sebagaimana ayahnya, Sutowijoyoselalu mencari kebenaran tentang dua ramalan nujum dua orang sesepuh itu.</span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;">
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Menjelang tengah malam Sutowijoyo keluar dari istana dengan diserta lima orang pengawalnya menuju ke Lipuro. Dan selanjutnya ia tidur di atas kumuloso, sebuah batu hitam yang halus permukaannya. Kepergiannya membuat kaget Ki Juru Mertani (paman dari ibu) karena tidak menemukannya di rumah. Namun, Ki Juru mengetahui dan hafal kemana putranya kemenakannya pergi. Setibanya di Lipuro, didapati Sutowijoyo sedang tidur pulas, kemudian dibangunlah Sutowijoyo dengan berucap: "Tole, bangunlah!. Katanya ingin menjadi raja, mengapa enak-enak tidur saja". Tiba-tiba dilihat Ki Juru Mertani ada sebuah bintang sebesar buah kelapa yang masih utuh terletak di kepala Sutowijoyo, kemudian ia membangunkannya. "Tole, bangunlah segera. Yang bersinar di atas kepalamu seperti bulan itu apa?". Bintang itu menjawab seperti manusia: "Ketahuilah, aku ini bintang memberi khabar kepadamu, maksudmu bersemedi dengan khusyuk, meminta kepada Tuhan yang Mahakuasa, sekarang sudah diterima oleh-Nya.</span></div>
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;">
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;">Yang kamu minta diizinkan, kamu akan menjadi raja menguasai tanah Jawa, turun sampai anak cucumu, akan menjadi raja di Mataram tiada bandingnya. Sangat ditakuti oleh lawan, kaya dengan emas dan permata. Kelak buyutmu yang menjadi raja di Mataram, negara kemudian pecah. Sering terjadi gerhana matahari, gunung meletus, hujan abu atau lumpur. Itu pertanda akan rusak". Setelah berkata demikian bintang itu lalu menghilang. Sutowijoyo berkata dalam hati "permohonanku sudah dikabulkan oleh Tuhan., niatku menjadi raja menggantikan kanjeng Sultan (Pajang), turun sampai anka cucuku, sebagai pelita tanah </span><a href="http://basa-jawa.blogspot.com/" style="font-size: 12pt;"><span style="color: black; text-decoration: none;">Jawa</span></a><span style="font-size: 12pt;">, orang tanah Jawa semuanya tunduk".</span></span></div>
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;">
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Lain halnya dengan Ki Juru Mertani, ia mengetahui apa yang dipikirkan putra kemenakannya itu, kemudian ia bertutur lembut. "Senopati, kamu jangan berfikir sombong, memastikan barang yang belum tentu terjadi. Itu tidak benar. Jika kamu percaya pada omongan bintang, itu kamu salah. Sebab itu namanya suara ghaib, boleh benar boleh bohong. Tidak dapat ditangkap seperti lidah manusia, dan kelak jika kamu benar-benar berperang melawan orang Pajang, tentu bintang itu tidak bisa kamu tagih atau kamu minta pertolongannya.Tidak salah jika aku dan kamu menjadi raja Mataram dan kalah dalam perangnya, tidak luput juga menjadi tawanan".</span></div>
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;">
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Mendengar perkataan pamannya, Senopati akhirnya sadar, dan tidak lupa minta maaf. Dan selanjutnya Senopati berkata "Paman, bagaimana petunjuk paman, saya akan menurut. Diumpamakan saya adalah sebuah perahu dan paman adalah kemudinya". Selanjutnya Ki Juru Mertani bertutur, "Tole, kalau kau sudah menurut, mari kita memohon lagi kepada TUhan, semua yang sulit mudah-mudahan bisa dimudahkan. Mari kita membagi tugas. Kamu pergi ke laut selatan dan aku akan pergi ke Gunung Merapi, Meneges kepada Tuhan. Mari kita berangkat".</span></div>
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;">
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Keduanya berpisah sesuai kesepakatan. Sutowijoyo berangkat ke laut kidul melalui kali Opak (Ompak) menghanyutkan diri hingga sampai laut kidul, bertapa seperti yang biasa dilakukan oleh ayahnya, Ki Pemanahan. Istana laut kidul geger, hawa di laut kidul memanas.Air laut kidul memanas membuat seisi laut ribut. Seluruh penghuninya terkena hawa panas karena cipta dan rasa Senopati Sutowijoyo yang mengheningkan cipta dengan membaca doa.</span></div>
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;">
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Ratu laut kidul keluar dari istananya, dan melihat dunia luar. Ia tidak melihat apa-apa kecuali seorang pemuda yang berdiri mematung dengan mengheningkan cipta. Ratu laut kidul langsung menuju ke arah pemuda itu, dan langsung bersujud dan meminta belas kasihan kepada pemuda itu, yang tidk lain Senopati Sutowijoyo.</span></div>
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;">
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">"Silahkan tuan menghilangkan kesedihan hati paduka supaya segera hilang adanya huru-hara ini, dan segera kembali kerusakan-kerusakan yang terjadi pada isi laut. Tuan, kasihanilah hamba, karena laut ini saya yang menjaga. Bahwa apa yang tuan mohon telah dikabulkan oleh Tuhan, sekarang sudah terkabul. Paduka dan turun paduka akan menjadi raja, memerintah tanah Jawa tidak saingannya. Seluruh jin dan peri semuanya tunduk pada paduka. Apabila kelak paduka mendapat musuh, semuanya akan membantu. Sekehendak paduka, mereka menurut saja. Karena paduka pendiri (cikal bakal) raja Tanah Jawa ini".</span></div>
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;">
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Mulailah hubungan Senopati Sutowijoyo dengan Ratu laut kidul. Berhari-hari Senopati berada di laut kidul bersama sang ratunya. Terucap oleh Senopati, "Seandainya Mataram mendapat musuh, siapa yang akan memberi tahu ratu kidul? orang mataram tidak ada yang bisa melihat Ratu Laut Kidul". "Itu soal gampang saja. Jika paduka membutuhkan saya, dan hendak memanggil saya, sedakep mengheningkan cipta kemudian menghadap ke angkasa. Tentu hamba akan segera datang dengan membawa prajurit lengkpa dengan perlengkapan perang",jawab Ratu Laut Kidul.</span></div>
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;">
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Setelah itu Senopati minta diri untuk kembali ke Mataram. Senopati muncul dari dalam air dan jalan di atas laut seperti halnya orang berjalan di darat yang halus. Tetapi betapa kagetnya ketika sudah sampai pada tepi Parangtritis, ia melihat Kanjeng Sunan Kalijaga sidah ada di tempat itu. Senopati menuju ke tempat Sunan Kalijaga dan melakukan tafakur, dan minta maaf atas tindakannya yang berjalan di atas air dan tidak basah.</span></div>
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;">
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Kanjeng Sunan Kalijaga bersabda, "Senopati hentikan kamu memamerkan kesaktian dengan berjalan di atas air dan tidak. Itu namanya tindakan seorang yang kibir (sombong). Para wali tidak mau memakai cara yang demikian itu, karena akan mendapat murka dari Tuhan. Jika kamu ingin selamanya menjadi raja, berjalanlah seperti sebenarnya orang berjalan. Mari ke Mataram, saya ingin melihat rumahmu".</span><br />
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;"><br /></span><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Arial Narrow;">Bersambung ke No</span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> </span></span></span><b><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: x-small;">7. Raden Mas Jolang ( Panembahan Hanyokrowati Mataram)</span></b><br />
<div class="MsoNormal">
<b><span style="font-size: 12pt;"><o:p></o:p></span></b></div>
</div>
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;"><o:p></o:p></span></div>
<br />
<br class="Apple-interchange-newline" />Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10018071273892975412noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2745027681920185724.post-53508364836564126412012-09-24T04:28:00.001-07:002012-10-07T03:15:50.854-07:007. Raden Mas Jolang menurunkan<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTsfDABj6CRfUdwyIxi0YodIyMhjtrbLnNuQYULk5z373tcb1YHqJpwYyMpAza6SfZPT3C339l5MeoJMML2d7nPDf3TtLjBdwnMdSuT5XPjjXmm3Tc5m7y5FBrmg4bBzPdf6ENXqbQLQ/s1600/jolang.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="214" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTsfDABj6CRfUdwyIxi0YodIyMhjtrbLnNuQYULk5z373tcb1YHqJpwYyMpAza6SfZPT3C339l5MeoJMML2d7nPDf3TtLjBdwnMdSuT5XPjjXmm3Tc5m7y5FBrmg4bBzPdf6ENXqbQLQ/s320/jolang.jpg" width="320" /></a><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: large;"><b>S</b></span>ri Susuhunan Adi Prabu Hanyakrawati Senapati-ing-Ngalaga mataram (lahir: Kotagede, ? - wafat: Krapyak, 1613 adalah raja kedua Kesultanan Mataram yang memerintah pada tahun 1601-1613. Ia juga sering disebut dengan gelar anumertaPanembahan Seda ing Krapyak, atau cukup Panembahan Seda Krapyak, yang bermakna "Baginda yang wafat di Krapyak". Tokoh ini merupakan ayah dari Sultan Agung, raja terbesar Mataram yang juga pahlawan nasional Indonesia.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Nama asli Prabu Hanyakrawati adalah Raden Mas Jolang ( Panembahan Hanyokrowati Mataram)</span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> , putra Panembahan Senapati raja pertama Kesultanan Mataram. Ibunya bernama Ratu Mas Waskitajawi, putri Ki Ageng Panjawi, penguasa Pati. Antara kedua orang tua Mas Jolang tersebut masih terjalin hubungan sepupu.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ketika menjabat sebagai Adipati Anom (putra mahkota), Mas Jolang menikah dengan Ratu Tulungayu putri dari Ponorogo. Namun perkawinan tersebut tidak juga dikaruniai putra, padahal Mas Jolang terlanjur berjanji jika kelak dirinya menjadi raja, kedudukan Adipati Anom akan diwariskan kepada putra yang dilahirkan Ratu Tulungayu.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Mas Jolang kemudian menikah lagi dengan Dyah Banowati putri Pangeran Benawa raja Pajang. Dyah Banowati yang kemudian bergelar Ratu Mas Hadi melahirkan Raden Mas Rangsang dan Ratu Pandansari (kelak menjadi istri Pangeran Pekik).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Empat tahun setelah Mas Jolang naik takhta, ternyata Ratu Tulungayu melahirkan seorang putra bernama Raden Mas Wuryah alias Adipati Martapura. Padahal saat itu jabatan adipati anom telah dipegang oleh Mas Rangsang.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b>Peran awal</b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Mas Jolang pernah dikirim ayahnya untuk menghadapi pemberontakan pamannya dari pihak ibu, yaitu Adipati Pragola dari Pati tahun 1600.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pemberontakan tersebut dipicu oleh perkawinan Panembahan Senapati dengan Retno Dumilah putri Madiun sebagai permaisuri kedua. Pragola marah karena khawatir kedudukan kakaknya (Ratu Mas Waskitajawi) terancam. Ia pun memberontak menyatakan Pati lepas dari Mataram.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Panembahan Senapati menugasi Mas Jolang untuk memadamkan pemberontakan Pragola. Namun ia tidak mampu mengalahkan kesaktian pamannya itu. Ia bahkan jatuh pingsan karena terluka menghadapi Pragola dan terpaksa dibawa mundur oleh pasukannya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pemberontakan Adipati Pragola akhirnya ditumpas langsung oleh Panembahan Senapati sendiri.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b>Pemberontakan Pangeran Puger</b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pangeran Puger alias Raden Mas Kentol Kejuron adalah putra kedua Panembahan Senapati yang lahir dari selir bernama Nyai Adisara. Saat itu putra pertama Senapati yang bernama Raden Rangga Samudra (lahir dari Rara Semangkin) telah meninggal sejak lama. Hal ini membuat Pangeran Puger menjadi putra tertua dan merasa lebih berhak atas takhta Kesultanan Mataram daripada Mas Jolang.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Panembahan Senapati meninggal pada tahun 1601 dan digantikan oleh Mas Jolang sebagai raja Mataram selanjutnya, yang bergelar Prabu Hanyakrawati. Pengangkatan tersebut membuat Pangeran Puger sakit hati dan tidak mau menghadap ke pertemuan kenegaraan. menyadari hal itu, Hanyakrawati pun mengangkat kakaknya itu sebagai adipati Demak.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Meskipun demikian, Pangeran Puger tetap saja memberontak pada tahun 1602. Perang saudara antara Mataram dan Demak pun meletus. Akhirnya, pada tahun 1605 Pangeran Puger dapat ditangkap dan dibuang ke Kudus.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pemberontakan selanjutnya terjadi pada tahun 1607, dilakukan oleh Pangeran Jayaraga (alias Raden Mas Barthotot), adik Hanyakrawati yang menjadi bupati Ponorogo. Pemberontakan ini dipadamkan oleh adik yang lain, yaitu Pangeran Pringgalaya (alias Raden Mas Julik putra Retno Dumilah). Jayaraga tertangkap dan dibuang ke Masjid Watu di Nusakambangan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b>Menyerang Surabaya</b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pada tahun 1610 Hanyakrawati melanjutkan usaha ayahnya, yaitu menaklukkan Surabaya, musuh terkuat Mataram. Serangan-serangan yang dilakukannya sampai akhir pemerintahannya tahun 1613 hanya mampu memperlemah perekonomian Surabaya namun tidak mampu menjatuhkan kota tersebut.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Serangan pada tahun 1613 sempat menyebabkan pos-pos VOC di Gresik dan Jortan ikut terbakar. Sebagai permintaan maaf, Hanyakrawati mengizinkan VOC mendirikan pos dagang baru di Jepara. Ia juga mencoba menjalin hubungan dengan markas besar VOC di Ambon.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b>Kematian di Krapyak</b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Prabu Hanyakrawati meninggal dunia pada tahun 1613 karena kecelakaan sewaktu berburu kijang di Hutan Krapyak. Oleh karena itu, ia pun terkenal dengan gelar anumerta Panembahan Seda ing Krapyak.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Putra yang ditunjuk sebagai raja selanjutnya adalah Mas Rangsang Namun, karena sebelumnyua pernah berjanji pada istri pertama (Ratu Tulungayu), maka Mas Wuryah pun lebih dahulu dijadikan raja bergelar Adipati Martopuro selama satu hari.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Bersambung </span><b><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">8. Pageran Kajoran ( mataram)</span></span></b></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10018071273892975412noreply@blogger.com35tag:blogger.com,1999:blog-2745027681920185724.post-33836425025575584782012-09-24T04:25:00.001-07:002012-10-07T03:16:46.332-07:008. Pageran Kajoran ( mataram) Menurunkan<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-QI7XMO36gupolOh1K_COXGAzdHu7vu5wdHdddDj1Ey_0-AyyuvKxHVJEqFhJdr6Iyr5uw4LHpPuKzfbma1GqLzg9CsBvhJ8NMoFZgNUdDHpEdwpdrLuLk_o5F92mRbWdfBaz4U3b1A/s1600/161692_100000425456966_3142691_q+(1).jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-QI7XMO36gupolOh1K_COXGAzdHu7vu5wdHdddDj1Ey_0-AyyuvKxHVJEqFhJdr6Iyr5uw4LHpPuKzfbma1GqLzg9CsBvhJ8NMoFZgNUdDHpEdwpdrLuLk_o5F92mRbWdfBaz4U3b1A/s400/161692_100000425456966_3142691_q+(1).jpg" width="274" /></a><br />
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow';"><span style="font-size: large;"><b>D</b></span></span><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">esa Kajoran, tempat makam bupati pertama Klaten Letaknya hanya sekitar dua kilometer dari Kota Klaten. Desa ini mudah dijangkau. Hamparan tanaman padi yang menghijau menjadi pemandangan alam yang menjadi ciri khas Desa Kajoran, Kecamatan Klaten Selatan, Klaten ini.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">ZIARAH MAKAM -- Sejumlah orang peziarah berdoa di dekat makam Pangeran Kajoran di Desa Kajoran, Klaten Selatan, Klaten. Pangeran Kajoran diyakini merupakan bupati pertama Klaten. <o:p></o:p></span></i></div>
<div style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;"><br /></span></i></div>
<div style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Di desa itu terdapat sebuah makam tokoh penting dalam sejarah terbentuknya Kabupaten Klaten yaitu Pangeran Kajoran. Pangeran Kajoran merupakan nama lain dari Panembahan Rama yang diyakini sebagai pejabat pertama Bupati Klaten. Menurut cerita masyarakat yang ditulis oleh De Graaf dalam buku<span class="apple-converted-space"> </span><em><span style="border: 1pt none windowtext; padding: 0in;">Sejarah Kajoran</span></em>disebutkan, Pangeran Kajoran merupakan keturunan dari Panembahan Agung yang memiliki silsilah dari Sunan Bayat yang disegani oleh raja dan bangsawan di Keraton Demak, Pajang, dan Mataram Islam.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Pangeran Kajoran merupakan seorang muslim Kejawen yang terkenal memiliki kesaktian dalam ilmu kanuragan. “Aktivitas olah fisik dan batin beliau sangat menonjol. Beliau menjadi tempat bertanya dan dituakan di kalangan masyarakat. Masyarakat menjadikan beliau sebagai imam, karena itu masyarakat menyebutnya dengan Panembahan Rama,” kata pemerhati sejarah kebudayaan Klaten, Nur Tjahjono.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Menurut Tjahjono, Panembahan Rama memiliki peran penting dalam pergerakan menentang Amangkurat I yang menjadi pemicu munculnya konfliks dalam Dinasti Mataram. Kebijakan Amangkurat I dinilai tidak sejalan dengan cita-cita Sultan Agung yang menginginkan kehancuran kolonialisme atau penjajah dari tanah Jawa, serta membangun bangsa yang berkeadilan, berketuhanan dengan semangat kegotongroyongan.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Dikatakan Tjahjono, nilai-nilai perjuangan menentang kezaliman dan kolonialisme telah tertanam dari generasi terdahulu seperti Pangeran Kajoran. Namun begitu, diakuinya, nama Pangeran Kajoran jarang terukir dalam dokumen-dokumen sejarah. “Akan lebih baik jika Makam Pangeran Kajoran dimasukkan dalam paket wisata agar namanya tidak terlupakan di kalangan generasi muda,” harapnya.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Hingga kini, Makam Pangeran Kajoran masih kerap dikujungi peziarah. Mereka tak hanya datang dari Klaten, tetapi juga luar daerah. Setiap perayaan Hari Jadi Klaten, makam Kiai Kajoran juga menjadi rujukan ziarah rombongan para petinggi Kabupaten Klaten.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Menilik sejarahnya,konon Beliau adalah bagian dari Laskar Diponegoro yg karena kekalahan laskar P. Diponegoro,maka seluruh laskar melarikan diri. Ada yg ke timur,utara,barat. Menurut sang juru kunci,beliau menetap di desa Kajoran Kec.Karanggayam Kebumen sampai akhir hayatnya. Beliau dimakamkan di Utara balai desa Kajoran.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;"><br />Yang masih menjadi misteri,karena di daerah lainpun ada makam Pangeran Kajoran,seperti di Klaten, dengan nama mirip. Apakah makam Pangeran Kajoran yang asli di Klaten atau di Kebumen,itu masih misteri.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<br />
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Tetapi,dengan berziarah ke makam beliau,hanya memanjatkan do'a semoga amal beliau sebagai pejuang laskar diponegoro mendapat pahala disisi Allah SWT. Amiin.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Diposkan oleh <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Dalam sejarah keluarga Kesultanan Mataram terdapat tokoh lain yang juga bergelar Pangeran Puger. Salah satunya adalah putra Panembahan Senapati yang lahir dari selir Nyai Adisara, bernama asli Raden Mas Kentol Kejuron. Tokoh ini hidup pada zaman sebelum Pakubuwana I.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Pangeran Puger yang ini pernah memberontak pada tahun 1602 - 1604 terhadap pemerintahan adiknya, yaitu Prabu Hanyokrowati (kakek buyut Pangeran Puger Pakubuwana I).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<b><span style="color: red; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Sejarah Desa Gringgingsari<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam yang telah mengajarkan ilmu kepada manusia dengan kalam. Yang telah memberikan taufiq, hidayah,dan inayah kepada manusia yang Dia kehendaki. Maka sudah sepantasnya kami mengucapkan rasa syukur kepada-Nya dengan ucapan alhamdulillahirrabbil’aalamiin.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Sayyidina, wahabibina, wamaulana, Muhammad Shalawallahu’alaihi Wassalam beserta keluarganya, sahabatnya, dan para pengikutnya, amin ya rabbal’alamiin.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">‘Amma ba’du. Di sini kami akan menceritakan sejarah desa Gringgingsari secara ringkas. Desa Gringgingsari terletak di daerah pegunungan. Termasuk wilayah kecamatan Wonotunggal kabupaten Batang. Dahulunya masuk wilayah kabupaten Pekalongan. Desa Gringgingsari dapat terkenal, karena ada makam Auliya’ yaitu makamnya mbah Syarif Abdurrahman yang terkenal dengan nama mbah Pangeran Kajoran. Makamnya terletak di pemakaman umum desa Gringgingsari yang lokasinya ada di sebelah barat Masjid Al Karomah. Banyak para penziarah yang datang ke makam tersebut untuk berdo’a meminta kepada Allah agar hajatnya terkabul. Mbah Pangeran Kajoran menjadi tumpuan, sandaran warga desa Gringgingsari karena jasanya yang telah membawa pelita, untuk menerangi warga Gringgingsari dari kegelapan, menuju zaman pencerahan. Di sini kami tidak akan menceritakan silsilahnya, karena kurang begitu tahu. Yang akan kami ceritakan adalah perjuangannya di desa Gringgingsari.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<b><span style="color: red; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Desa Gringgingsari<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Berdasarkan riwayat, cerita-cerita dari para sesepuh yang kami terima, bahwa desa Gringgingsari dahulunya bernama Karangsirno. Yang menjadi sesepuhnya adalah mbah Wongsogati I. Agama yang dipeluknya agama Budha. Setelah mbah Wongsogati I meninggal, diganti oleh putranya mbah Bromogati. Setelah mbah Bromogati meninggal diganti oleh putranya yang bernama mbah Wongsogati II, cucu dari mbah Wongsogati I.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Pada waktu dipimpin oleh mbah Wongsogati II desa Karangsirno dilanda musibah, yaitu sejenis penyakit yang dinamakan penyakit to’un dengan gejala pagi sakit sorenya meninggal. Banyak warga desa yang meninggal akibat serangan penyakit tersebut. Sudah banyak cara yang dilakukan untuk meredam penyakit tersebut namun belum juga berhasil. Akhirnya selaku pemimpin yang merasa bertanggung kepada warganya, mbah Wongsogati II pergi ke luar desa dengan tujuan untuk mencari seseorang yang bisa menanggulangi wabah penyakit yang sedang melanda desanya. Dalam perjalanannya beliau melewati sebuah sungai yang bernama kalikupang. Di situ beliau berjumpa dengan dua orang yang sedang berdzikir di tepi sungai. Beliau menunggu kedua orang tersebut. Setelah mereka selesai berdzikir kemudian beliau menghampiri keduanya dan menyapanya. Dan akhirnya mereka bertiga saling memperkenalkan diri. Keduanya masing-masing bernama Pangeran Kajoran dan Pangeran Trunojoyo.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Kemudian mbah Wongsogati II menyampaikan isi hatinya, yaitu tentang musibah yang sedang melanda desanya. Dan beliau bertanya apakah mereka berdua bisa untuk mengatasi wabah penyakit tersebut. Pangeran Kajoran menyatakn sanggup untuk membantu menyembuhkan penyakit tersebut tapi dengan sebuah syarat, yaitu mereka bersedia untuk memeluk agama Islam dengan sukarela. Demi kesembuhan penyakit tersebut mbah Wongsogati II bersedia untuk mengajak warga desanya memeluk agama Islam asalkan desa Karangsirno terbebas dari wabah yang sedang melanda. Akhirnya mereka bertiga saling punya janji atau tanggungan. Maka tempat tersebut dinamakan “KEDUNG SINANGGUNG “<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Selanjutnya mereka berangkat pergi menuju desa Karangsirno. Sampai di suatu tempat Pangeran Kajoran bertanya di manakah letak desa Karangsirno. Kemudian mbah Wongsogati II menunjukan suatu tempat yang terlihat jauh di arah selatan. Mereka memandang ( nyawang ) tempat yang ditunjukan oleh mbah Wongsogati II. Akhirnya tempat tersebut dinamakan “ KETAWANG “ yang berarti tempat untuk nyawang / memandang. Di tempat tersebut juga ada sebuah pohon gringging atau kayu jaran. Dari sinilah nantinya desa Karangsirno diganti namanya menjadi desa Gringgingsari. Sekarang tempat tersebut lebih dikenal dengan nama tikungan / enggokan Petung. Lokasinya kurang lebih 200 meter ke arah barat dari pertigaan kalikupang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Setelah sampai di desa Karangsirno mbah Wongsogati II mengumpulkan warganya. Lalu memperkenalkan Pangeraan Kajoran dan Pangeran Trunojoyo kepada mereka. Warga diberi penjelasan bahwa Pangeran Kajoran sanggup untuk ngusadani desa Karangsirno bisa pulih kembali asalkan warganya bersedia untuk memeluk agama Islam secara sukarela dan nama Karangsirno diganti dengan Gringgingsari. Masyarakat sepakat. Akhirnya masyarakat dibai’at oleh mbah Pangeran Kajoran untuk masuk agama Islam. Masyarakat diajak untuk menyembah Allah, dan meninggalkan sesembahan yang lama yaitu agama Budha. Diajak berdo’a kepada Allah agar wabah penyakitnya sirna. Atas izin Allah akhirnya desa Karangsirno yang sudah berganti nama Gringgingsari terbebas dari wabah penyakit yang selama ini melanda dan sudah memakan banyak korban. Dan masyarakatnya juga sudah hidup dalam suasana yang baru yaitu kehidupan yang Islami berkat hidayah dari Allah dengan perantara Syekh Syarif Abdurrrahman atau lebih dikenal dengan nama Pangeran Kajoran.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<b><span style="color: red; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Pancuran sendang Depok<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Setelah masyarakat desa Gringgingsari memeluk agama Islam, wabah penyakit kini sudah hilang sama sekali. Masyarakat tentram dan hatinya lega. Aktifitas sehari-hari bisa berjalan kembali dengan lancar. Mereka juga mulai giat belajar mendalami ajaran Islam dibawah bimbingan Syekh Syarif Abdurrahman atau Pangeran Kajoran.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Pada suatu hari Pangeran Kajoran mengajak beberapa orang pergi ke hutan mencari bambu untuk dibuat rangken atau bahan atap pembuatan masjid desa Gringgingsari. Ketika sampai di hutan dan sudah tiba masuk waktu shalat beliau mencari air untuk berwudlu, namun tidak ada sumber air yang dijumpainya. Akhirnya beliau menancapkan tongkatnya ke tanah, dengan izin Allah keluarlah air dari bekas tongkat yang ditancapkan oleh beliau. Dari situlah bukti karomah yang dimiliki oleh Pangeran Kajoran selaku seorang Waliyullah. Kemudian dibuat pancuran dari bambu. supaya air tersebut lebih mudah digunakan untuk berwudlu. Kemudian mereka menjalankan shalat di hutan tersebut. Bahkan Pangeran juga sempat berniat untuk mendirikan masjid di kawasan tersebut namun urung. Akhirnya tersebut dinamakan garung dari kata langgar yang wurung atau tidak jadi. Setiap selasai shalat merekapun selalu istirahat sambil ndeprok / duduk-duduk untuk menghilangkan lelah. Maka dari istilah inilah tempat tersebut dinamakan Depok yang asalnya dari kata ndeprok. Sampai sekarang pancuran Depok masih menjadi tujuan utama para penziarah untuk mandi dan mengambil airnya. Atas izin Allah air tersebut dapat menyembuhkan beberapa penyakit. Dan yang lebih istimewa air tersebut bisa langsung diminum tanpa harus dimasak lebih dahulu. Rasanya begitu segar sekali apalagi kalau kita meminumnya langsung dari pancuran. Bahkan air di pancuran Depok mempunyai kandungan mineral yang cukup tinggi yang sangat berguna sekali untuk kesehatan tubuh bagi yang meminumnya. Lokasi pancuran Depok kurang lebih 2 km arah selatan desa Gringgingsari dengan jalan agak menanjak terutama di gunung Klengkong. Mulai tahun 2009 jalan ke arah sana sudah mulai dilebarkan dan bisa di lalui oleh kendaraan roda dua dan empat. Namun karena belum diaspal jadi kalau habis hujan tidak bisa dilalui.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<b><span style="color: red; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Desa Sodong<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Untuk selanjutnya mereka melanjutkan perjalanannya masuk hutan, keluar hutan, namun belum juga menemukan bambu yang dicari. Kemudian mereka membuat sebuah tempat untuk berteduh namanya sodong ( ompyong ). Dari sinilah kemudian nama desa Sodong lahir yang letaknya di sebelah selatan Gringgingsari. Kemudian mereka melanjutkan perjalanannya kembali untuk mencari bambu. Akhirnya mereka pun menemukan rumpun bambu yang dicari. Kemudian bambu tersebut ditebang dan dibawa ke tanah lapang untuk dipotong-potong. Rumpun bambu yang kemudian tumbuh lagi oleh masyarakat desa Sodong disengker artinya tidak boleh ditebang oleh siapapun kecuali untuk kepentingan umum. Tempat tersebut dinamakan dapuran larangan / rumpun terlarang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Mereka bekerja berhari-hari. Bekas tempat istirahat mbah Pangeran Kajoran bekerja juga disengker oleh masyarakat desa Sodong, yang melarang siapapun untuk duduk di atasnya. Konon katanya barangsiapa yang berani duduk di tempat tersebut akan kena laknat atau bebendu. Tempat tersebut kemudian dipagari supaya tidak diceroboh oleh siapapun. Tapi tempat tersebut sekarang sudah tidak berbekas karena perkembangan zaman. Pada tahun 1973 tempat tersebut terkena proyek pembangunan Sekolah Dasar Inpres dan pelebaran jalan, dan akhirnya pagar tersebut dibongkar.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<b><span style="color: red; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Berperang dengan Ki Ajar Pendek<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Untuk membuat rangken membutuhkan tali / tambang untuk merangkai bambu-bambu tersebut. Karena tidak ada tambang, maka mbah Pangeran Kajoran menyuruh sebagian orang untuk pergi mencari rotan. Kebetulan disebelah selatan desa Sodong ada gunung kecil dan di tempat tersebut banyak tumbuh pohon rotan. Mereka pergi ke tempat tersebut dan mulai menebang rotan dan memotongnya. Tanpa mereka sadari bahwa hutan tersebut ada yang menguasainya. Dan akhirnya mereka tertangkap oleh anak buah penguasa hutan tersebut. Kemudian mereka dibawa ke desa Silurah dan di hadapkan kepada penguasa desa tersebut yaitu Ki Ajar Pendek. Mereka pun akhirnya ditahan oleh Ki Ajar Pendek. Karena sudah berhari-hari mereka tidak pulang akhirnya mbah Pangeran Kajoran merasa cemas. Kemudian beliau menyuruh seseorang untuk mencarinya. Setelah dicari akhirnya terdengar kabar bahwa mereka sedang ditahan di desa Silurah atas kesalahan telah mengambil rotan di hutan tanpa seizin dari Ki Ajar Pendek. Utusan itu melaporkan hal tersebut kepada Pangeran Kajoran.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Singkat cerita akhirnya Pangeran Kajoran minta ma’af kepada Ki Ajar Pendek atas kesalahan yang telah dilakukan oleh orang-orang suruhannya. Tapi Ki Ajar Pendek tidak mau menerima permintaan maaf dari Pangeran Kajoran dengan begitu saja. Dia bersedia menerima maaf asalkan Pangeran Kajoran bersedia untuk adu kekuatan dan mengalahkannya. Demi kebebasan orang-orangnya, akhirnya Pangeran Kajoran bersedia untuk menerima tantangan dari Ki Ajar Pendek. Akhirnya pertarungan jarak jauh tingkat tinggi pun dimulai. Ki Ajar Pendek ada di desa Silurah sedangkan Pangeran Kajoran berada di desa Sodong.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Ki Ajar Pendek tahu bahwa waliyullah itu orang suci. Maka iapun menggunakan kesaktiannya dengan membuat hujan cacing supaya mengotori Pangeran Kajoran. Namun Pangeran Kajoran dengan karomahnya menciptakan hujan bebek yang akhirnya memakan cacing-cacing tersebut. Ki Ajar Pendek menjadi geram karena merasa kalah, kemudian ia mengeluarkan ilmunya yang lain yang lebih dahsyat yaitu hujan api. Namun sekali lagi karomah Pangeran Kajoran yang berupa hujan air mampu memadamkan api tersebut. Ki Ajar Pendek pun semakin marah karena selalu kalah dengan Pangeran Kajoran. Akhirnya iapun mengeluarkan kesaktiannya yang lain yaitu berupa hujan batu. Pangeran Kajoranpun tidak mau kalah. Beliau kemudian menciptakan angin topan yang dahsyat. Dengan kekuatan angin topan yang dahsyat tersebut, batu-batu itupun berterbangan dan jatuh di suatu tempat yang jauh. Batu tersebut jatuh di sebuah tempat yang sekarang bernama desa Kuwasan kecamatan Talun Kabupaten Pekalongan. Rumah Ki Ajar Pendek dan seisinya juga ikut terbang terbawa angin hingga tinggal batur atau bekasnya saja. Bekas rumah Ki Ajar Pendek oleh orang-orang silurah dinamakan kebun batur dan sampai sekarang masih ada. Pakaiannya jatuh di desa Sengare, sedangkan ilir atau kipas dari bambu jatuh di desa sumilir. Kedua desa tersebut masuk kecamatan Talun kabupaten Pekalongan dan terletak di sebelah barat Gringgingsari. Sedangkan bokor atau tempat menyimpan beras jatuh di desa Donowangun Talun Pekalongan. Jambangan tempat untuk menaruh air yang terbuat dari batu besar jatuh di suatu tempat yang sekarang bernama dukuh Jambangan desa Batursari Talun Pekalongan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Menurut cerita bahwa jambangan yang ada di dukuh Jambangan tidak pernah kering airnya. Walaupun musim kemarau airnya selalu ada tanpa diketahui darimana sumbernya. Pada zaman pemerintahan Belanda, karena batu itu ¾-nya terbenam ke dalam tanah akibat jatuh sewaktu terbawa angin sewaktu terjadi pertarungan antara Pangeran Kajoran dan Ki Ajar Pendek maka oleh pemerintah Belanda batu tersebut diangkat ke atas untuk memudahkan orang-orang mengambil airnya. Namun setelah batu jambangan tersebut diangkat justru malah jadi kering tidak keluar lagi airnya sampai sekarang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Lalu bagaimanakah nasib Ki Ajar Pendek yang juga ikut terbang terbawa angin? beliau jatuh di pendopo kabupaten Batang. Pada waktu itu kebetulan Kanjeng Adipati Batang sedang duduk di pendopo kabupaten dan angop atau menguap. Kemudian dengan kesaktiannya Ki Ajar Pendek masuk ke mulut Kanjeng Adipati dan bersembunyi di dalam perutnya. Kemudian ia disuruh keluar dan akhirnya dijadikan tukang merawat kuda Kanjeng Adipati Batang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Kemudian Pangeran Kajoran melarang warga Gringgingsari untuk besanan dengan warga desa Silurah selama tujuh turunan. Namun larangan tersebut hari ini sudah berakhir, terbukti sudah banyak warga Gringgingsari yang besanan dengan warga Silurah dan alhamdulillah tidak tejadi hal-hal yang buruk. Hutan rotan yang pernah menjadi sengketa atas izin Allah telah berubah menjadi hutan bambu kecil-kecil. Sedangkan gunung kecil tersebut dinamakam gunung Raga Kesuma. Siapa saja yang lewat di kaki gunung tersebut pasti kulitnya akan mengalami perubahan warna yaitu menjadi cerah kekuningan. Penulis sudah membuktikannya. Namun jika sudah melewati kaki gunung tersebut warna kulit akan berubah seperti semula. Wa allahu’alam.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<b><span style="color: red; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Pembangunan masjid<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Rintangan sudah berlalu. Rencana membuat rangken pun diteruskan. Bambu-bambu tersebut dibawa ke Gringgingsari untuk dibuat rangken. Talinya menggunakan penjalin atau rotan. Kemudian masjid didirikan. Atapnya menggunakan ijuk. Tiangnya dari kayu, dindingnya terbuat dari anyaman bambu, dan mustokonya terbuat dari pengaron atau paso tempat air yang terbuat dari tanah liat. Lantainya masih menggunakan tanah, jika mau shalat digelari tikar. Setelah masjid selesai dibangun ternyata belum ada sumber air untuk berwudlu. Kemudian Pangeran Kajoran pergi ke arah selatan desa Gringgingsari. Sampai di suatu tempat yang bernama Klatak atau juga Genting beliau meletakan ujung tongkatnya di tepi sungai dan kemudian menariknya dari tepi sungai tersebut sambil berjalan pulang ke Gringgingsari. Dengan karomah yang dimilikinya tanah yang dilalui Pangeran Kajoran jadi terbelah oleh ujung tongkatnya yang sedang ditarik dan membentuk aliran sungai sampai ke sebelah barat masjid. Akhirnya masyarakat Gringgingsari mendapat manfaat yang banyak. Sungai tersebut tidak hanya digunakan untuk berwudlu, namun juga untuk keperluan mandi, minum, memasak, dan juga untuk mengairi sawah. Oleh masyarakat Gringgingsari sungai tersebut dinamakan kali jamban. Untuk menjaga kesucian air tersebut, dari hulu sungai jamban yaitu dari tempat pertama kali Pangeran Kajoran menarik tongkatnya sampai areal masjid, siapapun dilarang untuk buang air besar, perempuan yang sedang haid dan nifas juga dilarang mandi di sungai tersebut. Siapa yang melanggar larangan tersebut baik disengaja atau tidak, akan terkena laknat atau bendu. Sudah banyak buktinya yang terkena laknat. Juga dilarang untuk kencing di areal masjid dan kawasan pemakaman.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Masjid peninggalan Pangeran Kajoran sudah direhab beberapa kali. Rehab terakhir tahun 2004 dan sampai sekarang belum selesai 100%. Jadi sudah tidak asli lagi. Yang masih asli hanya mustoko pengaron yang ada di samping mustoko yang baru.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<b><span style="color: red; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"><br /></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<b><span style="color: red; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Peninggalan Pangeran kajoran</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Peninggalan – peninggalan Pangeran Kajoran dan tempat sejarah yang masih ada sampai sekarang yaitu <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-indent: -0.25in;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">a. Rumpun bambu atau dapuran larangan di desa Sodong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-indent: -0.25in;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">b . Pancuran Depok yang selalu dikunjungi penziarah untuk mengambil airnya dan mandi. Dilarang mandi sambil telanjang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-indent: -0.25in;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">. Masjid Al Karomah. Pemberian nama Al Karomah oleh remaja masjid pada tahun 1987.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-indent: -0.25in;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">d. Pakaian lengkap. Namun karena sudah berusia ratusan tahun maka pakaiannya sudah rusak, kecuali kuluk / ketu / kopiah. Jubahnya tersimpan di desa Kajoran Magelang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-indent: -0.25in;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">e. Tasbih<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">f. dari pengaron atau paso.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt; text-indent: -0.25in;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt; text-indent: -0.25in;">Bersambung </span><b style="text-indent: -0.25in;"><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">9. Pageran Pringgoloyo (mataram)</span></b></div>
<br class="Apple-interchange-newline" />Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10018071273892975412noreply@blogger.com19tag:blogger.com,1999:blog-2745027681920185724.post-50369019616833417152012-09-24T04:10:00.001-07:002012-10-07T03:18:58.254-07:009. Pageran Pringgoloyo (mataram) menurunkan<br />
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyzZtiJuFZypQxwKaxGEhU2iqbvoXIQJYPIs6s7ChOpfsxIfirAcHW39laRu93Wdwc5OOik3SGNtrtVQH4ToFsNfFlwULaf59y2EY5dfdowiX-uqP4P-Ny0YY_YUJpy90Y5-mLgKBxPQ/s1600/aryo.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyzZtiJuFZypQxwKaxGEhU2iqbvoXIQJYPIs6s7ChOpfsxIfirAcHW39laRu93Wdwc5OOik3SGNtrtVQH4ToFsNfFlwULaf59y2EY5dfdowiX-uqP4P-Ny0YY_YUJpy90Y5-mLgKBxPQ/s320/aryo.jpg" width="320" /></a><span style="font-family: 'Arial Narrow';"><span style="font-size: large;"><b>P</b></span></span><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">ada masa kekuasaan kesultanan Pajang, Desa Taman masih berupa hutan belantara, tetapi setelah ibukota Kabupaten Madiun di Wonorejo hancur akibat peperangan melawan Mataram pada tahun 1590, <b>Bupati Pangeran Adipati Pringgoloyo (pengganti Raden Ayu Retno Djumilah), </b>merencanakan membangun istana kabupaten di hutan Taman, di daerah ini terdapat rawa-rawa yang luas dan berair bersih seperti telaga (sekarang disebut ”Ngrowo”).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Pada masa kekuasaan Kasunanan Kartasura. Sekitar tahun 1703, Raden Ayu Puger , istri Susuhunan Paku Buwono I yang berasal dari Madiun, berniat membangun Taman di Daerah Ngrowo, sebagai Tamansari (taman wisata), dengan adanya rencana itu maka daerah ini kemudian disebut ”Taman” , sejak itu pula daerah Taman diberi kebebasan dari kerja rodi, tidak dipungut pajak, tetapi wajib merawat taman yang akan di bangun.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Tahun 1725 ketika yang berkuasa di Madiun Pangeran Mangkudipuro, di Taman didirikan Makam keluarga dan sebuah masjid untuk pengembangan Agama Islam di wilayah Kabupaten Madiun. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"><br />Pada tahun 1784, Bupati Madiun Pangeran Raden Ronggo Prawirodirjo I wafat, oleh iparnya yaitu, Sultan Hamengku Buwono I, makam Taman yang sudah dipersiapkan sebelumnya oleh Bupati Mangkudipuro ( lawan politiknya) ditetapkan sebagai makam kerabat beliau.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Begitu seterusnya, ada 13 Bupati Madiun yang dimakamkan di Taman, yaitu : Ronggo Prawirodirjo I, Ronggo Prawirodirjo II, Pangeran Mangkudipuro, Pangeran Dipokusumo, Tumenggung Tirtoprodjo, Ronggo Prawirodiningrat, Ario Notodiningrat, Adipati Sosronegoro, Tumenggung Sosrodiningrat, Ario Brotodiningrat, Tumenggung Kusnodiningrat, Tumenggung Ronggo Kusmen dan Tumenggung Ronggo Kusnindar. Orang menyebut Makam Taman adalah Makam Karanggan (makam keluarga Ronggo) sejak saat itu pula Desa Perdikan Taman di kukuhkan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I, dengan piagam yang ditulis dengan huruf Arab Jawa (pegon) dengan tinta kuning emas, Pemimpin desa Taman bergelar ”Kyai” yang berkuasa penuh mengelola desa.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Pemimpin Desa Perdikan Taman (Kyai) diberi tanggung jawab untuk merawat Makam Taman dengan biaya dari hasil pertanian desa setempat. Hingga sekarang ada sebelas kyai yang menjabat sebagai Kepala Pemerintahan Desa Perdikan Taman, yaitu : Kyai Misbach, Kyai Ageng Moch. Kalifah, Kyai Moch Rifangi, Kyai Donopuro I, Kyai Benu, Kyai Surat, Kyai Donopuro II, Kyai Imam Ngulomo, kyai tirto Prawiro, Kyai Raden Kabul Umar, Kyai Banuarli.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Bersambung </span><b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">10. Raden Aryo Padureso/ Kiyai Ngabehi Bahurekso</span></b></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10018071273892975412noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-2745027681920185724.post-61607402273651048002012-09-24T04:03:00.001-07:002012-10-07T03:19:51.669-07:0010. Raden Ngabehi Bahurekso menurunkan<br />
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Kyai Ngabehi Bahurekso menurut sastra lisan<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Ki Ageng Cempaluk yang juga punya nama Ki Ageng Joyo Singo atau Ki Ageng Ngerang, adalah seorang prajurit pilih tanding Kerajaan Pajang dan Mataram. Namun, </span><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">ada keterangan lagi bahwa Ki Ageng Cempaluk adalah ayah dari Joyosingo.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-align: justify;">
<span class="fullpost"><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Nama Ki Ageng Ngerang yang menjadi julukannya bisa dipahami bila Ki Ageng Cempaluk masih ada hubungannya dengan Ki Ageng Bondan Kejawan atau Lembu Peteng, putera Prabu Brawijaya dari Majapahit, dari keturunan ibu.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-align: justify;">
<span class="fullpost"><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Sebagaimana disebut dalam cerita tutur ataupun sejarh rakyat, seorang tokoh biasanya dipanggil dengan memakai panggilan nama leluhurnya bila yang bersangkutan memiliki sifat-sifat yang sama, yang disebut "<i>nama nunggak semi</i>". Nama Ki Ageng Ngerang tokoh tua seangkatan Ki Getas Pendowo, ayah Ki Ageng Selo yang menurunkan Ki Ageng Ngenis atau Henis dan berputera Ki Ageng Pemanahan, ayahanda Sultan Mataram pertama, Senopati Sutowijoyo<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-align: justify;">
<span class="fullpost"><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">.</span></span><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;"><br /><span class="fullpost"><b>Seperti disebut dalam buku</b></span><span class="apple-converted-space"><b> </b></span><span class="fullpost"><b><i>Babad Tanah Jawi,</i></b></span><span class="apple-converted-space"><b><i> </i></b></span><span class="fullpost"><b>diterangkan sebagai berikut:<o:p></o:p></b></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;"><br /><span class="fullpost">"Prabu Brawijaya mempunyai istri (selir) bernma puteri wandan, berputera laki-laki bernama Raden Bondan Kejawan alias Bondan Surati alias Lembu Peteng yang kawin dengan Puteri Nawangsih puteri Ki Ageng Tarub, berputera dua orang, Ki Getas Pendowo yang berputera Ki Ageng Selo. Anak Ki Bondan Kejawan yang satunya, seorang puteri yang dikawinkan dengan Ki Ageng Ngerang. Jadi hubungan antara Ki Ageng Getas Pendowo dengan Ki Ageng Ngerang adalah saudara ipar.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-align: justify;">
<span class="fullpost"><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Selanjutnya dengan disebutnya nama Ki Ageng Ngerang, mengingatkan pada tiga tokoh besar bersaudara seperguruan, yaitu Ki Ageng Butuh, Ki Ageng Tingkir dan ki Ageng Ngerang. Oleh cerita tutur, tokoh Ki Ageng Ngerang ini tidak tertutup kemungkinan merupakan leluhur Ki Ageng Cempaluk, ayah Joko bahu, yang kemudian hari bernama Tumengung Bahurekso.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;"><br /><span class="fullpost">Sedangkan dalam buku</span><span class="apple-converted-space"> </span><span class="fullpost"><i>Babad Tanah Jawi</i></span><span class="apple-converted-space"> </span><span class="fullpost">diterangkan bahwa: Ki Ageng Selo mempunyai anak enam putri dan satu orang putra, namanya Ki Ageng Ngenis, berputera Ki Ageng Pemanahan, berputera Raden Pangeran Bagus, yang tidak lain Sutowijoyo, Panembahan Senopati.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;"><br /><span class="fullpost">Catatan Hermannus Johannes de Graaf yang mereferensi dari buku</span><span class="apple-converted-space"> </span><span class="fullpost"><i>Babad Tanah Jawi</i></span><span class="apple-converted-space"> </span><span class="fullpost">itu benar, maka Jaka Bahu atau Tumenggung Bahurekso adalah masih ad hubungan keluarga <i>menyamping trah Mataram.</i></span><span class="apple-converted-space"><i> </i></span><span class="fullpost">Dengan kata lain Bahurekso memang bangsawan Mataram, hanya saja ia berasal dari pihak ibu.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;"><br /><span class="fullpost">Sedangkan menurut Amien Budiman, Jaka Bahu sebutan lainnya adalah</span><span class="apple-converted-space"> </span><span class="fullpost"><i>Ki Bahu</i>, adalah sahabat dekat atau orang yang dipercaya oleh Pangeran Benowo. Jaka Bahu lah yang mendampingi Pangeran Benowo mulai dari Pajang, kemudian pindah kek Jipang dan selanjutnya mengembara hingga ke Kendal dan Parakan. Oleh Sunan atau Pangeran Benowo, Ki Bahi diserahkan pada Panembahan Senopati di Mataram sebagai ganti atau wakil dan atas nama Pangeran Benowo. Bila Panembahan Senopati ada keperluan dengannya, maka Ki Bahu lah yang menjadi wakilnya, karena memang nenek moyang Ki Bahu masih ada hubungannya dengan nenek moyang Mataram. Dengan demikian kedekatan Ki Bahu dengan Pangeran Benowo itu lebih berdasar pada kesinambungan hubungan erat nenek moyangnya, yaitu antara Ki Ageng Ngerang dengan Ki Ageng Pengging.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-align: justify;">
<span class="fullpost"><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Baik Ki Ageng Cempaluk ataupun Jaka Bahu memiliki hubungan sangat dekat dengan Panembahan Senopati Ing Alogo Sayidin Panotogomo Sultan Mataram Sutowijoyo maupun Mahapatih Mataram, Ki Mondoroko, nama kebesaran Ki Juru Martani. Karena drama baktinya kepada kerajaan yang besar dan usianya yang cukup tua, Ki Ageng cempaluk diberikan tanah</span></span><span class="apple-converted-space"><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;"> </span></span><span class="fullpost"><i><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">perdekan</span></i></span><span class="apple-converted-space"><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;"> </span></span><span class="fullpost"><span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">(otonomi) di wilayah Kesesi, sekarang masuk Kabupaten Pekalongan. Hidup bersama dua anaknya, Joko Bahu dan seorang lagi sebagai anak angkatnya Anjarwati, dirasakan sebagai anugrah dari Tuhan yang Mahakuasa. Di padepokan itulah ia menghabiskan masa tuanya dengan penuh syukur pada Tuhan. Namun sebagai orang yang telah diberi penghargaan, Ki Ageng cempaluk tetap mencurahkan pikirannya dan sisa-sisa tenaganya untuk Mataram.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;"><br /><span class="fullpost">Sebagai seorang prajurit yang hidup di dua masa, yaitu masa kerajaan Pajang dan Mataram, dan dikenal sebagai prajurit yang mumpuni dalam bidang kanuragan dan ketataprajaan. Sehingga ia memiliki pewaris yang bisa melanjutkan pengabdiannya pada kerajaan.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;"><br /><span class="fullpost">Dituturkan, bahwa penguasa Kadipaten Kleyangangan (Sekarang Kecamatan Subah, Batang), Adipati - Pengalasan/Pemajegan - Tumenggung Dipokusumo, berencana meluaskan wilayah kadipatennya ke arah timur, dengan membuka alas roban, untuk areal pertanian dan pemukiman. Adipati Dipokusumo, sadar bahwa membuka alas (hutan) bukan pekerjaan yang mudah dan disadari termasuk pekerjaan yang keras. Sebuah tugas yang sangat keras dan penuh resiko, maka ia meminta bantuan Ki Ageng Cempaluk yang terkenal sakti. Karena usia yang mendekati udzur, maka tugas itu diserahkan pada puteranyan, Jaka Bahu.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;"><br /><span class="fullpost">Dengan tetap didampingi oleh Adipati Tumenggung Dipokusumo, tugas membuat persawahan dan pemukiman dengan membuka alas (Babat Wono Roban) dilaksanakan dengan baik oleh Jaka Bahu. Atas keberhasilannya itu, pada akhirnya jaka Bahu menjadi kepercayaa Adipati Dipokusumo, yang tentu saja keberhasilan itu dilaporkan pada Sultan Agung Hanyokrokusumo. (dalam buku Bahurekso Tapa, ada nama Jaka Sentanu - yang kemungkinannya satu nama dengan Ki Dipokusumo).<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;"><br /><span class="fullpost">Berhasil membuka hutan Roban, Sultan Agung menginginkan ada penambahan areal persawahan dan pemukiman, dengan cara membuka hutan hutan (alas) Gambiran, sebuah hutan di sebelah barat Kleyangan, yang lebih gawat daripada Roban. Dengan menelusuri sungai Sambong yang lebar dan memanjang dari selatan ke utara, dan selanjutnya menjadi prioritas dan sasaran pertama yang harus dikerjakan.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;"><br /><span class="fullpost">Dimulai dengan membuat bendungan di sungai itu. Kawasan hutan yang telah dikuasai oleh pendekar keals tinggi, Drubikso, merasa kehidupannya diganggu. Tokoh sakti itu melakukan perlawanan pada Jaka Bahu. Oleh yang punya cerita disebutkan bahwa antara kedua tokoh itu sama-sama memiliki daya tempur yang luar biasa. Drubikso yang punya</span><span class="apple-converted-space"> </span><span class="fullpost"><i>aji guntur</i></span><span class="apple-converted-space"><i> </i></span><span class="fullpost"><i>geni</i></span><span class="apple-converted-space"><i> </i></span><span class="fullpost">berhasil dikalahkan. Drubikso dan Jaka Bahu saling memukul dengan galah atau watang (<i>embat-embatan watang</i>, Jawa). Tempat pertarungan kedua tokoh itu pada akhirnya disebut (berasal dari kata</span><span class="apple-converted-space"> </span><span class="fullpost"><i>Batangembat-embatan watang</i>).<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;"><br /><span class="fullpost">Hutan gambiran merupakan keberhasilan Jaka Bahu kali kedua, sekarang ini tepatnya di daerah Sambong, Batang. Sedangkan pembahasan taktik dan strategi untuk mengalahkan Drubikso, sekarang bernama</span><span class="apple-converted-space"> </span><span class="fullpost"><i>Dracik</i></span><span class="apple-converted-space"> </span><span class="fullpost">yang berasal dari kata</span><span class="apple-converted-space"> </span><span class="fullpost"><i>diracik</i>. Dan keberhasilannya membuka hutan Gambiran ini merupakan kado persembahan terhadap tahun pertama pemerintahan Sultan Agung (1613).<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;"><br /><span class="fullpost">Pada akhirnya Sultan Agung mengutus putera Mataram, Ki Mandurorejo, untuk menata kembali daerah Kleyangan sepeninggal Ki Dipokusumo. Dari sinilah awal perkenalan Jaka Bahu dengan Ki Mandurorejo putera Ki Manduronegoro, yang berarti cucu Ki Patih Mondoroko, yang berarti juga masih saudara dekat dengan Sultan Agung, bahkan disebutnya sebagai mertua Sultan Agung.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;"><br /><span class="fullpost">Seperti disebut dalam sejarah Kabupaten Pekalongan/Batang, Tumenggung Mandurorejo diangkat menjadi Adipati pad tahun 1922. Bila diruntut dengan cerita-cerita di atas, maka sembilan tahun kemudian setelah hutan Gambiran bahkan di atas angka sepuluh tahun setelah alas Roban dibuka menjadi perkampungan oleh Bahurekso, Tumenggung Mandurorejo menduduki Pekalongan/batang sebagai adipati.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;"><br /><span class="fullpost">Atas jasa-jasanya itu, pada tahun yang tidak berselang lama setelah Sultan Agung dinobatkan sebagai sultan, Jaka Bahu diberi penghargaan atas jasa kerja kerasnya, menjadi</span><span class="apple-converted-space"> </span><span class="fullpost"><i>Adipati</i></span><span class="apple-converted-space"><i> </i></span><span class="fullpost">(penguasa)<i>Kendal</i>, dengan pangkat Tumenggung (1614). Tahun penobatan ini memang menjadi perdebatan bahkan belum diyakini. Namun, catatan De Graaf, sejarawan Belanda yang khusus menulis javanologi menyebut bahwa pada tahun 1915, Kendal sudah ada seorang gubernur bernama Bahurekso.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;"><br /><span class="fullpost">Dengan diangkatnya Tumenggung Bahurekso sebagai penguasa Kadipaten Kendal, maka secara hirarkhi, Kadipaten Kendal di bawah langsung kerajaan Mataram. Sebuah karya yang dihias di daerah sendiri (Kabupaten Batang sekarang ini) sedangkan sebagai penghargaannya menjadi penguasa daerah lain. Sedangkan daerah yang dibangunnya (sebelum menjadi adipati) pada akhirnya bernama Kadipaten Pekalongan (termasuk Batang), oleh Sultan Mataram diberikan kepada Mandurorejo.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;"><br /><span class="fullpost">Ini artinya bahwa Ki Mandurorejo datang ke daerah itu, tatanan pemerintahan sudah tertata rapi, dan bangunan-bangunan sebagai cikal bakal pemerintahan telah ada. Dengan berdasarkan kepentingan pertahanan kerajaan Mataram, maka oleh Bahurekso dan atas persetujuan Sultan Mataram, menjadikan wilayah Kaliwungu sebagai alternatif yang terbaik sebagai pusat pemerintahan. Sebutan berikutnya Kadipaten kendal di Kaliwungu. Begitu seterusnya hingga 1811, pemerintahan dipindahkan ke kota Kendal seperti sekarang ini.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;"><br /><span class="fullpost">dalam sejarah Batang sebagai ditulis oleh R. Sunaryo Basuki, ataupun catatan-catatan Amien Budiman, bahurekso memang pernah memerintah Kabupaten Pekalongan sebagai pejabat kerajaan. Selanjutnya oleh R. Sunaryo Basuki juga dituturkan, ketika itu ia menunjuk</span><span class="apple-converted-space"> </span><span class="fullpost"><i>Raden Tjilik</i></span><span class="apple-converted-space"><i> </i></span><span class="fullpost">atau</span><span class="apple-converted-space"> </span><span class="fullpost"><i>Raden Prawiro</i>, seorang ulama masih keturunan ulama Sedayu, Lamongan Jawa Timur, yaitu Sunan Nur atau Sunan Sendang sebagai Ki Ageng di Batang/Ki Ageng Gede Batang. Hanya saja keberadaannya di Pekalongan/Batang sebagai pejabat kerajaan, maka nama Bahureksotidak diabadikan bahkan tercatat sebagai Bupati Pekalongan atau di Batang.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;"><br /><span class="fullpost">Bila diurut kapan peristiwa itu terjadi, rasanya memang tidak sulit yaiut sebelum tahun 1614. Sebab, Mandurorejo diaingkat sebagi Bupati batang pad hari Senin pon, 8 September 1614 (Jumat Kliwon(?). Hanya saja catatan di Pekalongan menyebutkan bahwa walaupun Mandurorejo menjadi bupati/penguasa di Batang tahun 1614, tetapi di Pekalongan tercatat tahun 1622/1623 Pengeran Mandurorejo dan adiknya (Tumenggung Upasanta) menjadi adipati/penguasa Pekalongan. Kedua daerah itu merupakan hasil kerja keras Bahurekso.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;"><br /><span class="fullpost">Pekalongan berasal dari kata "<i>kalong".</i></span><span class="apple-converted-space"> </span><span class="fullpost">Cerita tuturnya, di tempat itulah Bahurekso melakukan "<i>topo ngalong</i>", menggantung di pohon dan makannya hanya buah-buahan, seperti kalong, begitu masyarakat menyebut. Usaha bertapa Bahurekso ini sehubungan dengan pekerjaan membuat perkampungan dengan membuka hutan Gambiran.</span><br /><span class="fullpost">Tidak berlebihan jika Bahurekso pada akhirnya berhasil membangun tiga daerah pemerintahan sekaligus</span><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="fullpost">Bersambung </span><span style="text-indent: -0.5in;">11. </span><span style="text-indent: -0.5in;"><span style="font-size: small;"> Raden</span> Panji Derposentono Adipati Gresik (mataram)</span></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10018071273892975412noreply@blogger.com14tag:blogger.com,1999:blog-2745027681920185724.post-41653795037709763342012-09-24T04:01:00.001-07:002012-10-07T03:18:25.099-07:0011. Raden Panji Derposentono menurunkan<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: x-small;">Mohon Maaf yang Sebesar besarnya Raden Panji Derposentono Adipati Gresik (mataram)</span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: x-small;">, di Blog ini belum sempat di tulis , langsung bisa di baca ke keturunan ke 14 dari Lembu Peteng Yaitu R. Mas Bagus Harus / Ki Ageng Bashoriah Sewulan Madiun</span><br />
<span style="font-size: x-small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Bersambung <b style="text-indent: -27pt;">12. </b><span style="text-indent: -27pt;">Ki<b> Ageng Abdul Imam </b>Tumenggung/ adipati Sumoroto jaman kerajaan Mataram (prongkot, Sumoroto Ponorogo)</span></span></span>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10018071273892975412noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2745027681920185724.post-40521138792816837942012-09-24T03:58:00.001-07:002012-10-07T03:21:05.337-07:0012.Ki Ageng Abdul Imam menurunkan<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Mohon maaf yang sebesar besarnya untuk sejarah Ki Ageng Abdul Imam Tumenggung/ adipati Sumoroto jaman kerajaan Mataram (prongkot, Sumoroto Ponorogo)</span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">, blog ini belum di tulis, langsung bisa di baca ke keturunan 14 Lembu peteng yaitu R. Mas Bagus Harun / Ki Ageng Bashoriah Sewulan Madiun</span></div>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Bersambung </span><b><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">13. </span></b><span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt;">Ki Ageng <b>Nolojoyo/ Dugel Kesambi / Ki Ageng Prongkot ,</b></span>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10018071273892975412noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2745027681920185724.post-85517472819408779752012-09-24T03:56:00.001-07:002012-11-08T05:00:12.540-08:0013. Ki Ageng Nolojoyo/ Dugel Kesambi menurunkan<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="background-color: #f2f7fc; color: #333333; font-family: Georgia, 'Bitstream Charter', serif; font-size: 15.555556297302246px; line-height: 23.981483459472656px; text-align: start;">Kyai Ageng Prongkot sebagai penguasa di daerah Ponorogo waktu itu dengan gelar Pangeran Nolojoyo atau Dugel Kesambi yang juga masih punya jalur keturunan Mataram. Beliau mempunyai 9 putra yaitu :</span><br />
<ol style="background-color: #f2f7fc; border: 0px; color: #333333; font-family: Georgia, 'Bitstream Charter', serif; font-size: 15.555556297302246px; line-height: 23.981483459472656px; list-style-image: initial; list-style-position: initial; margin: 0px 0px 24px 1.5em; padding: 0px; text-align: start; vertical-align: baseline;">
<li style="background-color: transparent; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border: 0px; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">R. Mas Bagus Harun</li>
<li style="background-color: transparent; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border: 0px; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Ny. Mas Rr Mardliyah</li>
<li style="background-color: transparent; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border: 0px; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">R. Mas Dzul Qohar</li>
<li style="background-color: transparent; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border: 0px; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">R. Mas Anom Murjaya</li>
<li style="background-color: transparent; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border: 0px; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Ny. Mas Rr Shibah</li>
<li style="background-color: transparent; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border: 0px; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Ny. Mas Rr Jatmika</li>
<li style="background-color: transparent; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border: 0px; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">R. Mas Marta Jaya</li>
<li style="background-color: transparent; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border: 0px; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Ny. Mas Rr Ronggo</li>
<li style="background-color: transparent; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border: 0px; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Ny. Mas Rr Kuru</li>
</ol>
<div style="background-color: #f2f7fc; border: 0px; color: #333333; font-family: Georgia, 'Bitstream Charter', serif; font-size: 15.555556297302246px; line-height: 23.981483459472656px; margin-bottom: 24px; padding: 0px; text-align: start; vertical-align: baseline;">
Walaupun beliau adalah seorang putra pembesar daerah ponorogo, namun beliau tidak dididik dengan aturan atau tatacara kebangsawanan tapi beliau di didik ala pesantren, ini di karenakan Kyai Ageng Nala Jaya berharap agar putra-putrinya kelak dapat meneruskan perjuangan penyiaran agama islam. Untuk itulah R. Mas Bagus Harun di pondokkan di pesantren Gerbang Tinatar Tegal Sari Ponorogo sekaligus nyuwita pada Kyai Ageng Muh Besari.</div>
<div style="background-color: #f2f7fc; border: 0px; color: #333333; font-family: Georgia, 'Bitstream Charter', serif; font-size: 15.555556297302246px; line-height: 23.981483459472656px; margin-bottom: 24px; padding: 0px; text-align: start; vertical-align: baseline;">
Sewaktu R. Mas Bagus Harun nyuwita, beliau sangat taat (sam’an watho’atan) kepada Kyainya sehingga menyebabkan hubungan beliau dan Sang Kyai sangat dekat sekali, bahkan di waktu Sang Kyai berkenan untuk dahar atau membersihkan diri maka beliaulah yang yang di percaya untuk menyiapkan dan menunggu hingga selesai, dan hampir semua ilmu yang dimiliki Kyai Ageng Muh Besari telah di ajar kan pada beliau, dan beliaulah yang kelak akan menjadi Mursyid akbar Thoriqoh Naqsyabandiyah, Thoriqoh Syathoriyah dan Thoriqoh A’maliyah sebagai generasi penerus Kyai Ageng Muh Besari. dan Selama nyantri di Tegal Sari, beliau sering melakukan perjalanan spiritual/ber ’uzlah ditempat pertapaan/petilasan para Auliya’ seperti Gunung Tidar Magelang, Pantai Cilacap, Nusa Kambangan, Gunung Lawu, Gunung Wilis, pantai Puger dan sebagainya</div>
<div style="background-color: #f2f7fc; border: 0px; color: #333333; font-family: Georgia, 'Bitstream Charter', serif; font-size: 15.555556297302246px; line-height: 23.981483459472656px; margin-bottom: 24px; padding: 0px; text-align: start; vertical-align: baseline;">
<br /></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10018071273892975412noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2745027681920185724.post-70664978250669167542012-09-24T03:53:00.003-07:002012-09-24T03:53:59.770-07:0014 Raden Mas Bagus Harus / Ki Ageng Bashoriyah<br />
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<b><span style="color: red; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 16pt;">S</span></b><b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">eblunya</span></b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;"> kita menengok dulu siapa sosok K. basyariah . K,basyariah adalah murid dari k, Mohammad Besari Tegall sari,beliau adalah putra ki ageng Nolojoyo,prongkot,tosanan somoroto ponorogo,yang notaben nya masih keturunan asli dari Mataram.Adapun silsilah K.basyariah sebagai berikut;<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">1. Kiageng Sutowijoyo (Mataram)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">2. Raden Mas Jolang (mataram)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">3. Pageran Kajoran( mataram)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">4. Pageran Pringgoloyo (mataram)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">5. Raden Aryo Paduresa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">6. Raden Panji Dreposentono (mataram)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">7. Kiageng Abdul Imam( prongkot)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">8. Kiageng Nolojoyo (prongkot)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">9. Kiageng R.bagus Harun Basyariah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Semasa kecil beliau sudah terlahir d kalagan kiai,beliau mempunyai nama kecil raden Harun.S dan diberi nama lagi oleh K,tegal sari menjadi Bagus HarunBasyariah,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Ketika beliau mondok di tegal sari dan pada saat itu karto suroo ada pemberontakan tentara kartosuro tidak bias megaman kan kraton sehingga sang sinuwun mintak bantuan dari tegal sari, kemudian K.tegal sari diberi bantuan degan megirimsalah satu santri nya yang bernama Bagus harun Basyariah ,menurut keterangan mbh warni(narasumber)untuk masuk kraton tersebut tidak bias masuk kalau tidak berubah bentuk,akirnya K,basyariah degan seijin Allah menjelmo/ berubah menjadi Kinjeng orang sekarang menyebut nya kecapung,sesampainya di dalam kraton.beliau di kasihtau untuk dimintai bantuan untuk menagkap pemberontak-pemberontak yang masih keluarga kraton itu sendiri yang di pimpin Raden Mas Garendi ,boleh di perangi asal jagan menimbulkan kematian . akirnya K basyariah dulu diberi gaman oleh K tegal sari berupa panah tapi panah tesebut berupa panah tumpul dan diberi tali di ujung busur panah tersebut yang di beri nama tali Lawe welang ,yang bertujuan apabila dipanah kan bisa menjirat musuh tanpa harus melukai dan membunuh nya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Dan alhamdulilah semua pemberontak tersebut bisa ditangkap semuanya dan bisa dihukum.sepulang dari kraton beliau diberi hadiah seorang putri dan baju senopati,serta tanah sewulan,nama aslinya bukan sewulan tapi alas cewulan. Karna beliau adalah seorang kiai tidak mau menjadi adipati akirnya sandangan adipati itu dibuang di kedung blang puang di utara sekayu yang berada di desa lengkong sukorjo, ponorogo.dan beliau nitip pasan kepada jin yang menunggu kedung tersebut ;barang siapa keturunan ku besok yang ingin orang yang mempunyai derajat dan pangkat besok wenehono ageman iki menurut kekuatanya sendiri-sendiri .katanya bapak amin (bupati ponorogo) juga pernah nepi disitu dan diberi petunjuk katanya payung yang bernama payung tungul Naga tersebut pas di atas pak amin nepiitu,dan Alhamdulillah beliau seksrag jadi bupati ponorogo.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Dan ketika beliau sudah sepuh( tua) beliau pegen di rawat/ diopeni oleh anak yang pertama yang bernama Nyai Matsantri dan akirnya beliau meninggal di sewulan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Kiai Ageng Basyariyah atau Raden Mas Bagus Harun adalah putra dari Dugel Kesambi (Pangeran Nolojoyo), adipati Ponorogo pada akhir abad ke 17 M di bawah naungan Kerajaan Mataram. Meski diasuh dalam keluarga ningrat, RM Bagus Harun lebih banyak menghabiskan masa mudanya untuk nyantri dan menimba ilmu kepada Kyai Ageng Hasan Besari (Tegalsari, Ponorogo). Kepada gurunya ini, RM Bagus Harun tidak hanya belajar ilmu syariat dan tauhid, namun juga memperdalam tashawuf khususnya ajaran tarekat Naqsabandiyah Syathariyah. Selama berguru kepada KA Hasan Besari, RM Bagus Harun dikenal sebagai murid yang alim, cerdas dan tawadhu. Karena itulah, RM Bagus Harun menjadi murid kesayangannya bahkan sampai diangkat menjadi anak.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Alkisah, saat Mataram dipegang oleh Paku Buwono II, terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh RM Gerendi (Pemberontakan Pacinan). Pemberontakan tersebut telah berhasil merebut tahta dan Paku Buwono beserta pengikut setianya mengungsi ke daerah timur. Di tengah pengungsian, Paku Buwono mendapat petunjuk bahwa penolongnya berada di kawasan Ponorogo. Singkat cerita, bertemulah Paku Buwono dengan Hasan Besari bersama Bagus Harun. Atas mandat dari Hasan Besari, Bagus Harun ikut Paku Buwono II ke Kertosuro untuk membantu mengembalikan tahtanya. Dengan linuwih kesaktian yang dimiliki oleh Bagus Harun, akhirnya Paku Buwono II bisa merebut kembali tahtanya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Atas jasanya tersebut dan setelah mengetahui bahwa Bagus Harun ternyata adalah putra adipati Ponorogo (yang masih memiliki garis keturunan sampai Senopati Sutowijoyo), Paku Bowono II berencana mengangkat Bagus Harun sebagai Adipati Banten. Namun Bagus Harun menolak karena harus kembali mengabdi kepada gurunya di Ponorogo. Sebagai gantinya, Paku Buwono II memberikan songsong (payung kerajaan) dan lampit. Songsong kerajaan merupakan simbol pemberian tanah perdikan. Belakangan Songsong tersebut berbuah tanah perdikan di kawasan Madiun yang kemudian dinamai “Sewulan” oleh Bagus Harun.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Bagus Harun yang kemudian lebih sering dikenal dengan Kiai Ageng Basyariyah kemudian menetap di Sewulan dan mendirikan masjid dan pesantren hingga akhir hayatnya. Makamnya berada di kompleks makam Sewulan di sebelah Barat Masjid Agung Sewulan, tepatnya di cungkup utama. Di cungkup utama tersebut, makam Kiai Ageng Basyariyah diapit oleh putrinya (Nyai Muhammad Santri) dan menantunya (Kiai Muhammad Santri). Ketiga makam tersebut di naungi kain berwarna hijau. Di atasnya terdapat kaligrafi dengan khot berwarna emas dan background hitam. Tepat di depan makam Kiai Ageng Basyariyah terdapat songsong tiga tingkat berwarna hijau nan indah. Songsong ini dihias dengan sepasang naga di bawahnya dan difungsikan sebagai rak sederhana untuk tempat Al Quran dan surat yasin.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">Kompleks pemakaman di areal Masjid Agung Sewulan ini nampaknya menjadi pemakaman bagi bani basyariyah. Almarhum KH Abdul Bashit, Pengasuh PP Oro Oro Ombo Madiun yang meninggal beberapa bulan yang lalu rupanya juga anggota bani Basyariyah. Makamnya berjarak beberapa meter sebelah barat dari cungkup. Pemakaman “tua” yang menjadi salah satu situs wisata ziarah di Madiun ini selalu ada yang mengunjungi setiap harinya, terlebih di Bulan ramadhan. Beberapa peziarah dan warga sekitar menyakini bahwa makam ini merupakan makam yang keramat. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Arial Narrow'; font-size: 12pt;">KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) juga memiliki garis darah dengan Kiai Ageng Basyariyah. Ulama yang negarawan dan budayawan tersebut menjadi salah satu keturunan ketujuh dari Kiai Ageng Basyariyah. Nenek Gus Dur (Ibu Nyai Hasyim Asy’ Ary) yang bernama Nafiqoh merupakan salah satu putri dari Kiai Ilyas, putra dari Kiai Raden Mas Buntaro. Kiai Mas Buntaro ini adalah salah satu putra dari Kiai Muhammad Santri sekaligus cucu langsung dari Kiai Ageng Basyariyah. Menurut pangakuan Mbah Mawardi, Gus Dur sempat hidup selama 3 tahun di Sewulan semasa kecil, bersama keluarga besar neneknya. Ketua Takmir Masjid Sewulan ini pernah mengisahkan bahwa Gus Dur adalah sosok yang pandai bergaul dan suka bercanda. Beserta beberapa teman sepermainan, mereka kerap bermain-main di kolam depan Masjid Sewulan. Bahkan kerabat Gus Dur satu ini mengaku punya saksi berupa goresan kecil di pelipis. “Ini merupakan kenang-kenangan waktu dulu bermain dengan Gus Dur di kolam ini”, kenangnya sambil tersenyum. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">RIWAYAT MONDOK DI TEGALSARI PONOROGO<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Diceritakan bahwa Kyai Ageng Prungkut Sumoroto mempunyai putra lelaki bernama Bagus Harun (Basjarijah) dan dipondokkan oleh ayahnya di Tegalsari, perlu ikut (nyuwito) sekalian belajar ilmu Agama Islam. Bagus Harun berada di Tegalsari sangat tunduk dan patuh kepada Gurunya dan selalu mengikuti segala perintah. Bila Kyai akan bersantap yang melayani adalah Bagus Harun dan ditunggui sampai selesai bersantap. Begitu pula bila mau mandi, Bagus Harunlah yang menimba air.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Disuatu saat di Tanah Jawa terjadi kegegeran yang sangat mengerikan, yaitu datangnya berandal dari Negeri Cina, merampok dan merampas di Kraton Surakarta.</span><span style="font-size: 12pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Hal ini membuat Sang Sinuhun meninggalkan Kraton dan lolos mengungsi ke jurusan timur didampingi Tumenggung Wiratirto di dalam perjalanannya hingga sampai di esa Sawo, Ponorogo.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Karena capai dan lemasnya, kedua pria agung berhenti di lereng gunung Bubuk. Sampai sekarang batu yang pernah diduduki masih ada, berada di sebelah Utara Barat pasar Sawo, Ponorogo. Akan meneruskan perjalanan ke arah timur sudah tidak kuat disebabkan jalan sudah mulai menanjang gunung.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Ketika Sang Sinuhun melihat ada seorang naik pohon kelapa mengambil Nira/Legen, lalu menanyakan kepada Tumenggung : “He, Wirotirto, itu orang naik pohon kelapa kok pakai bumbung segala?” Wirotirto menjawab pertanyaan Sang Sinuhun : “Itu sedang mengambil Legen/Nira (nderes), akan dibikin gula kelapa”. Sang Sinuhun bertanya lagi : “Bolehkah kiranya aku minta legennya untuk diminum?” “Akan saya coba meminta,” Kata Wiratirto. Jadilah Tumenggung Wirotirto minta legen kepada orang yang lagi nderes. Setelah Wirotirto menerima legen terus disampaikan kepada Sang Sinuhun. Setelah Sang Sinuhun selesai minum legen, berkatalah beliau kepada yang memberi legen : “Pak, aku senang sekali atas legen pemberianmu, sungguh berterima kasih aku, mudah-mudahan legenmu oleh Yang Maha Kuasa setelah menjadi gula dijadikan gula yang enak lagi manis sampai turun temurun”. Itulah sebabnya gula kelapa dari desa Sawo enak rasanya, manis dan gurih dan kuning rupanya sehingga tersohor di seluruh daerah Ponorogo.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Kira-kira pukul satu tengah malam, Sang Sinuhun mendengar suatu seperti suara lebah yang sedang kirab (terbang keliling) keluar dari sarangnya, gemuruh karena banyaknya. Bertanya Sinuhun kepada Tumenggung Wirotirto : “Wirotirto, suara apakah itu yang gemuruh ?”. Wirotirto menjawab : “Itu adalah suaranya orang sedang munajad kepada Allah”. “Kalau begitu mari kita datangi mereka, siapa tahu dapat memberikan obat kepada saya!” demikian ajak Sang Sinuhun kepada Tumenggung Wirotirto mendatangi mereka yang sedang munajad.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Adapun yang suaranya gemuruh itu, tidak lain adalah suara Bagus Harun dan Kyai Tegalsari bermunajad, memohon rahmat dan derajat untuk putra cucunya sampai datang kiamat. Setelah Sang Sinuhun bertemu dengan Kyai Ageng Tegalsari kemudian menceritakan dari awal sampai akhir tentang kejadian yang menimpa Negeri Surakarta.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Cerita selanjutnya, Sang Sinuhun menghendaki Kyai Ageng Tegalsari ikut membantu mengusir berandal Cina. Kelak bila dapat berhasil, Sang Sinuhun akan memberikan hadiah, yaitu akan memberi tanah tanpa dikenakan membayar pajak sampai turun temurun.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Kyai Ageng Tegalsari lalu munajad kepada Allah Swt. dengan jalan shalat hajad. Setelah selesai, kemudian berdoa :<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">“Ya Allah, semoga jadikanlah Negeri ini, menjadi Negeri yang aman dan tentram. Dan semoga Allah memberi rizqi kepada rakyat semua dengan rizqi yang suci lagi yang halal”.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Sesudah berdoa, Kyai Ageng Tegalsari kemudian unjuk bicara : “Gusti Yang Mulia, saya persilahkan kembali, Negeri Kartasura kini sudah aman dan tentram. Prajurit berandal Cina sudah kembali semua, sebab Tanah Jawa kelihatan sempit sekali, percuma akan memerintah Tanah Jawa”. Sang Sinuhun kemudian berkata, “Saya supaya disertai teman Kyai, kalau kembali ke Solo”. Bagus Harun kemudian diperintah Kyai untuk menemani dan menghantar Sang Sinuhun. Pagi harinya sekira pukul 6 pagi, Sang Ratu, Tumenggung Wirotirto dan Bagus Harun berangkat menuju Solo. Sesampainya di desa Srandil mereka berhenti untuk istirahat menghilangkan lelah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Beberapa saat setelah istirahat, Sang Sinuhun merasa lapar. Kebetulan ada seorang wanita janda yang membawa kemarang (keranjang dari bambu) yang isinya nasi dan sayur berkuah. Sang Sinuhun bertanya kepada Bagus Harun, “Orang itu menggendong apa, Bolehkah saya minta?” “Coba saya Tanya dahulu !” balas Bagus Harun. Ketika ditanya dengan baik-baik, akhirnya nasi dan sayur diberikan. Nasi sayur kemudian disantap Sang Sinuhun. Sesudah selesai bersantap kemudian bertanya : “Desa ini namanya desa apa?” Bagus Harun kemudian menjawab, “Kalau desa ini belum ada namanya”. Sang Sinuhun berkata lagi, “Enaknya dan sebaiknya dinamakan desa Menang saja, sebab hari ini saya sudah Menang dapat mengusir berandal Cina”. Selanjutnya Sang Sinuhun berkata kepada mbok Rondojian – ibu janda, “Saya sangat senang sekali bahwa engkau telah ikhlas memberi nasi yang saya minta. Maka nanti kalau ada waktu, kelak engkau datanglah ke Solo, ini engkau saya beri surat, adapun tanda-tanda rumahku, kalau ada rumah yang mempunyai halaman lebar, yang itulah rumahku”. Di lain waktu mbok Rondo kemudian datang menghadap ke Solo dan dianugrahi Bumi Merdiko sampai sekarang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Sang Sinuhun dan Bagus Harun melanjutkan perjalanan ke Solo. Sesampainya di Solo langsung menuju masuk di Kraton dengan selamat.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Bagus Harun di Solo terus masuk Masjid Suronatan, untuk sholat hajad mempertegas memohon kepada Allah. Kurang lebih 40 hari lamanya, Kraton Solo dan daerah kekuasaannya dalam keadaan aman dan tentram. Setelah itu Bagus Harun mohon pamit kembali pulang ke Tegalsari. Sang Sinuhun mengizinkan dan memberi hadiah berupa payung kebesaran dan lampit (tikar dibuat dari anyaman belahan rotan), sebagai tanda jasa (pembelaan). Setelah sampai di Tegalsari, Bagus Harun melapor kepada Kyai Ageng Tegalsari bahwa keadaan yang ditemui di Negeri Solo dari awal sampai akhir. Paying dan lampit pemberian dari Sang Sinuhun sebagai anugerah juga diserahkan kepada Kyai Ageng Tegalsari. Tetapi Kyai Ageng Tegalsari tidak mau menerimanya dan berkata kepada Bagus Harun : “Yang dihadiyahi itu engkau, bukan aku, sebab yang menghantarkan ke Solo adalah engkau.” Bagus Harun tidak menjawab sepatah katapun, tetapi setelah waktu malam tidak dapat memejamkan mata, selalu memikirkan masalah itu yang diberi anugerah tersebut dia sendiri atau Kyai Ageng Tegalsari? Lalu yang menjadi keputusan hatinya ialah pada esok harinya berangkat kembali menuju Solo. Sesampainya di kota Solo dan keadaan cuaca sangat panans, maka paying kemudian dibuka dan dipakai terus sampai alun-alun.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Setelah perajurit Kraton Mengetahui kemudian mereka bersiap sedia karena dikira ada Prajurit Cina yang akan masuk ke Kraton. Bagus Harun kemudian dihujani panah dari segala penjuru terkepung rapat, Namun tidak satupun anak panah mengenai badannya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Untuk menjaga jangan sampai berlarut-larut, Bagus Harun kemudian melemparkan tongkatnya. Dan seketika itu bubarlah prajurit Kraton tunggang langgang dan banyak yang menjadi korban. Sang Sinuhun setelah mendengar kalau prajurit Cina sudah memasuki Kraton, cepat-cepat keluar memasang Kyai Setomo dan Nyai Setomi untuk menanggulangi musuh. Setelah yang masuk ternyata tidak lain dan tidak bukan adalah Bagus Harun sambil berkata, “Oooo, tidak tahu kalau Kyai, saya kira prajurit Cina datang merampok lagi”. Kemudian Sang Sinuhun minta keterangan kejadian seperti itu tadi. Bagus Harun menjawab, sewaktu ia melewati alun-alun memakai payung, dipanahi dari sebelah kanan-kiri sehingga terjadi pertengkaran.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Setelah Bagus Harun menjelaskan kepada Sang Sinuhun maksud kedatangannya, maka Sang Sinuhun menjelaskan bahwa paying dan lampit tersebut sebagai anugerah untuknya dan untuk selama-lamanya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Setelah jelas dan ternyata kedua barang tersebut untuknya, Bagus Harun kemudian kembali ke Ponorogo lagi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Ketika perjalanan Bagus Harun sampai di grojogan (dam) Bang Peluwang di desa Nglengkong, Kecamatan Sukorejo Distrik Sumoroto, ia berhenti dan berpikir tentang paying dan lampit, kata hatinya : “Jika paying dan lampit ini kurawat sampai kelak, pasti anak-cucuku nantinya akan mempunyai pikiran sok besar (gemede), mengandalkan perjuangan ayahnya kepada Negeri. Lebih baik kedua barang ini kutitipkan saja di grojokan sini”. Seketika itu paying dan lampit dijeburkan dalam grojokan dan berkata : “Grojogan, saya titip payung dan lampit, kelak bila anak-cucuku pada bertapa kemari, dan kiranya bakal berhasil maksudnya, muncullah menampakkan diri”.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Karenanya anak-cucu Bagus Harun bila mempunyai hajad, banyak yang menjalankan rialat atau bertapa di situ (grojogan Bang Peluwang).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">ASAL MUASAL DESA SEWULAN<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Sekembalinya Bagus Harun dari Solo, lalu ikut (nyuwito) lagi pada Kyai Ageng Tegalsari. Lama-kelamaan Bagus Harun mempunyai keinginan menjadi orang yang berdiri sendiri lagi mempunyai tanah bukan (babadan) sendiri juga merdeka seperti Tegalsari.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Pada suatu hari Bagus Harun menghadap Kyai Ageng Tegalsari dan menyampaikan keinginan hatinya : “Duhai rama Panembahan, perkenankanlah kami menyampaikan keinginan ke hadapan rama Panembahan”. Kyai Ageng Tegalsari bertanya : “Iya ada Gus, coba haturkan!”. “Saya mempunyai keinginan mempunyai tanah babadan seperti Kyai, lagi pula merdika. Kiranya tanah mana yang dapat saya babad yang dapat saya turunkan kepada anak-cucu?” demikian haturnya Bagus Harun.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Kyai Ageng Tegalsari memberi petunjuk, “Harun, kalau engkau ingin babad tanah, carilah payungmu yang kau buang di grojokan Bang Peluwang dahulu itu, nanti kitari mengikuti hutan, jangan berhenti sebelum ketemu”.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Bagus Harun kemudian berfikir-fikir sejenak di dalam hati, pikirnya bingung, ling lung dan tidak habis fakir.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">“Lha payung saya buang di dalam grojokan, jelas saya masih ingat betul, saya kok diperintah Kyai Ageng mencari di dalam hutan, apa ya masuk akal?” demikian kata hati Bagus Harun.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Karena tiada tindakan atau reaksi apa-apa dari Bagus Harun, maka Kyai Ageng berkata, “Lho jangan termangu-mangu dan ling lung Harun, Allah itu mempunyai Kekuasaan Yang Besar, Maha Besar! Kalau engkau ingin segera memiliki tanah babadan, cepat-cepat carilah payungmu sepanjang hutan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Setelah Bagus Harun mendengar kata-kata Kyai Ageng Tegalsari yang meyakinkan, tanpa menunggu apa-apa ia pun segera berangkat (pepatah Jawa mengatakan “rindik asu digitik” kurang lebih artinya “anjing kalau kena pukul akan lari) melaksanakan perintah Kyai Ageng Tegalsari. Setelah sampai di hutan, dimasukilah hutan sampai berhari-hari dan berbulan-bulan, setelah genap 1000 hari Bagus Harun berada di dalam hutan, ada suatu keanehan. Bagus Harun mencium bau-bauan yang harum dan dari tempat itulah muncullah payung yang berdiri tegak tinggal kerangkanya saja. Bagus Harun mendekati dan ternyata setelah diteliti benar-benar payung tersebut adalah miliknya, terbukti adanya tanda huruf “H” pada gagang payung. Tanda huruf “H” tersebut ia tulis sewaktu akan membuang payung tersebut ke dalam grojogan. Kerangka payung kemudian dibawa pulang dan dihaturkan kepada Kyai Ageng Tegalsari. Dan setelah menerima kerangka payung tersebut Kyai Ageng Tegalsari berkata, “Ya di tempat payung ini engkau ketemukan, dirikanlah sebuah Masjid, dan tempat tersebut beri nama SEWULAN, sebab waktu mencari sampai ketemunya payung ini engkau membutuhkan waktu 1000/sewu (seribu) dina (hari)”.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12pt;">Maka setelah tempat dimana Masjid berdiri meluas menjadi desa, desanya dinamakan juga desa SEWULAN, sampai sekarang masih ada.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;">
<br class="Apple-interchange-newline" /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10018071273892975412noreply@blogger.com10tag:blogger.com,1999:blog-2745027681920185724.post-83862132523109077392012-09-24T03:24:00.001-07:002012-09-24T03:24:02.528-07:0015 Keturunan R. Mas Bagus Harun ( Ki Ageng Bashoriah )<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sengaja Penulis mengambil satu garis keturunan, karena jika di tulis semua butuh waktu yang sangat lama karena jumlahnya sudah ratusan bahkan ribuan , dan memang blog ini di khususkan untuk keluarga agar tidak putus tali silaturihimnya dan bukan untuk kepentingan yang lain, terutama dari garis Keluarga Pondok Pesantren Mojodadi, semoga bisa membawa manfaat dan berkah dalam silaturrohim ini.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"> GENERASI KETURUNAN <o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center; text-indent: 0.25in;">
<b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">BONDAN
KEJAWEN/ LEMBU PETENG dan NAWANGSIH<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center; text-indent: 0.25in;">
<b><span style="font-family: "Arial Narrow";">( Nawang Sih, anak ke tiga dari KI
Ageng Tarub dan Nawangwulan)<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<ol start="1" style="margin-top: 0in;" type="1">
<li class="MsoNormal"><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">Prabu BRAWIJAYA V</span></b><b><span style="color: #cc3300; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"> </span></b><span style="font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">Beristri</span><b><span style="color: #cc3300; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;"> </span></b><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">PUTRI WIRING KUNING/ DEWI WANDAN SARI</span></b><b><span style="color: #cc3300; font-family: "Arial Narrow";"> </span></b><span style="font-family: "Arial Narrow";">berputra
1 orang laki</span><span style="color: #cc3300; font-family: "Arial Narrow";">
</span><span style="font-family: "Arial Narrow";">laki Lembu Peteng, oleh
romonya di titipkan untuk di asuh oleh <b>Kiyai AGENG TARUB </b>yang
akhir nya di ambil menantunya.<b><o:p></o:p></b></span></li>
<li class="MsoNormal"><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow";">LEMBU PETENG</span></b><b><span style="color: #cc3300; font-family: "Arial Narrow";"> </span></b><b><span style="font-family: "Arial Narrow";">/</span></b><span style="font-family: "Arial Narrow";">Bondan kejawen /Kiageng Tarub II
Beristri</span><b><span style="color: #cc3300; font-family: "Arial Narrow";"> </span></b><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow";">DEWI NAWANG SIH</span></b><b><span style="color: #cc3300; font-family: "Arial Narrow";"> </span></b><span style="font-family: "Arial Narrow";">( Putri ke 3 Perkawinan Joko Tarub dan Nawang Wulan </span><span style="color: windowtext; font-family: "Arial Narrow";">yaitu saudari dari
Nawang sasi dan Nawang Arum, )
mempunyai anak </span><b><span style="font-family: "Arial Narrow";"><o:p></o:p></span></b></li>
</ol>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l4 level1 lfo9; tab-stops: list .5in left .75in 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow"; mso-bidi-font-family: "Arial Narrow"; mso-fareast-font-family: "Arial Narrow";">2.1.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow";">Ki Ageng Getas Pandowo (Ki
Abdulloh)<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l4 level1 lfo9; tab-stops: list .5in left .75in 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Arial Narrow"; mso-bidi-font-family: "Arial Narrow"; mso-fareast-font-family: "Arial Narrow";">2.2.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Arial Narrow";">Seorang . Puteri (dinikahkan dengan Ki Ageng
Ngerang). <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<ol start="3" style="margin-top: 0in;" type="1">
<li class="MsoNormal" style="color: #cc3300; mso-list: l3 level1 lfo3; tab-stops: list .5in;"><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow";">KI AGENG GETASPENDOWO</span></b><b><span style="font-family: "Arial Narrow";">
</span></b><span style="color: black; font-family: "Arial Narrow";">( Kiyai
Abdullah / Ki Ageng Tarub III )<b> </b>Mempunyai
6 orang Anak 1 laki laki bernama
Abdurrohman Susilo</span><b><span style="font-family: "Arial Narrow";"><o:p></o:p></span></b></li>
</ol>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l9 level1 lfo8; tab-stops: list .5in left .75in; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><i><span style="font-family: 'Arial Narrow';">3.1.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-style: normal;"> </span></span></i><!--[endif]--><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow";">Ki Ageng Selo<i>, <o:p></o:p></i></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l9 level1 lfo8; tab-stops: list .5in left .75in; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><i><span style="font-family: 'Arial Narrow';">3.2.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-style: normal;"> </span></span></i><!--[endif]--><i><span style="font-family: 'Arial Narrow';">Nyai Ageng Pakis, <o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l9 level1 lfo8; tab-stops: list .5in left .75in; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><i><span style="font-family: 'Arial Narrow';">3.3.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-style: normal;"> </span></span></i><!--[endif]--><i><span style="font-family: 'Arial Narrow';">Nyai Ageng Purno, <o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l9 level1 lfo8; tab-stops: list .5in left .75in; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><i><span style="font-family: 'Arial Narrow';">3.4.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-style: normal;"> </span></span></i><!--[endif]--><i><span style="font-family: 'Arial Narrow';">Nyai Ageng Wanglu, <o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l9 level1 lfo8; tab-stops: list .5in left .75in; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><i><span style="font-family: 'Arial Narrow';">3.5.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-style: normal;"> </span></span></i><!--[endif]--><i><span style="font-family: 'Arial Narrow';">Nyai Ageng Bokong, <o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l9 level1 lfo8; tab-stops: list .5in left .75in; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">3.6.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><i><span style="font-family: 'Arial Narrow';">Nyai Ageng Adibaya.</span></i><span style="font-family: 'Arial Narrow';"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; tab-stops: .75in;">
<br /></div>
<ol start="4" style="margin-top: 0in;" type="1">
<li class="MsoNormal"><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow";">KI AGENG SELO </span></b><span style="font-family: "Arial Narrow";">(
Kiyai Abdurrohman Susilo ) niikah dengan<b> </b></span><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow";">NYAI BICAK</span></b><b><span style="color: teal; font-family: "Arial Narrow";"> </span></b><span style="font-family: "Arial Narrow";">Mempunyai
7 orang anak 1 laki laki bernama Ki Ageng Anis/ Enes<b><o:p></o:p></b></span></li>
</ol>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l6 level1 lfo10; tab-stops: list .25in left .75in 63.0pt; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Arial Narrow"; mso-bidi-font-family: "Arial Narrow"; mso-fareast-font-family: "Arial Narrow";">4.1.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Arial Narrow";">Nyai Ageng Lurung Tengah, <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l6 level1 lfo10; tab-stops: list .25in left .75in 63.0pt; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Arial Narrow"; mso-bidi-font-family: "Arial Narrow"; mso-fareast-font-family: "Arial Narrow";">4.2.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Arial Narrow";">Nyai Ageng Saba ( Wanasaba ), <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l6 level1 lfo10; tab-stops: list .25in left .75in 63.0pt; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Arial Narrow"; mso-bidi-font-family: "Arial Narrow"; mso-fareast-font-family: "Arial Narrow";">4.3.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Arial Narrow";">Nyai Ageng Basri, <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l6 level1 lfo10; tab-stops: list .25in left .75in 63.0pt; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Arial Narrow"; mso-bidi-font-family: "Arial Narrow"; mso-fareast-font-family: "Arial Narrow";">4.4.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Arial Narrow";">Nyai Ageng Jati, <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l6 level1 lfo10; tab-stops: list .25in left .75in 63.0pt; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Arial Narrow"; mso-bidi-font-family: "Arial Narrow"; mso-fareast-font-family: "Arial Narrow";">4.5.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Arial Narrow";">Nyai Ageng Patanen, <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l6 level1 lfo10; tab-stops: list .25in left .75in 63.0pt; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Arial Narrow"; mso-bidi-font-family: "Arial Narrow"; mso-fareast-font-family: "Arial Narrow";">4.6.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Arial Narrow";">Nyai Ageng Pakis Dadu, dan bungsunya putra
laki - laki bernama <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l6 level1 lfo10; tab-stops: list .25in left .75in 63.0pt; text-align: justify; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow"; mso-bidi-font-family: "Arial Narrow"; mso-fareast-font-family: "Arial Narrow";">4.7.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal;">
</span></span></b><!--[endif]--><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow";">Kyai Ageng Enis. <o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; tab-stops: .75in 63.0pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<ol start="5" style="margin-top: 0in;" type="1">
<li class="MsoNormal" style="color: #cc3300; mso-list: l3 level1 lfo3; tab-stops: list .5in;"><span style="color: black; font-family: "Arial Narrow";">Kiyai</span><b><span style="color: teal; font-family: "Arial Narrow";"> </span></b><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow";">AGENG ANES atau ki Ageng
LAWEYAN</span></b><b><span style="font-family: "Arial Narrow";"><o:p></o:p></span></b></li>
<li class="MsoNormal" style="color: #cc3300; mso-list: l3 level1 lfo3; tab-stops: list .5in;"><span style="color: black; font-family: "Arial Narrow";">Kiyai</span><b><span style="color: teal; font-family: "Arial Narrow";"> </span></b><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow";">AGENG PEMANAHAN</span></b><b><span style="font-family: "Arial Narrow";">
</span></b><span style="color: black; font-family: "Arial Narrow";">( Sopati
Ing Ngalogo )</span><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow";"> menikah
dengan <b>NYAI SABINAH</b> <b> putri sulung KI AGENG SOBO</b></span><b><span style="font-family: "Arial Narrow";">
</span></b><span style="color: black; font-family: "Arial Narrow";">Berputra</span><span style="font-family: "Arial Narrow";"><o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="color: teal; mso-list: l3 level1 lfo3; tab-stops: list .5in;"><span style="color: black; font-family: "Arial Narrow";">Kiyai</span><span style="font-family: "Arial Narrow";"> </span><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow";">AGENG SUTOWIJOYO</span></b><b><span style="font-family: "Arial Narrow";">
(Raden Mas Ngabehi Loring Pasar - Mataram)<o:p></o:p></span></b></li>
<li class="MsoNormal" style="color: teal; mso-list: l3 level1 lfo3; tab-stops: list .5in;"><span style="color: black; font-family: "Arial Narrow";">Raden<b> </b></span><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow";">MAS JOLANG</span></b><b><span style="font-family: "Arial Narrow";">
(mataram)<o:p></o:p></span></b></li>
<li class="MsoNormal" style="color: #cc3300; mso-list: l3 level1 lfo3; tab-stops: list .5in;"><span style="color: black; font-family: "Arial Narrow";">Pageran</span><b><span style="color: teal; font-family: "Arial Narrow";"> </span></b><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow";">KAJORAN</span></b><b><span style="color: teal; font-family: "Arial Narrow";"> ( mataram</span></b><span style="color: windowtext; font-family: "Arial Narrow";">)</span><b><span style="font-family: "Arial Narrow";"><o:p></o:p></span></b></li>
<li class="MsoNormal" style="color: #cc3300; mso-list: l3 level1 lfo3; tab-stops: list .5in;"><span style="color: black; font-family: "Arial Narrow";">Pangeran</span><span style="font-family: "Arial Narrow";"> </span><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow";">ARYO
PRINGGOLOYO </span></b><span style="color: black; font-family: "Arial Narrow";">Berputra</span><b><span style="font-family: "Arial Narrow";"><o:p></o:p></span></b></li>
<li class="MsoNormal" style="color: #cc3300; mso-list: l3 level1 lfo3; tab-stops: list .5in;"><span style="color: black; font-family: "Arial Narrow";">Raden</span><b><span style="font-family: "Arial Narrow";">
</span></b><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow";">BAHUREKSO</span></b><b><span style="font-family: "Arial Narrow";"> </span></b><b><span style="color: black; font-family: "Arial Narrow";">(kiyahi Bahurekso-Babad Tanah Kendal - Bupati Kendal)
Berputra</span></b><b><span style="font-family: "Arial Narrow";"><o:p></o:p></span></b></li>
<li class="MsoNormal" style="color: #cc3300; mso-list: l3 level1 lfo3; tab-stops: list .5in;"><span style="color: black; font-family: "Arial Narrow";">Pangeran</span><b><span style="font-family: "Arial Narrow";">
</span></b><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow";">DERPO SENTONO</span></b><span style="font-family: "Arial Narrow";"> </span><span style="color: black; font-family: "Arial Narrow";">Berputra</span><b><span style="font-family: "Arial Narrow";"><o:p></o:p></span></b></li>
<li class="MsoNormal"><span style="font-family: "Arial Narrow";">Kiyai</span><b><span style="color: #cc3300; font-family: "Arial Narrow";"> </span></b><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow";">ABDUL IMAM/ R. MAS ABDUL IMAM</span></b><b><span style="color: #cc3300; font-family: "Arial Narrow";"> </span></b><b><span style="font-family: "Arial Narrow";">(bupati
Sumoroto ponorogo)</span></b><span style="font-family: "Arial Narrow";">Sumare
di pengkot sumoroto ponorogo <b>Berputra<o:p></o:p></b></span></li>
<li class="MsoNormal"><span style="font-family: "Arial Narrow";">Kiyai<b> </b></span><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow";">NOLOJOYO / DUGEL KESAMBI /
Ki AGENG PRONGKOT</span></b><b><span style="color: #cc3300; font-family: "Arial Narrow";"> </span></b><b><span style="font-family: "Arial Narrow";">(bupati
Sumoroto ponorogo)</span></b><span style="font-family: "Arial Narrow";">Sumare
di pengkot sumoroto ponorogo<b> Ber
putra<o:p></o:p></b></span></li>
<li class="MsoNormal"><span style="font-family: "Arial Narrow";">Kiyai</span><b><span style="color: #cc3300; font-family: "Arial Narrow";"> </span></b><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow";">AGENG BAGUS
HARUN</span></b><b><span style="color: #cc3300; font-family: "Arial Narrow";"> / </span></b><b><span style="font-family: "Arial Narrow";">KI
AGENG BASHORIYAH </span></b><span style="font-family: "Arial Narrow";">Sewulan
Madiun, Berputra 9 Orang yaitu :<o:p></o:p></span></li>
</ol>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l8 level1 lfo4; tab-stops: list .5in left 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">15.1.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow";">Nyai Muhammad santri<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l8 level1 lfo4; tab-stops: list .5in left 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">15.2.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">Nyai Mahali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l8 level1 lfo4; tab-stops: list .5in left 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">15.3.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">Nyai mansur Tawangsari Ponorogo<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l8 level1 lfo4; tab-stops: list .5in left 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">15.4.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">Kiyai Raden Mas Tafsiruddin
Onggowijoyo Magetan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l8 level1 lfo4; tab-stops: list .5in left 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">15.5.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">Kiyai Raden Mas Ahmad Ngali
Penghulu Kertosono<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l8 level1 lfo4; tab-stops: list .5in left 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">15.6.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">Kiyai Raden Mas Muhammad
Suriyyah Selosari dagangan Madiun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l8 level1 lfo4; tab-stops: list .5in left 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">15.7.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">Kiiyai Mahalli Perdikan winong
tulung agung<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l8 level1 lfo4; tab-stops: list .5in left 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">15.8.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">Kiyai Raden Mas Wongsoriyah di
pulosari Sumororoto Ponorogo<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l8 level1 lfo4; tab-stops: list .5in left 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">15.9.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">Kiyai Raden Mas Umar sidik
Babatan Kanten Ponorogo<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 63.0pt; text-indent: -.25in;">
<br /></div>
<ol start="16" style="margin-top: 0in;" type="1">
<li class="MsoNormal"><b><span style="font-family: "Arial Narrow";">Nyai
</span></b><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow";">MUHAMMAD SANTRI</span></b><b><span style="font-family: "Arial Narrow";">/ Nyai </span></b><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow";">SANTRI</span></b><b><span style="font-family: "Arial Narrow";"> mempunyai 5 orang anak<u><o:p></o:p></u></span></b></li>
</ol>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: -.25in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l7 level1 lfo6; tab-stops: list .5in left 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">16.1.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">Kiyai Raden Mas Maklum Sewulan
madiun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l7 level1 lfo6; tab-stops: list .5in left 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">16.2.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">Kiyai Raden Mas Hasan bashori
sewulan madiun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l7 level1 lfo6; tab-stops: list .5in left 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: 'Arial Narrow';">16.3.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal;"> </span></span></b><!--[endif]--><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow";">Kiyai </span></b><span style="font-family: 'Arial Narrow';">Raden Mas </span><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow";">Tafsiruddin II di Sewulan
madiun <o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l7 level1 lfo6; tab-stops: list .5in left 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">16.4.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">Raden Mas Sosro dirjo sumare ing
sewulan madiun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l7 level1 lfo6; tab-stops: list .5in left 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">16.5.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">Nyai Affiyo sumare ing Mijoduwur
nganjuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: -.25in;">
<br /></div>
<ol start="17" style="margin-top: 0in;" type="1">
<li class="MsoNormal"><b><span style="font-family: "Arial Narrow";">Kiyai
</span></b><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow";">TAFSIRUDDIN II</span></b><b><span style="color: teal; font-family: "Arial Narrow";"> </span></b><b><span style="font-family: "Arial Narrow";">Sewulan</span></b><span style="font-family: "Arial Narrow";"> madiun ( Mempunyai 16 Orang anak )<b><o:p></o:p></b></span></li>
</ol>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 63.0pt; tab-stops: 63.0pt; text-indent: -27.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 63.0pt; mso-list: l2 level1 lfo5; tab-stops: 63.0pt; text-indent: -27.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><b>17.1.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal;">
</span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: 'Arial Narrow';">Kyiai Raden Mas Buntoro -- Kiyai
ILYAS --- <span style="font-size: x-small;"> Nyai Hasim--- Wahid Hasyim---
Abdurrahman Wahid </span><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 1.0in; mso-list: l2 level1 lfo5; tab-stops: list 63.0pt; text-indent: -.5in;">
17.2.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">Kiyai Raden Mas jekso<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 1.0in; mso-list: l2 level1 lfo5; tab-stops: list 63.0pt; text-indent: -.5in;">
<!--[if !supportLists]-->17.3.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">Kiya Raden Mas i mukibar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 1.0in; mso-list: l2 level1 lfo5; tab-stops: list 63.0pt; text-indent: -.5in;">
<!--[if !supportLists]-->17.4.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">Nyai belandung pagotan uteran<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 1.0in; mso-list: l2 level1 lfo5; tab-stops: list 63.0pt; text-indent: -.5in;">
<!--[if !supportLists]-->17.5.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">Nyai Muntoha Gambiran<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 1.0in; mso-list: l2 level1 lfo5; tab-stops: list 63.0pt; text-indent: -.5in;">
<!--[if !supportLists]-->17.6.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">Nyai ngabdul Latif Pagotan
ngelames<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 1.0in; mso-list: l2 level1 lfo5; tab-stops: list 63.0pt; text-indent: -.5in;">
<!--[if !supportLists]-->17.7.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">Nyai Ngali Zen Ponongko, pucang
rejo Juwan Madiun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 1.0in; mso-list: l2 level1 lfo5; tab-stops: list 63.0pt; text-indent: -.5in;">
<!--[if !supportLists]-->17.8.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">Kiyai Raden Mas Imam Rejo
Pohnongko Paron Ngawi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 1.0in; mso-list: l2 level1 lfo5; tab-stops: list 63.0pt; text-indent: -.5in;">
<!--[if !supportLists]-->17.9.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">Kiyai Raden Mas Irodirjo Pucang
anom delopo<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 1.0in; mso-list: l2 level1 lfo5; tab-stops: list 63.0pt; text-indent: -.5in;">
<!--[if !supportLists]-->17.10.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">Kiyai Raden Mas Aruman<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 1.0in; mso-list: l2 level1 lfo5; tab-stops: list 63.0pt; text-indent: -.5in;">
<!--[if !supportLists]--><b>17.11.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal;"> </span></b><!--[endif]--><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow";">Nyai Umuk Penarip Sooko Mojokerto<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 1.0in; mso-list: l2 level1 lfo5; tab-stops: list 63.0pt; text-indent: -.5in;">
<!--[if !supportLists]-->17.12.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">Nyai Idris Bendungan Nganjuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 1.0in; mso-list: l2 level1 lfo5; tab-stops: list 63.0pt; text-indent: -.5in;">
<!--[if !supportLists]-->17.13.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">Kiyai R Raden Mas Rejo Muhammad
Sewulan Madiun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 1.0in; mso-list: l2 level1 lfo5; tab-stops: list 63.0pt; text-indent: -.5in;">
<!--[if !supportLists]-->17.14.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">Kiyai Raden Mas Khasan Rejo Sewulan Madiun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 1.0in; mso-list: l2 level1 lfo5; tab-stops: list 63.0pt; text-indent: -.5in;">
<!--[if !supportLists]-->17.15.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">Kiyai Raden Mas Sastri Irono
Sewulan Madiun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 1.0in; mso-list: l2 level1 lfo5; tab-stops: list 63.0pt; text-indent: -.5in;">
<!--[if !supportLists]-->17.16.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">Kiyai Raden Mas Chasan Warjoyo
Ngagel, selembur, delopo<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: -.25in;">
<br /></div>
<ol start="18" style="margin-top: 0in;" type="1">
<li class="MsoNormal" style="color: teal; mso-list: l3 level1 lfo3; tab-stops: list .5in;"><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow";">NYAI UMUK</span></b><b><span style="color: black; font-family: "Arial Narrow";"> Penarip Sooko Mojokerto</span></b><b><span style="font-family: "Arial Narrow";">
</span></b><b><span style="color: black; font-family: "Arial Narrow";">Berputra 1</span></b><span style="color: black; font-family: "Arial Narrow";"> Orang bernama</span><span style="color: red; font-family: "Arial Narrow";"> </span><b><u><span style="font-family: "Arial Narrow";"><o:p></o:p></span></u></b></li>
</ol>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l3 level2 lfo3; tab-stops: list .5in left 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">18.1.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow";">Kiyai Rofi`I</span></b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow";"> Yang menetap di Kuncen Mojokerto<b><u><o:p></o:p></u></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: -.25in;">
<br /></div>
<ol start="19" style="margin-top: 0in;" type="1">
<li class="MsoNormal"><b><span style="font-family: "Arial Narrow";">Kiyai
</span></b><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow";">ROFI`I Kuncen Mojokerto</span></b><b><span style="font-family: "Arial Narrow";">
</span></b><span style="font-family: "Arial Narrow";">Beliau berputra 6
Orang<b><o:p></o:p></b></span></li>
</ol>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l0 level1 lfo7; tab-stops: list .5in left 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">19.1.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">Nyai ruqoiyyah, sinoman
Mijokerto<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l0 level1 lfo7; tab-stops: list .5in left 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: 'Arial Narrow';">19.2.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal;"> </span></span></b><!--[endif]--><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow";">Nyai Syafurah Ponpes Penarip Mojokerto<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l0 level1 lfo7; tab-stops: list .5in left 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">19.3.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">Nyai Chalimah Pekukuhan Mojosari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l0 level1 lfo7; tab-stops: list .5in left 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">19.4.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">Abdul Alim Sinoman Mojokerto<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l0 level1 lfo7; tab-stops: list .5in left 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">19.5.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">Abdul Mu`in Sinoman Mojokerto<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l0 level1 lfo7; tab-stops: list .5in left 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">19.6.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">Umi Kulsum Penarip Mojokerto<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<ol start="20" style="margin-top: 0in;" type="1">
<li class="MsoNormal"><b><span style="font-family: "Arial Narrow";">Nyai
</span></b><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow";">SYAFURAH</span></b><b><span style="font-family: "Arial Narrow";"> Di peristri Kiyai </span></b><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow";">ILYAS</span></b><b><span style="font-family: "Arial Narrow";"> </span></b><span style="font-family: "Arial Narrow";">( Ponpes Penarip Mojokerto )<o:p></o:p></span></li>
</ol>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l1 level1 lfo1; tab-stops: list .5in left 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">20.1.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">Nursalim Mojokerto<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l1 level1 lfo1; tab-stops: list .5in left 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">20.2.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">Nyai Maisyaroh Penarip Mojokerto<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l1 level1 lfo1; tab-stops: list .5in left 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">20.3.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">Ahmad Penarip Mojokerto<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l1 level1 lfo1; tab-stops: list .5in left 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">20.4.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">Mohammad Thoyib Penarip
Mojokerto<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l1 level1 lfo1; tab-stops: list .5in left 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">20.5.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">Muhammad Shidiq Penarip
Mojokerto<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l1 level1 lfo1; tab-stops: list .5in left 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: 'Arial Narrow';">20.6.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal;"> </span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: 'Arial Narrow';">Nyai </span></b><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 12.0pt;">JUWARIYAH </span></b><b><span style="font-family: 'Arial Narrow';"> <o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l1 level1 lfo1; tab-stops: list .5in left 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">20.7.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: 'Arial Narrow';">Kiyai Isma`il<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<ol start="21" style="margin-top: 0in;" type="1">
<li class="MsoNormal"><b><span style="font-family: "Arial Narrow";">Nyai
</span></b><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow"; font-size: 11.0pt;">JUWARIYAH</span></b><b><span style="font-family: "Arial Narrow";">
Diperistri </span></b><b><span style="color: blue; font-family: "Arial Narrow";">K. H. GHOZALI</span></b><b><span style="font-family: "Arial Narrow";">
</span></b><span style="font-family: "Arial Narrow";">( Ponpes Mojodadi,
Selorejo Mojowarno Jombang mempunyai 10 orang anak)<o:p></o:p></span></li>
</ol>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .25in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l5 level1 lfo2; tab-stops: list .5in left 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: 'Arial Narrow';">21.1.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal;"> </span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: 'Arial Narrow';">H. Masduqi, Kandangan Pare Kediri<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l5 level1 lfo2; tab-stops: list .5in left 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: 'Arial Narrow';">21.2.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal;"> </span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: 'Arial Narrow';">Nyai Siti Chiriyah Mojodadi Mojowarno Jombang<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l5 level1 lfo2; tab-stops: list .5in left 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: 'Arial Narrow';">21.3.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal;"> </span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: 'Arial Narrow';">Nyai Sholkhah Mojodadi Mojowarno Jombang<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l5 level1 lfo2; tab-stops: list .5in left 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: 'Arial Narrow';">21.4.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal;"> </span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: 'Arial Narrow';">Dawam ( Alm)<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l5 level1 lfo2; tab-stops: list .5in left 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: 'Arial Narrow';">21.5.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal;"> </span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: 'Arial Narrow';">K. Ahmad Dimyati Alm Sroyo Dlanggu Mojokerto<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l5 level1 lfo2; tab-stops: list .5in left 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: 'Arial Narrow';">21.6.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal;"> </span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: 'Arial Narrow';">Nyai Saudah, Mlaras Sumobito Jombang<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l5 level1 lfo2; tab-stops: list .5in left 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: 'Arial Narrow';">21.7.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal;"> </span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: 'Arial Narrow';">K. Ahmad Baidlowi SEmobiti Melaras
Jombang<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l5 level1 lfo2; tab-stops: list .5in left 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: 'Arial Narrow';">21.8.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal;"> </span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: 'Arial Narrow';">Nyai Rochimah ALM<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l5 level1 lfo2; tab-stops: list .5in left 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: 'Arial Narrow';">21.9.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal;"> </span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: 'Arial Narrow';">Sonhaji Sememi tandes Surabaya<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; mso-list: l5 level1 lfo2; tab-stops: list .5in left 63.0pt; text-indent: 0in;">
<!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: 'Arial Narrow';">21.10.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-weight: normal;"> </span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: 'Arial Narrow';">K. Ahmad Syaifuddin Mojodadi Mojowarno Jombang<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: -.25in;">
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/10018071273892975412noreply@blogger.com38